Pada
dasarnya, tanah merupakan suatu lapisan yang berada di permukaan bumi,
berbentuk padat (tetapi bukan batuan), dengan penyebaran secara horizontal dan vertikal
yang berbeda untuk satu daerah dengan daerah yang lainnya. Tanah sangat
mendukung berbagai aktivitas kehidupan manusia dan organisme lainnya. dan dapat
dikatakan, tanpa adanya tanah, hampir setiap jenis aktivitas kehidupan manusia
akan terganggu.
Pengertian
tanah bukanlah hal yang baku. Definisi tanah akan berbeda antar satu manusia
dengan yang lainnya tergantung oleh profesi dan sejauh mana hubungan manusia
tersebut dengan tanah. Bagi seorang ahli ilmu tanah, tanah adalah suatu lapisan
bahan alami yang terbentuk akibat adanya pengaruh-pengaruh seperti iklim,
organisme, batuan induk, topografi, dan waktu. Adanya perbedaan setiap faktor
juga menyebabkan perbedaan jenis dan karakteristik tanah yang dibentuk.
Pada mulanya, konon, bumi hanya
terdiri dari satu benua yanng disebut “Pangea”. Benua yang hanya satu-satunya
ini kemudian pecah menjadi dua bagian pada sekitar 240 juta tahun yang lalu.
Dua bagian ini disebut benua Laurasia di sebelah utara, dan benua Gondwana di
sebelah selatan.
Seiring dengan berjalannya waktu,
Gondwana lalu pecah lagi menjadi beberapa bagian; salah satunya merupakan cikal
bakal benua Australia yang sekarang. Dari cikal bakal benua Autralia ini
selanjutnya pecah lagi menjadi potongan-potongan kecil yang terombang-ambing
kesana-kemari sebelum akhirnya membentuk pulau Sulawesi pada kira-kira 26 juta
tahun yang lalu.
Sulawesi
atau Pulau Sulawesi adalah
sebuah pulau
dalam wilayah Indonesia yang terletak di
antara Pulau
Kalimantan
disebelah barat dan Kepulauan Maluku
disebelah timur. Dengan luas wilayah sebesar 174.600 km², Sulawesi merupakan
pulau terbesar ke-11
di dunia. Di Indonesia hanya luas pulau Sumatera,
Kalimantan,
dan pulau Papua
sajalah yang lebih luas wilayahnya daripada pulau Sulawesi, sementara dari segi
populasi hanya pulau Jawa
dan Sumatera
sajalah yang lebih besar populasinya daripada Sulawesi.
A. Sejarah Geomorfologi dan Proses
Tektonik yang Membentuk Pulau Sulawesi
Profesor
John A. Katili, ahli geologi Indonesia yang merumuskan geomorfologi Pulau
Sulawesi bahwa terjadinya Sulawesi akibat tabrakan dua pulau (Sulawesi
bagian Timur dan Sulawesi bagian Barat) antara 19 sampai 13 juta tahun yang
lalu, terdorong oleh tabrakan antara lempeng benua yang merupakan fundasi
Sulawesi Timur bersama Pulau-Pulau Banggai dan Sula, yang pada gilirannya
merupakan bagian dari lempeng Australia, dengan Sulawesi Barat yang selempeng
dengan pulau-pulau Kalimantan, Jawa dan Sumatra, Sulawesi menjadi salah satu
wilayah geologis paling rumit di dunia.
Perbedaan
geomorfologi kedua pulau yang bertabrakan secara dahsyat itu menciptakan
topografi yang bergulung gulung, di mana satu barisan gunung segera diikuti
barisan gunung lain, yang tiba-tiba dipotong secara hampir tegak lurus oleh
barisan gunung lain. Kurang lebih seperti kalau taplak meja disorong dari
beberapa sudut dan arah sekaligus.Makanya jarang kita bisa mendapatkan
pemandangan seperti di Jawa, Sumatera, atau Kalimantan, di mana gununggunung
seperti kerucut dikelilingi areal persawahan atau hutan sejauh mata
memandang. Kecuali di Sulawesi Selatan (itupun di selatan Kabupaten Enrekang),
kita sulit menemukan hamparan tanah pertanian yang rata.
Sederhananya,
Sulawesi adalah pulau gunung, lembah, dan danau, sementara dataran yang subur,
umumnya terdapat di sekeliling danau-danau yang bertaburan di keempat lengan
pulau Sulawesi. Ekologi yang demikian ikut menimbulkan begitu banyak kelompok
etno-linguistik. Setiap kali satu kelompok menyempal dari kelompok induknya dan
berpindah menempati sebuah lembah atau dataran tinggi di seputar danau,
kelompok itu terpisah oleh suatu benteng alam dari kelompok induknya, dan lewat
waktu puluhan atau ratusan tahun, mengembangkan bahasa sendiri. Geomorfologi
yang khas ini menyebabkan pinggang Sulawesi Tana Luwu dan Tana Toraja di
provinsi Sulawesi Selatan, bagian selatan Kabupaten Morowali, Poso, dan
Donggala di provinsi Sulawesi Tengah, dan bagian pegunungan provinsi Sulawesi
Barat sangat kaya dengan berbagai jenis bahan galian. Batubara terdapat di
sekitar Enrekang, Makale, dan Sungai Karama. Sulawesi Barat sebelah utara,
terdapat tambang batubara dan banyak jenis logam tersebar di berbagai pelosok
Sulawesi. Tembaga dan nikel terdapat di sekitar Danau-Danau Matano, Mahalona
dan Towuti. Bijih besi bercampur nikel, yang diduga berasal dari meteor,
memungkinkan lahirnya pandai besi di lembah-lembah Rampi, Seko dan Rompong di
hulu Sungai Kalaena (Luwu Utara) dan di Ussu, dekat Malili (Luwu Timur).
