Gunawan (2005) merumuskan definisi
wilayah kepesisiran berdasarkan sudut pandang geomorfologi. Menurutnya,
kepesisiran (coastal area) adalah
bentanglahan yang dimulai garis batas wilayah laut (sea) yang ditandai oleh terbentuknya zona pecah gelombang (breakers zone) dan ke arah darat hingga
pada suatu bentanglahan yang secara genetik pembentukannya masih dipengaruhi
oleh aktivitas marin, seperti dataran aluvial kepesisiran (coastal aluvial plain).
Definisi wilayah kepesisiran
ditinjau dari sudut geomorfologi sangat tepat untuk menentukan batas yang jelas
dari suatu wilayah kepesisiran khususnya untuk merencanakan suatu pengelolaan
wilayah kepesisiran. Hal ini karena batasan ini lebih menekankan pada aspek
genetis yang membentuk wilayah kepesisiran dalam waktu yang sangat lama. Aspek
genetis ini tidak mudah berubah, sehingga batas wilayah kepesisiran yang
sekaligus digunakan sebagai batas wilayah pengelolaan juga akan berubah dalam
waktu yang lama. Oleh karena itu, maka perencanaan wilayah kepesisiran dengan
batas genetis akan sangat cocok untuk perencanaan pengelolaan jangka panjang.
Termasuk dalam wilayah kepesisiran
adalah pantai (shore) dan pesisir (coast). Pantai merupakan suatu mintakat
asntara daratan dala laut yang dibatasi oleh rata-rata surut terendah yang
disebut sebagai garis pantai (shoreline)
dengan rata-rata garis pasng tertinggi air laut, yang disebut garis pesisir (coastline). (Gunawan, 2005). Pesisir
merupakan suatu mintakat yang dimulai dari garis pesisir (coastline) yang menunjukkan rata-rata garis pasang tertinggi kea
rah daratan sampai pada suatu mintakat yang, secara genetik pembentukkannya
masih dipengaruhi oleh aktivitas marin , yang biasanya bentanglahan terakhir
berupa dataran alluvial kepesisiran (coastal
alluvial plain). (CERC, 1994 dalam Gunawan, 2005).
Perbedaan utama untuk kenampakan
bentukan dalam klas ini adalah antara pantai yang berbatu, bila terdapat tebing
laut dan permukaan abrasi dengan pantai dataran rendah yang dijumpai
bukit-bukit pantai dan swale atau denganpantai penghalang bar atau laguna. Pada
zone yang berdelta, bentuk-bentuk marin berhubungan dengan bentuk-bentuk
fluvial. Perubahan garis pantai yang berasal dari penimbunan dan abrasi dapat
dipelajari dengan baik melalui interpretasi foto udara. Proses yang terjadi di daerah
pantai, seperti pengendapan dari daratan dan laut, arus laut, ombak/gelombang,
tektonik dan sebagainya menyebabkan perubahan pantai dan bentuk pantai yang
berbeda-beda. Asosiasi alami bahwa pantai selalu terletak di bagian tepi dari
kontinental. Secara umum material penyusunnya berupa pasir dengan segala ukuran
tergantung sumber material sekitar dengan struktur horisontal, rona cerah,
tekstur halus dan pola teratur-seragam. Vegetasi jarang sebatas mintakat pantai
seperti pandanus, bakau dan beberapa jenis lainnya, permukiman jarang kecuali
telah dimanfaatkan untuk kawasan pariwisata, relief datar dan proses utama
adalah pengendapan membentuk bentukan-bentukan khas pantai seperti swale, laguna, bar, bukit pantai dan
dataran aluvial pantai (coastal aluvial plain). Beberapa bentang alam
pantai antara lain :
a. Dataran
abrasi (Mda), yaitu suatu dataran hasil erosi gelombang laut yang menghancurkan
dinding pantai;
b. Split
(Msp), yaitu endapan pantai dengan suatu bagian tergabung dengan daratan dan
bagian lainnya menjorok ke laut;
c. Tombolo
(Mtb), yaitu suatau endapan tipis yang menghubungkan suatu pulau dengan daratan
utama;
d. Bars
(Mbr), yaitu hampir sama dengan split, tetapi bars menghubungkan “headland”
satu dengan lainnya yang biasa terbentuk di muara sungai. Apabila di belakang
bars terakumulasi endapan lanau (silt), maka akan terbentuk “mud
flats”;
e. Beach
(Mbc), yaitu dataran pantai yang tersusun oleh endapan pasir dan kerikil;
dan Gumuk pasir pantai yang terbentuk pada pantai berpasir dengan
aktivitas angin yang kuat membentuk bukit-bukit pasir di depan pantai (biasanya
dimasukkan sebagai hasil proses angin).
Potensi Bahaya dan Risiko di Kawasan Pesisir
Kawasan pesisir secara alami sudah memiliki potensi bahaya seperti erosi pantai, banjir, banjr rob, abrasi, intrusi air asin, dan lain-lain yang diakibatkan oleh dinamika pesisir secara alami. Potensi bahaya ini akan berlipat ganda ketika terjadi kenaikan muka air laut. Ketika kawasan pesisir telah berkembang menjadi pusat industri tranportasi, wisata, rekreasi, perikanan, dan industri atau dengan kata lain sebagai kawasan penting dalam kegiatan perekonomian nasional, maka kerentanan kawasan pesisirpun meningkat. Kerentanan sendiri merupakan kondisi-kondisi lemah yang dapat memperburuk dampak dari bahaya yang mengancam objek yang terancam (Paripurno, 2009). Asian Disaster Preparedness Center (ADPC) telah membagi macam kerentanan berdasarkan indikatornya menjadi kerentanan fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan.
Kerentanan fisik merupakan kerentanan bencana dilihat dari segi fisik yang menggambarkan kerentanan struktur ruang (interaksi sarana dan prasarana) dan pola ruang terbangun yang ada di wilayah rawan genangan akibat kenaikan air. Indikator kerentanan fisik adalan kawasan terbangun, jaringan listrik dan telekomunikasi, jaringan jalan dan jaringan saluran air bersih.
Kerentanan sosial merupakan kondisi kerentanan terhadap tingkat kerapuhan sosial penduduk dalam menghadapi kerawanan genangan berasal dari kenaikan air laut. Indikator kerentanan sosial ini diantaranya persepsi penduduk, usia, pendidikan, jenis kelamin dan lainnya. Kerentanan ekonomi merupakan kerentanan yang dilihat dari segi ekonomi penduduk dan kerentanan terhadap aset-aset yang dimiliki penduduk akibat genangan dari kenaikan air lat, seperti pendapatan, tabungan, kepemilikan lahan dan aset lainnya. Kerentanan lingkungan merupakan yang dilihat dari kondisi fisik lingkungan yang bernilai stategis bagi ekosistem maupun sosial ekonomi. Misalnya, tutupan hutan lindung, kawasan resapan air, tutupan terumbu karang dan lainnya. Besar kecilnya kerentanan akan menentukan besarnya risiko yang dihadapi. Seperti yang diungkapkan oleh Sutikno (2009), risiko merupakan produk dari elemen risiko (Element at Risk), kerentanan (Vulnerability) dan Bayaha (Hazard) yang dapat diformulasikan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : R = E * V * H
Pantai
Pantai adalah sebuah bentuk geografis yang terdiri dari pasir, dan terdapat di daerah pesisir laut. Daerah pantai menjadi batas antara daratan dan perairan laut. Panjang garis pantai ini diukur mengeliling seluruh pantai yang merupakan daerah teritorial suatu negara.
