El-Nino, menurut sejarahnya adalah sebuah fenomena yang teramati oleh
para penduduk atau nelayan Peru dan Ekuador yang tinggal di pantai
sekitar Samudera Pasifik bagian timur menjelang hari natal (Desember).
Fenomena yang teramati adalah meningkatnya suhu permukaan laut yang
biasanya dingin. Fenomena ini mengakibatkan perairan yang tadinya subur
dan kaya akan ikan (akibat adanya upwelling atau arus naik permukaan
yang membawa banyak nutrien dari dasar) menjadi sebaliknya. Pemberian
nama El-Nino pada fenomena ini disebabkan oleh karena kejadian ini
seringkali terjadi pada bulan Desember. El-Nino (bahasa Spanyol) sendiri
dapat diartikan sebagai “anak lelaki”. Di kemudian hari para ahli juga
menemukan bahwa selain fenomena menghangatnya suhu permukaan laut,
terjadi pula fenomena sebaliknya yaitu mendinginnya suhu permukaan laut
akibat menguatnya upwelling. Kebalikan dari fenomena ini selanjutnya
diberi nama La-Nina (juga bahasa Spanyol) yang berarti “anak perempuan” (oseanografi.blogspot.com., 2005). Fenomena ini memiliki periode 2-7 tahun.
El-Nino (gambar di atas) akan terjadi apabila perairan yang lebih panas di Pasifik tengah dan timur meningkatkan
suhu dan kelembaban pada atmosfer yang berada di atasnya. Kejadian ini
mendorong terjadinya pembentukan awan yang akan meningkatkan curah hujan
di sekitar kawasan tersebut. Bagian barat Samudra Pasifik tekanan udara
meningkat sehingga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan awan di atas
lautan bagian timur Indonesia, sehingga di beberapa wilayah Indonesia
terjadi penurunan curah hujan yang jauh dari normal (gambar di bawah)
Suhu permukaan laut di Pasifik tengah dan timur
menjadi lebih tinggi dari biasa pada waktu-waktu tertentu, walaupun
tidak selalu. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya fenomena
La-Nina (gambar di bawah). Tekanan udara di kawasan equator Pasifik
barat menurun, lebih ke barat dari keadaan normal, menyebabkan
pembentukkan awan yang lebih dan hujan lebat di daerah sekitarnya.
Kejadian El-Nino tidak terjadi secara tunggal
tetapi berlangsung secara berurutan pasca atau pra La-Nina. Hasil kajian
dari tahun 1900 sampai tahun 1998 menunjukan bahwa El-Nino telah
terjadi sebanyak 23 kali (rata-rata 4 tahun sekali). La-Nina hanya 15
kali (rata-rata 6 tahun sekali). Dari 15 kali kejadian La-Nina, sekitar
12 kali (80%) terjadi berurutan dengan tahun El-Nino. La-Nina mengikuti
El-Nino hanya terjadi 4 kali dari 15 kali kejadian sedangkan yang
mendahului El-Nino 8 kali dari 15 kali kejadian. Secara umum, hal ini
menunjukkan bahwa peluang terjadinya La-Nina setelah El-Nino tidak
begitu besar. Kejadian El-Nino 1982/83 yang dikategorikan sebagai tahun
kejadian El-Nino yang kuat tidak diikuti oleh La-Nina. untuk melihat
kelanjutan cerita ini, bisa melihat tulisan lain yang berjudul “El Nino dan La Nina serta dampaknya di Indonesia”.
Materi Terkait, Lihat di sini:
El Nino dan La Nina serta dampaknya di Indonesia
Pemanasan Global (catatan mengenai sebabnya)
Pemanasan Global (catatan mengenai akibatnya)
Pemanasan Global (Catatan mengenai cara menggurangi dampaknya)
Cuaca dan Iklim
Klimatologi untuk Pertanian
Perubahan Iklim di Bali
Susahnya Memprediksi Hujan
Hujan
Info El Nino dan La Nina terkini
Perubahan Iklim; Sebuah Batasan
PENYEBAB VARIABILITAS HUJAN DI INDONESIA
Identifikasi Hubungan Fluktuasi Nilai SOI Terhadap Curah Hujan Bulanan Di Kawasan Batukaru-Bedugul, Bali
La Nina kah Penyebab Banjir Dimusim Kemarau?
Bencana Cuaca