Berikut skema terbentuknya Pulau Sulawesi :
1.
EOSEN
(65-40 juta tahun yang lalu)
Proses
pembentukan pulau Sulawesi yang unik telah melalui proses yang juga unik yaitu
hasil akhir dari sebuah kejadian apungan benua yang diawali 65 juta tahun lalu.
Saat itu ada 2 daratan yaitu cikal bakal kaki Sulawesi Tenggara dan Timur, dan
cikal bakal kaki Sulawesi Selatan, Barat dan Utara. Kedua apungan daratan itu
terbawa bergerak ke barat menuju Borneo (sekarang bernama Kalimantan). Proses
tumbukan akibat apungan lempeng benua itu menyebabkan kedua daratan itu mulai
terkumpul menjadi satu daratan baru.
2. MIOSEN (40-20 juta tahun yang lalu)
Pada zaman ini pergerakan lempeng kearah barat disertai dengan persesaran yang menyebabkan mulai terjadi perubahan ekstrim bentuk daratan. Bagian tengah ketiga daratan itu tertekuk akibat benturan atau pergeseran, sebuah proses yang lebih kuat dibandingkan apa yang terjadi di kedua ujung atas dan bawahnya (daratan utara dan selatan). Proses tektonik berlangsung kuat di daerah yang tertekuk itu sehingga menyebabkan pencampur-adukan jenis-jenis batuan yang berasal dari lingkungan pengendapan yang berbeda.
Pada zaman ini pergerakan lempeng kearah barat disertai dengan persesaran yang menyebabkan mulai terjadi perubahan ekstrim bentuk daratan. Bagian tengah ketiga daratan itu tertekuk akibat benturan atau pergeseran, sebuah proses yang lebih kuat dibandingkan apa yang terjadi di kedua ujung atas dan bawahnya (daratan utara dan selatan). Proses tektonik berlangsung kuat di daerah yang tertekuk itu sehingga menyebabkan pencampur-adukan jenis-jenis batuan yang berasal dari lingkungan pengendapan yang berbeda.
3.
PLIOSEN
(15-6 juta tahun yang lalu)
Hingga zaman ini proses penumbukan kedua daratan itu terus berlangsung, bahkan apungan hasil tumbukan terus bergerak hingga mendekat ke daratan Kalimantan lalu berhenti di sana. Persesaran yang telah mulai sejak zaman Miosen masih terus berlangsung, bahkan berdampak apada pemisahan kelompok batuan dari kawasan di sekitar danau Poso dan kelompok batuan sekitar danau Matano. kedua kelompok batuan ini meski lokasinya berdampingan, namun memperlihatkan asosiasi batuan yang berbeda.
Hingga zaman ini proses penumbukan kedua daratan itu terus berlangsung, bahkan apungan hasil tumbukan terus bergerak hingga mendekat ke daratan Kalimantan lalu berhenti di sana. Persesaran yang telah mulai sejak zaman Miosen masih terus berlangsung, bahkan berdampak apada pemisahan kelompok batuan dari kawasan di sekitar danau Poso dan kelompok batuan sekitar danau Matano. kedua kelompok batuan ini meski lokasinya berdampingan, namun memperlihatkan asosiasi batuan yang berbeda.
4.
PLITOSEN
(4-2 juta tahun yang lalu)
Pada
zaman ini mulai berlangsung fenomena baru, yaitu proses pemekaran dasar samudra
di laut antara Kalimantan dan Sulawesi (sekarang dikenal dengan selat Makasar).
Pemekaran dasar samudra ini menyebabkan cikal bakal atau pulau Sulawesi purba.
Dan pulau Sulawesi purba ini kembali bergerak ke timur menjauhi Kalimantan.