Menurut koreksi PBB tahun 2008, Indonesia merupakan negara berpantai terpanjang keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia. Panjang garis pantai Indonesia tercatat sebesar 95.181 km.
Garis pantai
Garis pantai adalah batas pertemuan antara bagian laut dan daratan pada saat terjadi air laut pasang tertinggi. Garis laut dapat berubah karena adanya abrasi, yaitu pengikisan pantai oleh hantaman gelombang laut yang menyebabkan berkurangnya areal daratan. Ada beberapa langkah penting yang bisa dilakukan dalam mengamankan garis pantai seperti pemecah gelombang dan pengembangan vegetasi di pantai.
Untuk mengatasi abrasi/penggerusan garis pantai dari gelombang/ombak dapat digunakan pemecah gelombang yang berfungsi untuk memantulkan kembali energi gelombang. Berbagai cara yang ditempuh untuk memecahkan gelombang diantaranya dengan menggunakan tumpukan tetrapod yang terbuat dari beton pada jarak tertentu dari garis pantai.
Hutan bakau dapat membantu mengatasi gelombang serta sekaligus bermanfaat untuk kehidupan binatang serta tempat berkembang biak ikan-ikan tertentu. Hutan bakau disebagian besar pantai Utara sudah hilang karena ulah manusia, yang pada gilirannya akan menggerus pantai. Terumbu karang juga merupakan pemecah gelombang alami, sehingga sangat perlu untuk dilestarikan dan dikembangkan dalam mempertahankan garis pantai.
Laut dan Pesisir
Laut adalah hamparan “kolam” asin
yang lebih sempit dari samudera dan berada di sekitar benua atau daratan dengan
kedalaman yang tidak terlalu dalam. Pantai merupakan bagian daratan yang
berbatasan dengan laut yang masih terpengaruh oleh proses-proses abrasi,
sedimentasi dan pasang surutair laut. Menurut bentuknya pantai dibedakan mnjadi
dua yaitu pantai landai dan pantai terjal. Sedangkan pesisir merupkan wilayah
yang berupa daratan yang masih mendapat pengaruh laut (pasang-surut air laut
dan perembesan air laut pada daratan) an wilayah laut yang masih dipegaruhi
oleh daratan (aliran air sungai dan sedimen dari darat). Berdasarkan
kedalamannya wilayah laut dapat dibedakan sebagai berikut :
a.
Zona
Litoral / Tepi Laut/ Pantai (Shore), daerah ini merupakan cekugan lautan yang
terletak di antara pasang surut.
b. Zona
Neritik / Wilayah Laut Dangkal, merupakan daerah cekungan lautan denga
kedalaman antara 100-200 m di bawah permukaan laut. Darah ini erpakan daerah
yang kaya dengan ikan karena sinar matahari masih dapat menembus dasar laut.
Zona neritik merupakan landas kontine atau paparan benua (continental shelf)
atau yang disebut dengan laut dangkaldan masih merupakan wilayah benua.
c. Zona
Bathyal, Daerah ini terletak antara kedalaman 200-800 m dibawah permukaan laut. Bentuk zona ini biasaya melereng seitr 25 m shingga disebut juga lereng
kontinen (continental slope)
d.
Parit
samudera, Daerah ini biasa dikenal dengan istilah palung.palung adalah tepi
samudera yang menunjam ke bawah kontine yang membentuk parit samudera.
Kedalaman parit samudera sangat bervariasi.
e. Alas
samudera, Merakan dasar samudera dan memiliki kedalaan di atas 1.800 m bahkan
ada yang lebih dari 6000 m.
Sedangkan pembagian laut berdasarkan
letaknya dibagi menjadi tiga golongan yaitu :
a. Laut tepi yaitu bagian laut yang
terletak di pinggir benua serta terhalang dari lautan luas oleh gugusan pulau
atau jazirah. Contoh laut Banda dll.
b. Laut tengah yaitu laut yang terletak
antara dua benua yang memiliki gejala-gejala gunung api dan mempunyai gugusan
pulau-pulau. Contoh laut pertengahan Australia.
c. Laut pedalaman yaitu bagian laut
yang hamper seluruhnya di keliling oleh daratan. Contoh laut Baltik, Laut
Kaspia dll.
Berdasarkan
proses terbentuknya laut dibedakan manjadi tiga yaitu
a. Laut Ingresi atau laut yang terjadi
karena turunnya tanah sebagai akibat tekanan vertical (gaya endogen) yang
menimbulkn patahan contoh laut jepang, laut tengah.
b. Laut trangresi yaitu laut yang
terjadi karena perubahan permukaan air laut positif baik yang disebabkan karena
kenaikan permukaan air laut atau krena turunnya daratan secara perlahan-lahan
sehingga sebagan dartan digenangi air. Contoh laut utra dan laut jawa.
c. Laut Regresi atau laut menyampit
yaitu laut yang terjadi paa zaman es.
Penggolongan
wilayah laut yang didasarkan pada wilayah kekuasaan suatu Negara diatur
berdasarkan Konferensi Hukum Laut Internasional dan disepakatioleh PBB.
Berdasarkan Konferensi Hukum Laut Internasional maka disepakati pembagian
wilayah laut sebagai berikut :
a. Laut Teriorial yaitu merupakan laut
kedaulatan penuh suatu Negara dimana Negara tersebut berhak sepenuhnya
memanfaatkan semberdaya yang terkandung di dalamnya. Batas laut territorial
ditarik dari garis dasar sejauh 12 mil kea rah luar.
b. Landas Kontinen yaitu bagian dari
benua yang terendam oleh air laut. Paa batas ini Negara memilikihak dan
kewenangan untuk mengabil sumber daya yang terkandung di dalamnya seperti ikan
dan sumber daya tambang. Batas landas kontinen di ukur dari garis dasar ke arah
laut dengan jarak paling jauh 200 mil.
c. Zona Ekonoi Eksklusif (ZEE), jalur ini
bukan merupakan bag ian wilayah suatunegara tetapi hanya memiliki dan dapat
menggunakan secara khusus untuk kepentingan ekonomi yang terdapt dalam jalur
tersebut.
Morfologi Dasar Laut
Relief yang terdapat didasar laut sebenarnya hampir sama
dengan yang ada di daratan akan tetapi memiliki nama dan istilah yang berbeda.
a. Paparan benua / continental shelf
adalah dasar laut yang dangkal dan merupakan daratan yang meluas serta
terdapatdi sepanjang pantai.
b. Punggung laut / Ridge merupakan
dasar lautan yang dangkal, memanjang dan sempit yang di kanan kirinya merupakan
laut dalam.
c. Palung laut / Trench adalah dasar
lautyang sangat dalam, memanjang, sempit dan terjal, seolah-olah merupakan
lembah di dasar laut.
d. Cekungan laut / Basin adalah dasar
laut yang dalam dan berbentuk oval menyeruaisatu baskon yang luas.