kecepatan gerakan apungan di atas lempeng benua adalah peristiwa yang
berlangsung perlahan namun konsisten dengan laju beberapa centimeter
pertahun. Diperkirakan juga bahwa, Sulawesi barat bertabrakan dengan
Kalimantan timur pada akhir Pliosen yang sementara itu menutup selat Makasar dan
baru membuka kembali dalam periode Kwarter, meskipun tidak ada data pasti yang
menunjang pendapat ini. Endapan tebal dari sebelum Miosen di selat Makasar
memberikan petunjuk bahhwa Kalimantan dan Sulawesi pernah terpisahkan
sekurang-kurangnya 25 Ma. Di daerah Doangdoang, penurunan permukaan air laut
sampai 100 meter akan menyebabkan munculnya daratan yang bersinambungan antara
Kalimamantan tenggara dan Sulawesi barat daya. Dengan demikian, suatu
pengamatan yang menarik ialah bahwa garis kontur 1000 m di bawah laut di
sebelah timur Kalimantan persis sama dengan garis yang sama di Sulawesi barat,
sehingga mungkin selat Makasar dulu hanya jauh lebih sempit. Sulawesi meliputi
tiga propinsi geologi yang berbeda-beda, digabung menjadi satu oleh gerakan
kerak bumi. Propinsi-propinsi tersebut adalah Sulawesi barat dan timur yang
dipisahkan oleh patahan utara barat laut antara Palu dan Teluk Bone (patahan
Palu Koro), serta Propinsi Banggai Sula yang mencakup daerah Tokala di belakang
Luwuk dan Semenanjung Barat laut, Kepulauan Banggai, pulau Buton dan Kep. Sula
(yang kenyataannya merupakan bagian Propinsi Maluku). Pergerakan kerak
bumi pada lempeng Indo-Australia dan Pasifik yang mengarah ke utara bertemu
dengan pergerakan lempeng Eurasia yang cenderung ke arah selatan. meskipun
pergerakan kerak bumi sangat kecil, yaitu sekitar 5 hingga 7 sentimeter per
tahun, namun sangat berpengaruh terhadap aktivitas tektonik kerak bumi.
Perubahan letak ini nantinya bakal mengakibatkan struktur lempeng menjadi labil
dan rapuh. Dari sejarah geologi, daratan Sulawesi terbentuk akibat adanya
aktivitas tektonik. Dengan pengaruh pergerakan ketiga lempengan yang ada,
membentuk struktur geologi dan pulau-pulau yang begitu rumit dan beriringan.
Dari sesar-sesar yang ada, terdapat sesar aktif yang sewaktu-waktu bergerak.
Aktifnya sesar ini apabila dipicu pergerakan lempeng yang melepaskan energi
relatif besar. Salah satunya akan berakibat terjadinya gempa tektonik yang
kemudian disusul tsunami.
B.
Karakteristik
Pulau Sulawesi
Pulau Sulawesi mempunyai bentuk yang berbeda dengan pulau lainnya. Apabila melihat busur-busur disekeliling Benua Asia, maka bagian convaxnya mengarah ke Asia tetapi Pulau Sulawesi memiliki bentuk yang justru convaxnya yang menghadap ke Asia dan terbuka ke arah Pasifik, oleh karena itu Pola Sulawesi sering disebut berpola terbalik atau inverted arc.
Pulau Sulawesi terletak pada zona peralihan antara Dangkalan Sunda dan dangkalan Sahul dan dikelilingi oleh laut yang dalam. Dibagian utara dibatasi oleh Basin Sulawesi (5000-5500 m). Di bagian Timur dan Tenggara di batasi oleh laut Banda utara dan Laut Banda Selatan dengan kedalaman mencapai 4500-5000 m. Sedangkan untuk bagian Barat dibatasi oleh Palung Makasar (2000-2500 m).
Sebagian besar daerahnya terdiri dari pegunungan dan tataran rendah yang terdapat secara sporadik, terutama terdapat disepanjang pantai. Dataran rendah yang relatif lebar dan padat penduduknya adalah dibagian lengan Selatan. Berdasarkan orogenesenya dapat dibagi ke dalam tiga daeran (Van Bemmelen, 1949) sebagai berikut :
Pulau Sulawesi mempunyai bentuk yang berbeda dengan pulau lainnya. Apabila melihat busur-busur disekeliling Benua Asia, maka bagian convaxnya mengarah ke Asia tetapi Pulau Sulawesi memiliki bentuk yang justru convaxnya yang menghadap ke Asia dan terbuka ke arah Pasifik, oleh karena itu Pola Sulawesi sering disebut berpola terbalik atau inverted arc.
Pulau Sulawesi terletak pada zona peralihan antara Dangkalan Sunda dan dangkalan Sahul dan dikelilingi oleh laut yang dalam. Dibagian utara dibatasi oleh Basin Sulawesi (5000-5500 m). Di bagian Timur dan Tenggara di batasi oleh laut Banda utara dan Laut Banda Selatan dengan kedalaman mencapai 4500-5000 m. Sedangkan untuk bagian Barat dibatasi oleh Palung Makasar (2000-2500 m).
Sebagian besar daerahnya terdiri dari pegunungan dan tataran rendah yang terdapat secara sporadik, terutama terdapat disepanjang pantai. Dataran rendah yang relatif lebar dan padat penduduknya adalah dibagian lengan Selatan. Berdasarkan orogenesenya dapat dibagi ke dalam tiga daeran (Van Bemmelen, 1949) sebagai berikut :
1.
Orogenese di bagian Sulawesi Utara
Meliputi
lengan Utara Sulawesi yang memanjang dari kepulauan Talaud sampai ke Teluk
Palu-Parigi. Daerah ini merupakan kelanjutan ke arah Selatan dari Samar Arc.
Termasuk pada daerah ini adalah Kepulauan Togian, yang secara geomorfologis
dikatakan sebagai igir Togian (Tigian Ridge). Daerah orogenese ini sebagain termasuk pada inner arc, kecuali kepulauan
Talaud sebagai Outer Arc.
2. Orogenese di bagian Sulawesi Sentral
Dibagian
sentral ini terdapat tiga struktur yang menjalur Utara – Selatan sebagai
berikut :
a.
Jalur
Timue disebut Zone Kolonodale
b.