Gerak Air Laut
Gerakan air laut meliputi arus laut,
gelombang laut dan pasang surut air laut.
Arus Laut
Arus
laut adalah aliran air laut yang mempuyai arah dan peredaran yang tetap dan
teratur. Arus laut dapat dibedakan menurut letak, suhu dan cara terjadinya.
a. Arus laut menurut letaknya
รผ Arus bawah adalah arus laut yang
bergerak di bawah permukaan laut. Misalnya arus bawah di Selat Gibraltar
รผ Arus atas adalah arus laut yang
bergerak di permukaan laut, misalnya arus California.
b. Arus laut menurut suhunya
รผ Arus panas adalah jika suhu arus
laut lebih panas daripada suhu air laut disekitarnya. Misalnya Arus teluk.
รผ Arus digin ialah jika suhu arus laut
yang lebih dingin dibandingkan dengan air laut disekitarnya. Missal arus
Labrador.
c. Arus laut menurut terjadinya
รผ Arus karena perbedaan kadar garam
atau berat jenis air laut.
รผ Arus karena angin.
รผ Arus karena perbedaan niveau (beda
tinggi muka air).
รผ Arus karena pengaruh daratan atau
benua.
รผ Arus karena pasang naik dan surut.
Gelombang Laut
Gelombang adalah suatu bentuk punggung air yang menyerupi
bentuk bukit yng dapat berubah bentuk pada permukaan air. Aliran turbulen dan
energy angin menyebabkan terjadinya perubahan tegangan dan tekanan di atas
permukaan laut. Selain karena tiupan angin, gelombang juga dapat ditimblkan
oleh adanya dislokasi dasar laut atau yang diketahui sebagai gelombang tsunami.
Tinggi rendahnya gelombang dipengaruhi oleh kekuatan gaya geser angin yang
menggerakkannya. Komar (1983) membagi gelombang menjadi tiga jenis yaitu sea,
swell dan surf. Sea adalah gelombang yang langsung dibangkitkan oleh
angin. Swell adalah gelombang lanjutan dari gerakan air yang terdorong
oleh kekuatan gelombang sea. Sedangkan Surf adalah gelombang yang telah
pecah mndekati garis pantai.
Pasang Surut
Pasang surut air laut adalah perubahan ketinggian permukaan
air laut yang berlangsung secara periodic dalam periode setengah hari. Pasang
surut air laut disebabkan oleh adanya pengaruh gaya gravitasi bulan. Sela itu juga
disebabkan oleh gaya grafitasi antara bumi-bulan-matahari. Hokum gravitasi
Newton menyatakan bahwa semua massa benda tarik menarik satu sama lain, dan
gaya ini tergantung pada besarnya massa serta jarak di antara massa tersebut.
Sehingga dapat dipahami meskipun massa bulan lebih kecil dari massa matahari
tetapi jaraknya ke bumi juga jauh lebih kecil sehingga gaya tarik bulan
terhadap bumi pengaruhnya lebih besar dibandingkan pengaruh gaya tarik matahari
terhadap bumi. Ketka bulan baru dan bulan penuh posisi matahari bulan dan bumi
berada pada satu garis lurus, kombinasi gaya tarik bulan dan matahari bekerja
saling menguatkan sehingga terjadi pasang naik tertinggi.
Kualitas Air Laut
Kualitas air laut ditentukan oleh konsentrasi bahan kimia
terlarut dalam air. Perbedaan kualitas air laut juga dapat dilihat dari suhu,
kecerahan dan salinitasnya. Keadaan suhu perairan laut ditentukan oleh besar
kecilnya enyinaran matahari (insolasi), letak lintang geografis daerah tersebut
dan keadaan anginnya. Suhu permukaan laut di bumi ini berbeda-beda tergantung
letak lintangnya, daerah tropis menerima penyinaran matahari lebih banyak dari
pada daerah lainnya sehingga suhu permukaan air laut di daerah tropis mencapai
30° C bahkan lebih. Sedangkan di daerah lintnag pertengahan suhu permukaan laut
berkisar antara 5°-18°C. sedangkan di daerah kutub umumnya menerima sinar
matahari dengan sudut condong sehigga pemanasan tidak focus pada permukaan,
selain itu banyak sinar yang dipantulkan kembali ke atmosfer sehingga akan memabh
dingin suhu di daerah kutub.
Kecerahan air laut ditentukan oleh kekeruhan air laut dari
kandungan sedimen yang dibawa aliran sungai dan juga karena kandungan zat
organic dan anorganik yang ada di laut.pada laut yang keruh radiasi matahari
yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis tumbuha laut dan karang juga akan
kurang dibandingkan dengan air laut yang jernih. Di perairan yang dalam dan
jernih fotosintesis dapat mencapai 200 m sedangkan jika airnya keruh hanya
mencapai 15-40 m. laut yang jernih merupakan habitat yang baik untuk tumbuhnya
terumbu karang dari cangkang binatang koral.
Sedangkan salinitas air merupakan kadar kandungan mineral
garam dalam air laut (dnyataa denagn gram). Garam di laut berasal dari hasil
pelapukan di daratan. Hasil-hasil pelapukan ini mengandung bermacam-macam garam
yang dilarutkan oleh sungai dan dihanyutkan serta dibawa ke laut. Cara
penghitungan salinitas biasanya menghitung jumlah kadar kor yang ada dalam satu
sampel (chlorinitas) dengn rumus :
Salinitas umumnya stabil meskipun di beberapa tempat terjadi
fluktuasi. Laut yang memiliki kadar garam rendah biasanya banyak dijumpai di
daerah-daerah yang memiliki banyak muara sungai.
Jenis-Jenis
Perairan
1.
Sungai
Sungai adalah
perairan yang airnya mengalir secara terus menerus pada arah tertentu, berasal
dari air tanah, air hujan, dan atau air permukaan yang akhirnya bermuara ke
laut atau perairan terbuka yang luas. Sungai mati, perairan lebak, kanal dan
saluran irigasi yang dibuat manusia termasuk ke dalam kategori sungai.
Ada
bermacam-macam jenis sungai. Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan menjadi
tiga macam yaitu: sungai hujan, sungai gletser dan sungai campuran.
a. Sungai
Hujan, adalah sungai yang airnya berasal
dari air hujan atau sumber mata air. Contohnya adalah sungai-sungai yang ada di
pulau Jawa dan Nusa Tenggara.
b. Sungai
Gletser, adalah sungai yang airnya berasal
dari pencairan es. Contoh sungai yang airnya benar-benar murni berasal dari
pencairan es saja (ansich) boleh dikatakan tidak ada, namun pada bagian hulu sungai
Gangga di India (yang berhulu di Peg. Himalaya) dan hulu sungai Phein di Jerman
(yang berhulu di Pegunungan Alpen) dapat dikatakan sebagai contoh jenis sungai
ini.
c. Sungai
Campuran, adalah sungai yang airnya berasal
dari pencairan es ( gletser ), dari hujan, dan dari sumber mata air. Contoh
sungai jenis ini adalah sungai Digul dan sungai Mamberamo di Papua ( Irian
Jaya).