Jalur
Tengah disebut Zone Poso
c.
Jalur
Barat disebut Zone Palu
Jalur Timur terdiri atas lengan timur dan sebagian yang nantinya bersambung dengan lengan Tenggara. Sebagai batasnya adalah garis dari Malili-Teluk Tomori. Daerah ini oleh singkapan-singkapan batuan beku ultra basis. Jalur Tengah atau Zone Poso, batas Barat jalur ini adalah Medianline. Zona ini merupakan Graben yang memisahkan antara Zona Barat dan Timur. Dibagian Utara Zone ini terdapat Ledok Tomini dan di Selatannya terdapat Ledok Bone. Daerah ini ditandai oleh mayoritas batuan Epi sampai Mesometamorfik crystalline schist yang kaya akan muscovite.
Jalur Barat atau Zona Palu, ditandai
oleh terdapat banyaknya batuan grano-diorite,
crystalline schist yang kaya akan biotite
dan umumnya banyak ditemui juga endapan pantai. Zona ini dibagian Utara dibatasi
oleh Teluk Palu-Parigi, di Selatan dibatasi garis dari Teluk Mandar-Palopo.
Dari Teluk Mandar-Palopo ke arah selatan sudah termasuk lengan Selatan-Sulawesi.
Daerah jalur Barat ini merupakan perangkaian antara lengan Utara Zone Palu dan
lengan selatan merupakan satuan sebagain Inner
Arc.
3. Orogenese di bagian Sulawesi Selatan
Secara
garis besar tangan selatan Sulawesi merupakan kelanjutan Zone Palu (Zone bagian
barat Sulawesi Tengah) dan tangan tenggara merupakan kelanjutan dari tangan
Timur Sulawesi (Zone Kolonodale). Secara Stratigrafi antara lengan selatan dan
lengan tenggara banyak memiliki kesamaan, begitu juga antara Zone Palu Lengan
Utara dengan Zone Kolonodale Lengan Timur. Walaupun demikian diantaranya
terdapat perbedaan-perbedaan sebagai contoh bagian ujung selatan (di Selatan
Danau Tempe) banyak kesamaannya dengan Pulau Jawa dan Sumatera sedangkan ujung
selatan lengan tenggara lebih banyak kesamaannya dengan Boton Archipelago dan Group Tukang Besi.
C.
Geologi
Pulau Sulawesi
Secara
geologi, sulawesi merupakan wilayah yang geologinya sangat komplek, karena
merupakan perpaduan antara dua rangkaian orogen (Busur kepulauan Asia timur dan
sistem pegunungan sunda). Sehingga, hampir seluruhnya terdiri dari pegunungan,
sehingga merupakan daerah paling berpegunungan di antara pulau-pulau besar di
Indonesia.
Sulawesi
terletak pada pertemuan 3 Lempeng besar yaitu Eurasia, Pasifik,dan Indo-Australia
serta sejumlah lempeng lebih kecil (Lempeng Filipina) yang menyebabkan kondisi
tektoniknya sangat kompleks. Kumpulan batuan dari busur kepulauan, batuan
bancuh, ofiolit, dan bongkah dari mikrokontinen terbawa bersama proses
penunjaman, tubrukan, serta proses tektonik lainnya.
Secara
rinci fisiografi sulawesi adalah sebagai berikut :
1. Lengan Utara Sulawesi
Pada
lengan ini, fisiograsinya terbagi menjadi tiga bagian berdasarkan aspek
geologinya. Ketiga bagian tersebut adalah :
ร Seksi Minahara, merupakan ujung
timur dari lengan utarasulawesi dengan arah timur laut barat daya yang
bersambung dengan penggungan sangihe yang didirikan oleh aktifitas vulkanis
pegunungan soputan.
ร Seksi gorontalo merupakan bagian
tengah dari lengan utara sulawesi dengan arah timur ke bawah, namun aktifitas
vulkanis sudah padam yang lebar daratanya sekitar 35-110 km, tapi bagian
baratnya menyempit 30 km (antara teluk dondo dipantai utara dan tihombo di
pantai selatan). Seksi ini dilintasi oleh sebuah depresi menengah yang
memanjang yaitu sebuah jalur antara rangkaian pegunungan di pantai utara dan
pegunungan di pantai selatan yang disebut zone limboto.
ร Jenjang sulawesi utara, merupakan
lengan utara sulawesi yang arahnya dari utara ke selatan dan terdapat depresi (lanjutan
zone limboto di gorontalo) yang sebagian besar di tutup oleh vulkan-vulkan
muda, sedangkan antara lengan utara dan lengan timur di pisahkan oleh teluk
tomini yang lebarnya 100 km di bagian timur dan sampai 200 km di bagian barat
sedangkan dasar teluknya semakin dangkal kea rah barat ( ( kurang dari 2000
meter ) dan di bagian tengah teluk tomini tersebut terdapat pegunungan di bawah
permukaan air laut dengan bagian tinggi berupa kepulauan togian.
2. Lengan Timur
Lengan
timur sulawesi arahnya timur laut barat daya dan dapat di bedakan menjadi tiga
bagian. Tiga bagian tersebut adalah :
ร Bagian timur, berupa semenanjung
Bualeno yang di pisahkan dengan bagian tengah oleh tanah genting antara teluk
poh dan teluk besama.