2.
Danau
Danau adalah
genangan air yang luas dengan tinggi dan luas permukaan air berfluktuasi kecil,
yang kedalamannya dangkal atau sangat dalam, mempunyai atau tidak mempunyai
sungai yang mengalir ke dalam atau ke luar perairan, terbentuk secara alami dan
terisoiasi dari laut. Situ dan telaga termasuk kedalam kategori danau. Berdasarkan cara terbentuknya, danau dapat
dibedakan atas beberapa jenis yaitu sebagai berikut:
a. Danau Tektonik yaitu danau yang
terbentuk tenaga endogen yang bersumber dari gerakan tektonik. Misalnya Danau
Tondano dan Danau Towuti di Sulawesi
b. Danau Vulkanik, yaitu danau bekas
kawah kawah gunung api. Misalnya Danau Kawah Gunung Kelud, Gunung Batur, Gunung
Galunggung dan lain sebagainya
c. Danau Vulkano-tektonik yaitu danau
yang terbentuk karena proses vulkanik dan tektonik. Hal ini diakibatkan kerena
patahan atau depresi pada bagian permukaan bumi pasca letusan.
d. Danau Pelarutan (solusional) yaitu
danau yang terbentuk pada bentuk lahan negative atau berada dibawah rata-rata permukaan
bumi akibat pelarutan.
e. Danau Tapal Kuda (oxbow lake)
terbentuk akibat proses pemotongan meander secara alami dan ditinggalkan
alirannya sehingga disebut kali mati.
3.
Waduk
Waduk adalah genangan air yang
terbentuk karena pembendungan aliran sungai oleh manusia.
4.
Rawa
Rawa adalah perairan yang cukup luas
yang terdapat di dataran rendah dengan sumber air dari air hujan, air laut dan
atau berhubungan atau tidak berhubungan dengan sungai, relatif tidak dalam,
berdasar lumpur dan atau tumbuhan membusuk, banyak terdapat vegetasi baik yang
mengapung dan mencuat maupun tenggelam. Berdasarkan
proses terbentuknya, rawa dibedakan dalam beberapa jenis:
a.
Rawa Pantai
Rawa ini slalu dipengaruhi oleh
pasang-surut air laut
b.
Rawa Pinggiran
Rawa pinggiran sepanjang aliran
sungai terjadi akibat sering meluapnya air sungai tersebut
c.
Rawa Abadi
Rawa yang airnya terjebak dalam
sebuah cekungan dan tidak memiliki pelepasan ke lau. Air rawa ini asam dan
berwarna kemerah-merahan.
5.
Gletser
Gletser menurut Katili (dalam Tanudidjaja)
adalah masa es berbutir yang terbentuk dari penimbunan salju dan bergerak
menuju ke bawah akibat gravitasi bumi, sambil menguap ataupun meleleh.salju
berasal dari uap air yang membeku di daerah dingin pada lintang tinggi dan
daerah lintang sedang pada musim dingin (winter). Timbunan es di daerah lereng
pegunungan tersebut akan menuruni lereng-lereng yang disebut gletser.
Daerah Aliran Sungai (DAS)
DAS adalah sebidang lahan yang
menampung air hu jan dan mengalirkannya menuju parit, sungai dan akhirnya
bermuara ke danau atau laut. Istilah yang juga umum digunakan untuk DAS adalah
daerah tangkapan air (DTA) atau catchment atau watershed. Batas DAS adalah
punggung perbukitan yang membagi satu DAS dengan DAS lainnya.
Air mengalir dari tempat yang tinggi
ke tempat yang lebih rendah sepanjang lereng maka garis batas sebuah DAS adalah
punggung bukit sekeliling sebuah sunga i. Garis batas DAS tersebut merupakan
garis khayal yang tidak bisa dilihat, tetapi dapat digambarkan pada peta. Batas
DAS kebanyakan tidak sama dengan batas wilayah administrasi. Akibatnya sebuah
DAS bisa berada pada lebih dari satu wilayah administrasi. Ada DAS yang
meliputi wilayah beberapa negara (misalnya DAS Mekong), beberapa wilay ah
kabupaten (misalnya DAS Brantas), atau hanya pada sebagian dari suatu
kabupaten.
DAS Mikro atau tampungan mikro
(micro catchment) adalah suatu cekungan pada bentang lahan yang airnya mengalir
pada suatu parit. Parit tersebut kemungkinan mempunyai aliran sebelum dan
sesudah hujan turun (intermitten flow) atau ada pula yang aliran airnya
sepanjang tahun (perennial flow). Sebuah DAS yang menjadi bagian dari DAS yang
lebih besar dinamakan sub DAS yang merupakan daerah tangkapan air dari anak
sungai.
DAS
dapat dibagi ke dalam tiga komponen yaitu : bagian hulu, tengah dan hilir.
Ekosistem bagian hulu merupakan daerah tangkapan air utama dan pengatur aliran.
Ekosistem tengah sebagai daerah distributor dan pengatur air, sedangkan
ekosistem hilir merupakan pemakai air. Hubungan antara ekosistem-ekosistem ini
menjadikan DAS sebagai satu kesatuan hidrologis. Di dalam DAS terintegrasi
berbagai faktor yang dapat mengarah kepada kelestarian atau degradasi tergantung
bagaimana suatu DAS dikelola.
Di
pegunungan, di dataran tinggi dan dataran rendah sampai di pantai dijumpai
iklim, geologi, hidrologi, tanah dan vegetasi yang saling berinteraksi
membangun ek osistem.
Setiap ekosistem di dalam DAS memiliki komponen biot ik dan abiotik yang saling berinteraksi. Memahami sebuah DAS berarti belajar tentang segala proses-proses alami yang terjadi dalam batas sebuah DAS.
Setiap ekosistem di dalam DAS memiliki komponen biot ik dan abiotik yang saling berinteraksi. Memahami sebuah DAS berarti belajar tentang segala proses-proses alami yang terjadi dalam batas sebuah DAS.
Sebuah
DAS yang sehat dapat menyediakan :
a. Unsur hara bagi tumbuh-tumbuhan
b. Sumber makanan bagi manusia dan
hewan
c. Air minum yang sehat bagi manusia
dan makhluk lainnya
d. Tempat berbagai aktivitas manusia
dan hewan
Beberapa proses alami dalam DAS bisa
memberikan dampak menguntungkan kepada sebagian kawasan DAS tetapi pada saat
yang sama bisa merugikan bagian yang lain. Banjir di satu sisi memberikan
tambahan tanah pada dataran banjir tetapi untuk sementara memberikan dampak
negatif kepada manusia dan kehidupan lain.
Macam-Macam Pola Aliran
1. Dendritik adalah seperti percabangan
pohon, percabangan tidak teratur dengan arah dan sudut yang beragam. Berkembang
di batuan yang homogen dan tidak terkontrol oleh struktur, umunya pada batuan
sedimen dengan perlapisan horisontal, atau pada batuan beku dan batuan
kristalin yang homogen.
2. Paralel adalah anak sungai utama
saling sejajar atau hampir sejajar, bermuara pada sungai-sungai utama dengan
sudut lancip atau langsung bermuara ke laut. Berkembang di lerengyang
terkontrol oleh struktur (lipatan monoklinal, isoklinal, sesar yang saling
sejajar dengan spasi yang pendek) atau dekat pantai.
3. Radial atau menjari, jenis ini
dibedaka n menjadi dua yaitu:
รผ Radial sentrifugal adalah pola
aliran yang menyebar meninggalkan pusatnya. Pola aliran ini terdapat di daerah
gunung yang berbentuk kerucut.
รผ Radial sentripetal adalah pola
aliran yang mengumpul menuju ke pusat. Pola ini terdapat di daerah basin
(cekungan).
รผ Trellis adalah percabangan anak
sungai dan sungai utama hampir tegak lurus, sungai-sungai utama sejajar atau
hampir sejajar. Berkembang di batuan sedimen te rlipat atau terungkit dengan
litologiyang berselang-seling antara yang lunak dan resisten.
รผ Annular adalah sungai utama
melingkar dengan anak sungai yang membentuk sudut hampir tegak lurus.
Berkembang di dome dengan batuan yang berseling antara lunak dan keras.
รผ Centripetal adalah sungai yang
mengalir memusat dari berbagai arah. Berkembang di kaldera, karater, atau
cekungan tertutup lainnya.
รผ Multibasinal adalah percabangan
sungai tidak bermuara pada sungai utama, melainkan hilang ke bawah permukaan.
Berkembang pada topografi karst.
รผ Pinate adalah pola aliran di mana
muara-muara anak sungainya membentuk sudut lancip.
รผ Rektangular adalah pola aliran yang
membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-siku 90°.
Bentuk lahan Asal Proses Marine
Bentuk
lahan asal proses marine dihasilkan oleh aktivitas gerakan air laut, baik pada
tebing curam, pantai berpasir, pantai berkarang maupun pantai berlumpur.
Aktivitas marine sering dipengaruhi aktivitas fluvial sehingga sering disebut
sebagai fluvio-marine. Proses marine mempunyai pengaruh yang sangat aktif pada
daerah pesisir sepanjang pantai.
Semakin
dangkal laut maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam daerah
pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat proses terjadinya bentang
alam di daerah pantai. Selain dipengaruhi oleh kedalaman laut, perkembangan
bentang lahan daerah pantai juga dipengaruhi oleh:
a. Struktur,
tekstur, dan komposisi batuan.
b. Keadaan
bentang alam atau relief dari daerah pantai atau daerah di daerah sekitar
pantai tersebut.
c. Proses
geomorfologi yang terjadi di daerah pantai tersebut yang disebabkan oleh tenaga
dari luar, misalnya yang disebabkan oleh angin, air, es, gelombang, dan arus
laut.
d. Proses
geologi yang berasal dari dalam bumi yang mempengaruhi keadaan bentang alam di
permukaan bumi daerah pantai, misalnya tenaga vulkanisme, diastrofisme,
pelipatan, patahan, dan sebagainya.
e. Kegiatan
gelombang, arus laut, pasang naik dan pasang surut, serta kegiatan organisme
yang ada di laut.
Berdasarkan morfologinya daerah
pesisir pantai dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut :
1.
Pantai bertebing terjal (cliff)
Pantai
bertebing terjal merupakan bentuk lahan hasil bentukan erosi marin yang
paling banyak terdapat. Bentukan dan roman cliff berbeda satu dengan yang lainnya, karena dipengaruhioleh
struktur batuan, dan jenis batuan serta sifat batuan. Cliff pada batuan
beku akan lain dengan cliff pada batuan sedimen. Pelapisan batuan sedimen
misalnya akan berbeda dengan pelapisan yang miring dan pelapisan mendatar.
Sebatas daerah di atas ombak, umumnya tertutup oleh vegatasi, sedangkan bagian
bawahnya umumnya berupa singkapan batuan. Aktivitas pasang surut dan gelombang
mengikis bagian tebing, sehingga membentuk bekas-bekas abrasi seperti:
a. Tebing
(cliff)
b. Tebing
bergantung (notch)
c. Rataan
gelombang pasang surut
2.
Pantai
bergisik
Pantai bergisik ini
pada dasarnya merupakan daerah pasang surut yang terdapat endapan material
hasil abrasi. Material ini dapat berupamaterial halus dan juga bisa berupa
material yang kasar. Namun pantai bergisik tidak saja terdapat pada pantai
cliff, tetapi juga bisa terdapat pada daerah pantai yang landai. Pada pantai
yang landai material gisik ini kebanyakan berupa pasir ,dan sebagaian
kecil berupa meterial dengan butiran kerikil sampai yang lebih besar. Pada
umumnya material pasir suatu gisik pantai berasal dari daerah pedalaman
yang di bawah air sungai ke laut kemudian diendapkan oleh arus laut sepanjang
pantai. Gisik seperti ini dapat dijumpai di sekitar Muara sungai.
3.
Pantai
berawa payau
Rawa payau juga
mencirikan daerah pantai yang tumbuh atau akresi(accretion). Proses sedimentasi merupakan penyebab bertambah majunya
pantai ke arah laut. Material penyusun umumnya berbutir halusdan medan ini
berkembang pada lokasi yang gelombangnya kecil atau terhalang serta dengan
kondisi air laut yang relatif dangkal. Karena airnya payau, maka daerah ini kemungkinan untuk pengembangannya
sangat terbatas. Rawa payau ini pada umumnya ditumbuhi oleh tumbuhan
rawa payau seperti bakau, nipah, dan tumbuh-tumbuhan rawa lainnya yang
hidup di air payau. Tumbuhan bakau ini dapat berfungsi sebagai pemecah gelombang dan sebagai penghalang
pengikisan di pantai, sebaliknya sedimentasi bisa terjadi. Oleh karena itu
pantai mengalami akresi. Peranan bakau di dalam merangsang pertumbuhan
pantai terbukti jelas jika bakaunya hilang/mati, ditebang habis, maka yang
terjadi adalah sebaliknya yaitu pantai mengalami erosi.
4.
Pantai berterumbu karang
Terumbu karang (coral reef) terbentuk oleh aktivitas
binatang karangdan jasad renik lainnya. Proses ini terjadi pada areal-areal
yang cukup luas.
5.
Pantai
Belakang (Backshore)
Backshore
adalah bagian dari pantai yang terletak di antara pantai depan (foreshore) dengan garis batas
laut tetap (coastline).
Daerah ini hanya akan tergenang air apabila terjadi gelombang pasang yang
besar. Dengan demikian daerah ini akan kering apabila tidak terjadi gelombang
pasang yang intensitasnya besar. Bentang alam seperti ini biasanya terdapat
pada daerah pantai yang terjal, misalnya di pantai selatan Pulau Jawa.
6.