ร Bagian tengah, dibentuk oleh
pegunungan Batui dengan pegunungan Batulumpu yang arahnya timurlaut-baratdaya
yang berangsur-angsur lenardari 20 km di timur sampai 80 km di utara Bungku.
ร Bagian barat, merupakan pegunungan
tinggi yang membujur antara garis ujng Api sampai Teluk Kolokolo bagian timur
dan garis Lemoro sampai teluk Tomini di barat dan lebarnya sekitar 75-100 km.
3. Lengan Tenggara
Batas
antara lengan tenggara dengan bagian tengah sulawesi adalah berupa tanah
gentingantara teluk Usu dengan teluk Tomori yang lebarnya 100 km. Sedangkan
lengan tenggara Sulawesi dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :
ร Bagian utara, berupa
massip-massPeridotit dari pegunungan Verbeek yang di tengahnya terdapat dua
graben yaitu danau Matana dan Danau Tomini yang letaknya berada ntara teluk
Palopo (Ujung utara teluk Bone) dengan Teluk Tolo.
ร Bagian Tengah, berupa Pegunungan
Mekongga di sebelah barat dan sediment peridorit di sebelah timur yang di
batasi oleh Pegunuingan Tangeasinua, sedangkan antara kedua pegunungan tersebut
terdapat basin yang dialiri sungai Konewha, sedangkan kea rah tenggara jalur
ini tenggelam dan membentuk teluk-teluk dan pulau-pulau kecil serta
berkelanjutan sampai kepulauan Manui.
ร Bagian Selatan, merupakan suatu
depresi yang membujur dari arah barat ke timur yang membentang antara Kendari
dan Kolaka yang diisi dataran Aluvial yang berawa sedangkan di bagian
selatannya berupa pegunungan dan bukit-bukit yang teratur dengan membujug barat
ke timur.
4. Lengan Selatan
Bagian
sulawesi selatan merupakan daerah yang dibatasi oleh garis enggara-baratlauit
dari muara sungai Karama sampai Palopo. Batas lengan utara dari garis timur laut-barat
daya dari palopo sampai teluk Mandar. Namun secara geologis bagian barat lengan
sulawesi tengah termasuk Pegunungan Quarles yang lebih dekat hubungnnya dengan
bagian selatan dengan lempeng selatan. Fisiografi lengan selatan berupa
pegunungan seperti pegunungan yang ada di antara Majene yang membujur
utara-selatan, antara pegunungan Quarles dengan pegunungan Latimojong
dipisahkan oleh lembah Sadang dan diantara lembah Sadang dan teluk Bone
terdapat Pegunungan Latimojong yang membujur dari utara ke selatan dengan
ketinggian sekitar 3000 mdpl. Pada bagian utara dan selatan lengan ini
dipisahkan oleh depresi dengan arah baratlau-tenggara yang terdapat danau-danau
seperti Tempe, Sidenreng, dan danau Buaya. Pada bagian selatannya lengan ini
mempunyai ketinggian yang lebih rendah jika dibandingkan dengan bagian utara.
Di daerah ini ada dua jalur pegunungan yaitu di bagian barat dengan ketinggian
diatas 1000 mdpl dan bagian timur dengan ketinggian 800 mdpl yang dipisahkan
oleh lembah Sungai Walaneia. Kedua jalur pegunungan tersebut di sebelah selatan
pegunungan Bontorilni, bersatu sebagai hulu sungai Walaneia yang mengalir ke
utara tertutup oleh vulkan besar Lampobatang. Sedangkan di luar pantai Makasar
terdapat dangkalan Spermonde dengan rangkaian karang, dan di luar pantai
Watampone terdapat dangkalan dengan rangkaian karang, laut dangkal dan sebelah
baratnya menurun sampai palung Bone.
Sulawesi Tengah
Keempat
lengan dari pulau Sulawesi bertemu di bagian tengah. Bagian ini di batasi oelh
garis yang melalui Donggala-parigi-Lemore Teluk Tomini dari lengan utara dan
timur, garis dari Mojene-palopor Dongi sampai teluk Temori membatasi dengan
lengan selatan dan tenggara. Bagian tengah Sulawesi terbagi dalam tiga zona yang
memiliki perkembangan Geologi yang berbeda dan mengarah utara-selatan. Ketiga
zona tersebut adalah :
1.
Zona
Palu, merupakan busur dalam vulkanis, tetapi telah padam, zona ini bersatu ke
utara dengan Sulawesi utara dan selatan dengan Sulawesi selatan Batuan utama
seperti grafik.
2.
Zona
Poso, emrupakan palung antara yang seperti Grnit dan endapan sediment pantai
batuan metamosif dengan endapan konglomerat, batu pasar dan letaknya tidak
selaras diatas batuan metamotif.
3.
Zona
Kolondale, merupakan busur luar dengan dicirikan oleh batuan ultra basa, batuan
segimen yang terdiri dari gamping dan batu api usia mesozaikum.