Lepas pantai (Off shore)
Lepas pantai adalah daerah yang meluas dari garis pasang
surut terendah ke arah laut, dibedakan:
a.
Inshore, meluas dari garis pasang-surut
sampai gosong pasir (bar)
atau daerah empasan (breakers).
b. Off shore, meluas di sebelah luar, araeh ke
laut.
Topografi Pantai
Erosi gelombang sangat mempengaruhi terjadinya garis pantai.
Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi gelombang, misalnya ukuran dan
kekuatan gelombang, kemiringan lereng dan ketinggian garis pantainya, komposisi
batuannya, kedalaman airnya, serta lamanya proses tersebut berlangsung.
Apabila gelombang di laut dalam menghempas pantai yang
curam, maka sebagian besar air akan membalik kembali ke laut dan mengerosi
lereng cliff tersebut dan naik dari permukaan air yang dangkal.
1. Kekuatan Gelombang
Gelombang
pasang yang menghempas pantai merupakan penyebab pengikisan gelombang secara
langsung. Bekas-bekas pengikisan gelombang tersebut menyebabkan semakin
besarnya kekuatan gelombang.
2. Kenampakan Hasil Kerja Gelombang
Seperti
halnya tenaga pengikis yang lain, tenaga gelombang juga dapat menyebabkan
pengendapan selain menyebabkan pengikisan, sehingga di satu sisi menebabkan
kerusakan pantai dan di sisi yang lain akan menyebabkan berkembang atau
terbentuknya garis pantai.
Ada beberapa kenampakan bentang lahan hasil kegiatan gelombang, yaitu:
Ada beberapa kenampakan bentang lahan hasil kegiatan gelombang, yaitu:
a. Goresan gelombang pantai
Bekas
dari gelomang di pantai akan terlihat jelas apabila struktur batuan yang
menyusun pantai tersebut tidak seragam. Batuan yang mudah tererosi akan lebih
cepat terkikis bila dibandingkan dengan batuan yang resisten. Kenampakan ini
banyak dijumpai pada pantai yang berusia tua.
b. Pantai curam (Cliff) dan teras-teras pantai
Apabila
dinding pantai Cliff yang tersusun
dari jenis batuan yang tidak tahan erosi dihantam gelombang yang cukup tinggi,
maka batuan tersebut tidak hancur sekaligus. Sebagian material batuan akan
menumpuk di bagian bawah dan dapat mempengaruhi kerja dari gelombang. Apabila
tumpukan material tersebut mengalami pengikisan, maka tanah pantai kliff
tersebut akan mengalami longsor (landslide)
secara vertikal sehingga terbentuk teras-teras gelombang. Lebar teras gelombang
itu sendiri tergantung pada faktor-faktor penyebab erosi gelombangnya. Semakin
kuat gelombangnya, maka teras-teras gelombangnya akan bertambah lebar.
3. Kenampakan Hasil Pengendapan
Gelombang
Kenampakan
bentang lahan hasil pengendapan gelombang ada beberapa macam, yaitu:
a. Gisik (beach)
Gisik
merupakan suatu bentuk pengendapan yang terjadi di pantai. Gisik terletak
tinggi di atas pantai belakang atau pada posisi lainnya pada pantai depan.
Kadang-kadang gisik ini terlihat seperti jembatan yang bertingkat-tingkat turun
ke arah laut. Material pada gisik ini terdiri dari kerikil yang bulat-bulat,
kerikil yang kasar (gravel), dan
pasir.
b. Penampang gisik yang seimbang
Apabila
dalam perkembangannya pantai yang tenggelam mencapai tingkatan gisik yang lebar
dan memencarpada pantai depan, maka akan terjadi keseimbangan antara tenaga
erosi dan pengangkutan yang berasal dari gelombang dari proses pengendapan arus
bawah serta arus pantai yang lain. Apabila proses penyeimbangan ini terjadi,
maka lereng akan terlihat bertingkat-tingkat sesuai dengan arah arus ke laut.
Inilah penampang melintang pantai yang mengalami keseimbangan. Jenis pantai ini
biasanya berbentuk cembung ke atas dan bertingkat-tingkat ke arah daratan.
c.
Gisik
puncak (cusped beaches)
Gisik
puncak ini terbentuk akibat kegiatan gelombang. Pada sisi yang mengarah ke laut
dari beberapa gisik terdapat endapan pasir, kerikil, atau batu-batu besar yang
seragam. Di bagian bawah terdapat semacam bukit kecil yang merupakan puncak
gisik yang berbentuk agak cembung.
d.
Gosong
pasir (offshore bars) atau penghalang
(barrier)
Apabila
dataran hasil kegiatan gelombang terbentuk cukup luas dan di daerah ini terjadi
proses sedimentasi yang juga luas, maka gelombang badai yang cukup besar mampu
memecah daratan dan akan membentuk semacam jembatan yang arahnya sejajar dengan
garis pantainya. Endapan yang terlihat seperti jembatan ini disebut penghalang
(barrier), ambang (bar), atau gosong pasir (offshore bars).
Proses Terbentuknya Pantai
Tenaga yang mempengaruhi proses pembentukan pantai, baik
secara langsung maupun tidak langsung ada beberapa macam, yaitu gelombang laut,
arus litoral, pasang naik dan pasang surut, tenaga es, dan kegiatan organisme
laut.
a. Gelombang Air Laut
Gelombang
dapat terjadi dengan beberapa cara, misalnya longsoran tanah laut, batu yang
jatuh dari pantai curam, perahu atau kapal yang sedang lewat, gempa bumi di
dasar laut, dan lain sebagainya. Diantaranya adalah gelombang yang disebabkan
oleh angin. Angin akan berhembus dengan kencang apabila terjadi
ketidakseimbangan tekanan udara. Karena tekanan yang tidak sama di permukaan
air itulah yang menyebabkan permukaan air berombak. Adanya gelombang ini sangat
penting dalam perkembangan garis pantai.
b. Arus Litoral
Selain
gelombang air laut, arus litoral juga merupakan tenaga air yang sangat penting
pengaruhnya dalam pembentuka garis pantai. Pengaruh arus litoral terhadap
perkembangan garis pantai dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tekanan atau
kekuatan angin, kekuatan gelombang laut, kedalaman air, dan bentuk pantainya.
Apabila bentuk pantainya landai dan proses pengendapannya cukup besar, maka
arus litoral mempunyai pengaruh yang sangat penting sebagai tenaga pengangkut.
Pada daerah pantai yang tersusun dari batuan yang tidak kompak, proses erosi
akan bekerja sangat intensif. Jika hasil pengendapan terangkut dari permukaan
air yang dangkal menuju permukaan air yang lebih dalam, maka arus litoral
merupakan tenaga yang sangat efektif dalam proses pengendapan di pantai.
c. Pasang Naik dan Pasang Surut
Pengaruh
pasang-surut yang terpenting terhadap pembentukan pantai adalah naik-turunnya
permukaan air laut dan kekuatan gelombangnya. Apabila gelombang besar terjadi
pada saat pasang naik akan merupakan tenaga perusak yang sangat hebat di
pantai. Arus air yang ditimbulkan oleh pasang naik dan pasang surut akan
bergerak melalui permukaan terbuka dan sempit serta merupakan tenaga pengangkut
endapan daratan yang sangat intensif.
d. Tenaga Es
Pengaruh
tenaga es yang terpenting yaitu adanya pengkerutan es dan pemecahan atau
pencairan es. Air yang berasal dari bawah akan naik dan mengisi celah-celah dan
akhirnya akan membeku. Apabila terjadi perubahan iklim, maka es akan mencair
sehingga permukaan airnya akan bertambah besar.
e. Organisme
Jenis
binatang laut yang sangat penting dalam proses pembentukan garis pantai beserta
perubahannya salah satunya yaitu binatang karang. Binatang karang yang paling banyak
membentuk batuan karang ialah golongan polyps. Polyps merupakan jenis binatang
karang yang sangat kecil yang hidup dengan subur pada air laut yang memiliki
kedalaman antara 35-45 meter.
Jenis makhluk hidup lain yang berpengaruh pada perkembangan
pantai ialah tumbuh-tumbuhan ganggang (algae).
Ganggang merupakan jenis mikro flora yang dapat membantu pengendapan dari
larutan yang mengandung kalsium karbonat menjadi endapan kapur.
Klasifikasi
Pantai
Antara pantai yang satu dengan garis pantai yang lainnya
mempunyai perbedaan. Perbedaan dari masing-masing jenis pantai tersebut umumnya
disebabkan oleh kegiatan gelombang dan arus laut.
Menurut Johnson, pantai dapat dibedakan menjadi
empat macam, yaitu:
1.
Pantai yang Tenggelam (Shoreline of submergence)
Shoreline of submergence merupakan jenis pantai yang terjadi
apabila permukaan air mencapai atau menggenangi permukaan daratan yang
mengalami penenggelaman. Disebut pantai tenggelam karena permukaan air berada
jauh di bawah permukaan air yang sekarang. Untuk mengetahui apakah laut
mengalami penenggelaman atau tidak dapat dilihat dari keadaan pantainya. Naik
turunnya permukaan air laut selama periode glasial pada jaman pleistosin
menyebabkan maju mundurnya permukaan air laut yang sangat besar. Selain itu,
penenggelaman pantai juga bisa terjadi akibat penenggelaman daratan. Hal ini
terjadi karena permukaan bumi pada daerah tertentu dapat mengalami pengangkatan
atau penurunan yang juga dapat mempengaruhi keadaan permukaan air laut.
Pengaruh ini sangat terlihat di daerah pantai dan pesisir. Pada bentang lahan
yang disebabkan oleh proses geomorfologi, pantai yang tenggelam dapat dibagi
menjadi beberapa jenis. Hal ini dapat dilihat dari bentuk pantai yang berbeda
sebagai akibat dari pengaruh gelombang dan arus laut. Jenis-jenis pantai tersebut
antara lain:
a. Lembah
sungai yang tenggelam
Pada umumnya lembah sungai yang
tenggelam ini disebut estuarium, sedangkan pantainya disebut pantai ria. Lembah
sungai ini dapat mengalami penenggelaman yang disebabkan oleh pola aliran
sungai serta komposisi dan struktur batuannya.
b. Fjords (lembah glasial yang tenggelam)
Fjords merupakan pantai curam yang
berbentuk segitiga atau berbentuk corong. Fjords atau lembah glasial yang
tenggelam ini terjadi akibat pengikisan es. Ciri khas dari bagian pantai yang tenggelam
ini yaitu panjang, sempit, tebingnya terjal dan bertingkat-tingkat, lautnya
dalam, dan kadang-kadang memiliki sisi yang landai. Pantai fjords ini terbentuk
apabila daratan mengalami penurunan secara perlahan-lahan. Bentang lahan ini
banyak terdapat di pantai laut di daerah lintang tinggi, dimana daerahnya
mengalami pembekuan di musim dingin. Misalnya di Chili, Norwegia, Tanah Hijau,
Alaska, dan sebagainya.
c.
Bentuk pengendapan sungai
Bentuk pengendapan sungai dibedakan
menjadi beberapa macam, yaitu: (1) Delta, yaitu endapan sungai di pantai yang
berbentuk segitiga dan cembung ke arah laut; (2) Dataran banjir, yaitu sungai
yang terdapat di kanan dan kiri sungai yang terjadi setelah sungai mengalami
banjir; (3) Kipas alluvial, yaitu bentuk pengendapan sungai seperti segitiga,
biasanya terdapat di daerah pedalaman, dan ukurannya lebih kecil bila
dibandingkan dengan delta, serta sungainya tidak bercabang-cabang.
d. Bentuk
pengendapan glasial
Bentuk pengendapan ini disebabkan
oleh proses pencairan es.
e.
Bentuk permukaan hasil diastrofisme
Bentuk kenampakan ini dapat
diilustrasikan sebagai fault scraps
(bidang patahan), fault line scraps
(bidang patahan yang sudah tidak asli), graben
(terban), dan hocgbacks. Setelah
mengalami penenggelaman, fault scraps,
fault line scraps, dan dinding graben
akan langsung menjadi pantai.
f.
Bentuk permukaan hasil kegiatan gunung api
Jenis pantai yang disebabkan oleh
kegiatan gunung api ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: (1) Merupakan
hasil kegiatan kerucut vulkanis (mound), yang menyebabkan terbentuknya
pantai yang cembung ke luar; (2) Merupakan hasil kegiatan aliran lava (lava
flow), yang menyebabkan terbentuknya pantai yang cekung ke luar.
2.
Pantai yang Terangkat (Shoreline of emergence)
Pantai ini terjadi akibat adanya pengangkatan
daratan atau adanya penurunan permukaan air laut. Pengangkatan pantai ini dapat
diketahui dari gejala-gejala yang terdapat di lapangan dengan sifat yang khas,
yaitu:
a.
Terdapatnya bagian atau lubang dataran gelombang
yang terangkat
Di daerah ini banyak dijumpai
teras-teras pantai (stacks), lengkungan tapak (arches), pantai
terjal (cliffs), serta gua-gua pantai (caves).
b.
Terdapatnya teras-teras gelombang
Teras gelombang ini terbentuk pada
saat permukaan air mencapai tempat-tempat di mana teras tersebut berada.
Teras-teras ini merupakan batas permukaan air.
c.
Terdapatnya gisik (beaches)
Gisik yaitu tepian laut yang
terdapat di atas permukaan air laut yang terjadi karena adanya pengangkatan
dasar laut.
d.
Terdapatnya laut terbuka
Laut terbuka ini terjadi karena
adanya dasar laut yang terangkat.
e.
Garis pantai yang lurus (straight shoreline)
Erosi gelombang dan pengendapannya
pada laut dangkal cenderung menurunkan bentang lahan dan menyebabkan dasar laut
dasar laut yang dangkal menjadi datar. Apabila dasar laut yang dangkal tersebut
sekarang mengalami pengangkatan, maka garis pantai yang terbentuk akan
kelihatan lurus.
3.