Berdasarkan
geologinya, lengan timur dan tenggara di dominasikan oleh batuan malihan dan
afiolit yang terobdaksi pada miosen ke atas. Mandala timur, Benua mini
banggai-Sulawesi berasal dariAustralia dan berumur Palezoikum-Mesozoikum. Sedangkan
pada lengan selatan di dominasi oleh batuan gunung api dan lengan selatan di
dominasik oleh batuan gunung api dan terobosan Miosen lebih muda yang membentuk
sabuk lipatan diatas tepi bagian timur daratan sunda. Pada bagian tengah pulau
Sulawesi didominasi batuan yang berasal dari aktivitas volkanik seperti granit.
Sedangkan pada lengan utara di dominasi oleh batuan metamorf seperti Sekis
Kristalin dan Phelit. Dilihat dari Geologi regional di lengan selatan pulau
Sulawesi yang terdapat formasi latimojong yang terdiri atas batuan batu lava,
batu pasir termetakan, batuan sabak, filit dan sekis merupakan formasi batuan
yang mirip dengan geologi Kalimantan Barat yaitu tepian benua yang terbentuk
oleh proses penunjaman. Sehingga diperkirakan Sulawesi dan Kalimantan, dulunya
merupakan satu kesatuan daratan lempeng Eurasia.
Proses Geologi Pembentukan Pulau
Sulawesi
1. Zaman Paleozoikum
Pada periode Perm (280 Ma.) semua daratan menjadi satu benua
yaitu benua Pangea.
2. Zaman Mesozoikum
a. Pada periode Trias (250 Ma),
pecahnya Pangea menjadi dua yaitu Laurasia dan Gondwana. Laurasia meliputi
Amerika Utara, Eropa dan sebagian besar Asia sekarang. Sampai beberapa tahun
belakangan ini pandangan yang umum diterima dalam sejarah geologi adalah bahwa
Indonesia dan wilayah sekitar bagian barat (Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa,
Kalimantan dan bagian barat Sulawesi) merupakan bagian benua Laurasia, yang
belum lama berselang masih terpisahkan dari bagian timur ( bagian Timur
Sulawesi, Timor, Seram, Buru, dan seterusnya) yang merupakan bagian benua
Gondwana.
b. Pada Periode Jura (215 Ma.), Bagian
barat Sulawesi bersama sama dengan Sumatera, Kalimantan, dan daratan yang
kemudian akan menjadi kepulauan lengkung Banda dianggap terpisahkan dari
antartika dalam pertengahan zaman Jura, atau dengan kata lain, Bagian barat
Indonesia bersama dengan Tibet, Birma Thailand, Malaysia dan Sulawesi Barat,
terpisah dari benua Gondwana.
3. Zaman Konozoikum
a. Pada kurun Eosen (60 Ma) Australia
terpisah dari Antartika, vulkanisme mulai timbul di bagian barat Sulawesi.
b. Pada kurun Oligosen (40 Ma), Posisi
Indonesia bagian barat dan Sulawesi bagian barat, posisinya seperti posisi
sekarang.
c. Pada kurun Miosen (25 Ma), Australia,
Irian dan bagian timur Sulawesi barangkali terpisahkan dari Irian sebelum
bertabrakan dengan Sulawesi bagian barat, pada zaman pertengahan miosen dimana
mulai munculnya daratan. Dimana Australia, Sulawesi Timur dan Irian terus
bergarak ke utara kira kira 10 cm pertahun.
Peristiwa
yang paling dramatik dalam sejarah geologi Indonesia terjadi dalam kurun
Miosen, ketika lempeng Australia bergerak ke Utara mengakibatkan melengkungnya
bagian timur, lengkung Banda ke Barat. Gerakan ke arah barat ini digabung
dengan desakan ke darat sepanjang sistem patahan Sorong dari bagian barat Irian
dengan arah timur barat, mengubah kedua masa daratan yang akan menghasilkan
bentuk khas Sulawesi yang sekarang. Diperkirakan tabrakan ini terjadi pada
19-13 Ma yang lalu. Kepulauan Banggai Sula bertabrakan dengan Sulawesi timur
dan seakan akan menjadi ujung tombak yang masuk ke Sulawesi barat, yang
menyebabkan semenanjung barat daya berputar berlawanan dengan arah jarum jam
sebesar kira kira 35 derajat, dan bersama itu membuka teluk Bone. Semenanjung
Utara memutar ujung utaranya menurut arah jarum jam hampir sebesar 90 derajat
,yang menyebabkan terjadinya subduksi (penempatan secara paksa suatu bagian
kerak bumi di bawah bagian lain pada pertemuan dua lempeng tektonik), sepanjang
Alur Sulawesi Utara dan Teluk Gorontalo. Dan Obduksi (penempatan secara paksa
suatu bagian kerak bumi diatas bagian lain pada pertemuan dua lempeng
tektonik), batuan ultra basis di Sulawesi timur dan tenggara diatas reruntuhan
pengikisan atau endapan batuan yang lebih muda yang bercampur aduk.