Pantai yang Netral (Neutral shoreline)
Jenis pantai ini terjadi di luar
proses penenggelaman dan pengangkatan, misalnya pantai yang terjadi pada delta,
plain hanyutan, terumbu karang, gunung api, gumuk-gumuk pasir, dan jenis pantai
yang merupakan hasil dari sesar (patahan).
4.
Pantai Majemuk (Compound shorelines
Jenis pantai ini terjadi sebagai
gabungan dua atau lebih proses di atas. Berarti dalam suatu daerah bisa terjadi
proses penenggelaman, pengangkatan, pengendapan, dan sebagainya.
Perkembangan
Garis Pantai
1.
Perkembangan pantai
tenggelam
a. Stadia
awal (Early Youth), ditandai oleh garis pantai yang tidak teratur,
banyak teluk yang dipisahkan oleh daratan yang menjorok ke laut.
b. Stadia
muda (Youth), ditandai oleh erosi yang meninggkat, arus sepanjang pantai
mengendapkan materi yang tererosi membentuk spit dan hook,
terbentuknya offshore bar dan terbentuk laguna.
2.
Perkembangan pantai
timbul
a.
Stadia
awal, ditandai oleh garis-garis pantai tidak teratur, landai dengan laut
dangkal.
b.
Stadia
muda, ditandai dengan gelombang mengeruk dasar laut dangkal dan menggangkatnya
ke zone surf membangun off shore bar, off shore bar muncul
dan membentuk laguna.
c.
Stadia
dewasa, mulai terbentuk cliff rendah, gelombang langsung ke darat karena
off shore dirusak dan laguna terendapi.
d.
Stadia
tua, erosi lanjut sehingga head land terpotong, hasil kikisan gelombang
diendapkan di teluk-teluk kecil menyebabkan garis pantai lurus.
Menurut
Vallentine (1951,
Vide Thornbury, 1964) yang dibagi berdasarkan pendekatan genesa dan adanya
perubahan-perubahan pantai saat ini.
a. Pantai maju (prograding shore
line) kemungkinan dapat terjadi karena:
· Pantai naik (emergence coast),
yaitu pantai yang terjadi karena adanya pengangkatan dasar laut.
· Pantai karena pengendapan dari laut
(prograding).
รผ Akibat organisme, terbentuk pantai
koral atau pantai bakau.
รผ Akibat bukan organisme, misal
pengendapan oleh laut atau tanggul-tanggul pantai (off shore bar) danlagoon.
รผ Akibat pengendapan fluvial, misalnya
Pantai delta dan Pantai dataran
alluvial.
b. Pantai mundur (retrograding shore
line) kemungkinan dapat terjadi karena:
· Pantai yang tenggelam
· Pantai yang mengalmi erosi glasial
atau erosi topografi, lama-lama menjadi turun, contohnya: Pantai Fjord di
daerah Boothbay Maine.
· Pantai yang menggalami erosi
fluvial, berupa pantai pegunungan perlipatan tua, contohnya: Pantai Ria di
New Zealand.
· Pantai yang mengalami abrasi
gelombang atau ombak (retrograding), tebing mundur karena pukulan ombak
(cliff borered), contohnya: Pantai Cliff Kapur di Bitling Gap (England).
Menurut Shepard (1948) dibagi berdasarkan
faktor-faktor pembentuknya, berdasarkan pendekatan secara genesa atau perbedaan
bentuk-bentuk awal (initial) dan juga bentuk-bentuk berikutnya (subquential).
1. Pantai primer, stadia muda
Pantai primer, stadia muda ini
dihasilkan oleh proses bukan asal laut (nonmarine agencies):
a. Bentuk pantai yang tenggelam karena
erosi dari daratan oleh sungai (glasial).
· Pantai yang terbentuk oleh endapan
asal darat.
· Pantai hasil pengendapan fluvial.
· Pantai pengendapan glasial, sebagai
morena yang tenggelam.
b. Pantai maju karena pengendapan angin
(prograding sand dunes).
· Pantai yang terbentuk oleh meluasnya
tumbuh-tumbuhan pada pantai (mangrove).
c. Pantai akibat aktivitas volkanik.
· Pantai yang dipengaruhi oleh aliran
lava masa kini (recent lava flow), contoh: di sekitar Kepulauan Hawai.
· Pantai amblesan volkanik dan pantai
kaldera, contoh: Pantai yang terbentuk oleh batuan vulkanik di Keanae, Hawaii.
d. Pantai yang terbentuk karena
diastropisme atau tektonik yang bekerja.
· Pantai yang terbentuk oleh tebing
patahan atau gawir, pantai lurus dan dalam.
· Pantai yang terbentuk oleh
perlipatan. Bila pantai sejajar sumbu lipatan, terbentuk tebing pantai yang
curam.
2. Pantai sekunder, stadia dewasa
Pantai sekunder, dengan stadia
dewasa yang dihasilkan oleh proses asal laut (marine agencies).
a. Bentuk pantai lurus, karena erosi
gelombang.
· Pantai
terjal lurus karena erosi geolombang, dengan ciri-ciri: batuan homogen
dan dijumpai suatu dataran (wave cut bench).
·
Pantai
yang berliku-liku, karena erosi gelombang, dengan ciri-ciri: batuan tidak
homogen dan ada teluk-teluk kecil.
b. Bentuk pantai karena pengendapan laut.
· Pantai
yang lurus karena pengendapan gosong pasir atau bar yang memotong teluk dengan
ciri-ciri: kemiringan kecil dan ombak cukup besar.
·
Pantai
maju karena pengendapan laut dengan ciri-ciri: kemiringan cukup besar, ombak
sangat kuat, daerah laut terbuka, contohnya: daerah Pantai Parangtritis.
· Pantai
dengan gosong pasir lepas pantai (off shore bar and long shore spits),
merupakan pantai yang terbentuk oleh sedimen-sedimen yang diendapkan arus dan
ombak di sepanjang pantai dengan ciri-ciri: daerahnya berrelief datar, slope
terhadap laut landai, ada teluk, laguna (off shore bar/spits)
c. Pantai terumbu koral
· Terumbu
tepi laut (fringing reef), terdapat di pantai, tertambat di daratan,
bentuk seperti sabuk dan mempunyai lebar beberapa feet.
· Terumbu
penghalang (barier reef), terdapat di lepas pantai (off shore)
yang dipisahkan dari daratan oleh laguna lebar 1/2-10 mil. Contoh terbesar
Great Barrier Reer di pantai Utara Australia.
·
Terumbu
cincin (atoll), bentuknya seperti cincin yang mengurung laguna.
Menurut Cotton (1952 Vide Bloom, 1979), dengan
dasar pembagian gerakan-gerakan tektonik yang terjadi.
a. Daerah pantai stabil, dipengaruhi
oleh peneggelam daratan masa kini (recent submergence).
b. Daerah pantai yang labil yang
dipengaruhi oleh adanya pengangkatan atau penurunan daratan masa kini. Contohnya:
Pantai lipatan, Pantai patahan, Pantai hasil Pengangkatan daratan masa kini,
Pantai hasil penurunan muka laut.