Diperkirakan
juga bahwa, Sulawesi barat bertabrakan dengan Kalimantan timur pada akhir
Pliosen (3 Ma yang lalu) yang sementara itu menutup selat Makasar dan baru
membuka kembali dalam periode Kwarter, meskipun tidak ada data pasti yang
menunjang pendapat ini. Endapan tebal dari sebelum Miosen di selat Makasar
memberikan petunjuk bahhwa Kalimantan dan Sulawesi pernah terpisahkan
sekurang-kurangnya 25 Ma. dalam periode permukaan laut rendah, mungkin sekali
pada masa itu terdapat pulau-pulau khususnya di daerah sebelah barat Majene dan
sekitar gisik Doangdoang. Di daerah Doangdoang, penurunan permukaan air laut
sampai 100 m. akan menyebabkan munculnya daratan yang bersinambungan antara
Kalimamantan tenggara dan Sulawesi barat daya. Biarpun demikian, suatu
pengamatan yang menarik ialah bahwa garis kontur 1000 m di bawah laut di
sebelah timur Kalimantan persis sama dengan garis yang sama di Sulawesi barat,
sehingga mungkin selat Makasar dulu hanya jauh lebih sempit.
Sulawesi
meliputi tiga propinsi geologi yang berbeda-beda, digabung menjadi satu oleh
gerakan kerak bumi. Propinsi-propinsi tersebut adalah Sulawesi barat dan timur
yang dipisahkan oleh patahan utara barat laut antara Palu dan Teluk Bone
(patahan Palu Koro), serta Propinsi Banggai Sula yang mencakup daerah Tokala di
belakang Luwuk dan Semenanjung Barat laut, Kepulauan Banggai, pulau Buton dan
Kep. Sula (yang kenyataannya merupakan bagian Propinsi Maluku).
Struktur Geologi Pulau Sulawesi
Berdasarkan keadaan litotektonik Pulau Sulawesi dibagi 4 yaitu:
Mandala barat (West & North Sulawesi Volcano-Plutonic Arc) sebagai jalur magmatik (Cenozoic Volcanics and Plutonic Rocks) yang merupakan bagian ujung timur Paparan Sunda.
Berdasarkan keadaan litotektonik Pulau Sulawesi dibagi 4 yaitu:
Mandala barat (West & North Sulawesi Volcano-Plutonic Arc) sebagai jalur magmatik (Cenozoic Volcanics and Plutonic Rocks) yang merupakan bagian ujung timur Paparan Sunda.
1. Bagian Utara
Memanjang dari Buol sampai sekitar Manado. Batuan bagian
utara bersifat riodasitik sampai andesitik, terbentuk pada Miosen-Resen dengan
batuan dasar basaltik yang terbentuk pada Eosen-Oligosen.
a. Sulawesi Utara
· Geologi daerah Sulut didominasi oleh
batu gamping sebagai satuan pembentuk cekungan sedimen Ratatotok.
· Satuan batuan lainnya adalah
kelompok breksi dan batupasir, terdiri dari breksi-konglomerat kasar,
berselingan dengan batupasir halus-kasar, batu lanau dan batu lempung yang
didapatkan di daerah Ratatotok-Basaan, serta breksi andesit piroksen.
· Kelompok Tuf Tondano berumur Pliosen
terdiri dari fragmen batuan volkanik kasar andesitan mengandung pecahan batu
apung, tuf, dan breksi ignimbrit, serta lava andesit-trakit.
· Batuan Kuarter terdiri dari kelompok
Batuan Gunung api Muda terdiri atas lava andesit-basal, bom, lapili dan abu.
· Kelompok batuan termuda terdiri dari
batu gamping terumbu koral, endapan danau dan sungai serta endapan alluvium
aluvium.
b. Gorontalo
· Daerah Gorontalo merupakan bagian
dari lajur volkano-plutonik Sulawesi Utara yang dikuasai oleh batuan gunung api
Eosen-Pliosen dan batuan terobosan.
· Pembentukan batuan gunung api dan
sedimen di daerah penelitian berlangsung relatif menerus sejak Eosen-Miosen
Awal sampai Kuarter, dengan lingkungan laut dalam sampai darat, atau merupakan
suatu runtunan regresif.
· Pada batuan gunung api umumnya
dijumpai selingan batuan sedimen, dan sebaliknya pada satuan batuan sedimen
dijumpai selingan batuan gunung api, sehingga kedua batuan tersebut menunjukkan
hubungan superposisi yang jelas.
· Fasies gunung api Formasi Tinombo
diduga merupakan batuan ofiolit, sedangkan batuan gunung api yang lebih muda
merupakan batuan busur kepulauan.
2. Bagian barat
Dari Buol sampai sekitar Makasar. Busur magmatik bagian
barat mempunyai batuan penyusun lebih bersifat kontinen yang terdiri atas
batuan gunung api-sedimen berumur Mesozoikum-Mesozoikum Kuarter dan batuan
malihan berumur Kapur. Batuan tersebut diterobos granitoid bersusunan terutama
granodioritik sampai granitik yang berupa batolit, stok, dan retas.
a. Enrekang Sulawesi Selatan
Berdasarkan
pengamatan geologi pada data penginderaan jauh dan lapangan, maka batuan di
daerah Enrekang dapat dibagi menjadi 8 satuan, yaitu:
· Satuan batu pasir malih (Kapur
Akhir)
· Satuan batuan serpih (Eosen-Oligosen
Awal)
· Satuan batun gamping (Eosen)
· Satuan batu pasir gampingan
(Oligosen-Miosen Tengah)
· Satuan batu gamping berlapis (Oligosen-Miosen Tengah)
· Satuan klastika gunung api (Miosen
Akhir)
· Satuan batu gamping terumbu (Pliosen
Awal)
· Satuan konglomerat (Pliosen)
Struktur geologi yang berkembang di daerah ini terdiri atas
sesar naik, sesar mendatar, sesar normal dan lipatan yang pembentukannya
berhubungan dengan tektonik regional Sulawesi dan sekitarnya.
Mandala tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt) berupa batuan malihan yang
ditumpangi batuan bancuh sebagai bagian dari blok Australia.
Mandala timur (East Sulawesi Ophiolite Belt) berupa ofiolit yang merupakan segmen dari kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur Trias-Miosen. Sesar Lasolo yg merupakan sesar geser membagi lembar daerah Kendari menjadi dua lajur, yaitu:
Mandala timur (East Sulawesi Ophiolite Belt) berupa ofiolit yang merupakan segmen dari kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur Trias-Miosen. Sesar Lasolo yg merupakan sesar geser membagi lembar daerah Kendari menjadi dua lajur, yaitu:
1.
Lajur
Tinondo, yang menempati bagian barat daya merupakan himpunan batuan yang
bercirikan asal paparan benua, sedangkan
2.
Lajur
Hialu, yang menempati bagian timur laut daerah ini, merupakan himpunan batuan
yang bercirikan asal kerak samudera. Batuan yang terdapat di Lajur Tinondo
adalah Batuan Malihan Paleozoikum, dan diduga berumur Karbon.
Kendari, Sulawesi Utara
Hasil
pengukuran gaya berat di daerah Kendari, Sulawesi Tenggara, yang sebagian besar
daerahnya ditutupi oleh batuan ofiolit, menunjukan perkembangan tektonik dan
geologi daerah ini mempunyai banyak persamaan dengan daerah Lengan Timur
Sulawesi dengan ditemukannya endapan hidrokarbon di daerah Batui.
Struktur
lipatan hasil analisis data gaya berat daerah ini menunjukkan potensi sumber
daya geologi yang sangat besar, berupa: panas bumi dan endapan hidrokarbon.
· Panas bumi berada di sekitar daerah
Tinobu, Kecamatan Lasolo, sepanjang sesar Lasolo.
· Cebakan hidrokarbon di sekitar
pantai dan lepas pantai timur daerah ini, seperti: daerah Kepulauan Limbele,
Teluk Matapare (Kepulauan Nuha Labengke) Wawalinda Telewata Singgere pantai Labengke),
Wawalinda, Telewata, Singgere, utara Kendari, dan lain sebagainya.
Kepulauan paling timur Banggai-Sula dan Buton merupakan
pecahan benua yang berpindah ke arah barat karena strike-slip faults dari New
Guinea.
D.
Stratigrafi Pulau Sulawesi
Urut-urutan stratigrafi dari muda hingga tua sebagai berikut
:
a. Endapan alluvium,
b. Endapan teras (Kuarter),
c. Batuan tufa (Pliosen – Kuarter),
d. Batuan sedimen termetamorfose rendah
dan batuan malihan yang keduanya termasuk Formasi Tinombo (Kapur Atas – Eosen
Bawah),
e. Batuan gunungapi (Kapur Atas –
Oligosen Bawah) yang menjemari dengan Formasi Tinombo,
f. Batuan intrusi granit (Miosen Tengah
– Miosen Atas) ditemukan menerobos batuan malihan Formasi Tinombo.
Tatanan geologi P. Banggai dan P. Labobo disusun oleh 7 satuan
batuan, yang dikelompokkan dari satuan tertua hingga muda sebagai berikut :
a. Kompleks batuan malihan adalah
satuan batuan tertua yang terdiri dari sekis, gneis dan kuarsit berwarna kelabu
dan kehijauan, berumur Karbon.
b. Granit Banggai yang terdiri dari granit,
granodorit, diorit kuarsa dan pegmatit. Bentang alam satuan batuan granit ini
memperlihatkan bentuk morfologi bergelombang dengan permukaan relatif halus
membulat.
c. Sedimen Formasi Bobong (Jbs). Satuan
batuan konglomerat dan batu pasir yang diendapkan tidak selaras diatas Granit,
Formasi ini diduga berumur Jura Awal sampai Jura Tengah.
d. Batu gamping klastik, berwarna putih
bersih hingga kotor kecoklatan, ukuran butir pasiran (relatif seragam) sebagai
kalkarenit hingga kalsirudit. Dari kumpulan fosil yang dikandungnya, berumur
dari Eosen sampai Miosen Tengah, tersebar luas dan hampir terdapat di seluruh
P. Banggai.
e. Batugamping Salodik (Tems) Adalah batugamping fragmen dengan
ukuran Formasi Tems).
f. Batugamping terumbu Formasi Peleng
(QL): Endapan batuan berumur kuarter yang penyebaran tidak merata, sebagian
berupa batugamping konglomeratan, berwarna putih kotor hingga kecoklatan,
setempat berongga-rongga, tidak berlapisdan keras.
g. Aluvium: Satuan batuan termuda
daerah ini adalah, terdiri atas lumpur, lempung, pasir dan kerikil, berupa
endapan permukaan sungai dan di sekitar pantai, diantaranya terdapat di pantai
Lambako-Pasir putih yang merupakan muara Sungai Selangat dan Paisu M.