Jumat, 30 Agustus 2013

Definisi dan Metode Konservasi Tanah dan Air



A.  Definisi Konservasi Tanah Dan Air
Kata Konservasi berasal dari kata Conservation yang terdiri dari kata Con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian menganai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902) orang Amerika pertama yang mengemukakan konsep konservasi.
Menurut Sitanala Arsyad (1989), konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Sedangkan menurut Deptan (2006), konservasi air adalah upaya penyimpanan air secara maksimal pada musim penghujan dan pemanfaatannya secara efisien pada musim kemarau. Konservasi tanah dan konservasi air selalu berjalan beriringan dimana saat melakukan tindakan konservasi tanah juga dilakukan tindakan konservasi air.

B.  Metode Atau Teknik Dalam Konservasi Tanah Dan Air
Di dalam konservasi tanah dan air, ada beberapa teknik dalam kegiatannya:
1.    Teknik Mulsa Vertikal
Teknik mulsa vertikal ini adalah salah satu teknik dalam konservasi tanah dan air. Teknik ini adalah pemanfaatan limbah hutan yang berasal dari bagian tumbuhan atau pohon seperti serasah, gulma, cabang, ranting, batang maupun daun-daun bekas tebangan dengan cara memasukkannya ke dalam saluran atau alur yang dibuat menurut kontur pada bidang tanah yang diusahakan (Pratiwi, 2005). Penerapan mulsa vertikal pada dasarnya selalu dikombinasikan dengan pembuatan guludan. Peranan dari teknik mulsa vertikal ini, antara lain (yang terdiri dari 3 komponen, yaitu pemanfaatan limbah hutan (serasah), pembuatan saluran, dan guludan):
a.    Limbah hutan (serasah) berfungsi sebagai:
b.  Menghasilkan unsur-unsur hara penting bagi tanaman, yaitu limbah hutan yang dimasukkan dalam saluran, akan terdekomposisi. Lalu aktivitas mikroba meningkat dalam proses penghancuran atau dekomposisi bahan organik.
c. Biomas segar yang telah dikomposisi tersebut merupakan media yang dapat menyerap dan memegang massa air dalam jumlah besar sehingga penyimpanan air dalam tanah dapat berjalan efisien.
d. Bahan organik yang telah terkomposisi di dalam saluran dapat diangkat dan digunakan sebagai kompos. Kompos ini akhirnya dapat memperbaiki kesuburan tanah.
e.  Dapat meningkatkan keragaman biota tanah, karena mulsa merupakan niche ekologi bagi berbagai jenis biota tanah. Biota ini akan memanfaatkan energi dan unsur hara di dalam mulsa dan akan menghasilkan senyawa organik yang dapat memantapkan agregat tanah.
f. Limbah hutan yang dimasukkan dalam saluran dapat berfungsi sebagai penghambat penyumbatan pori makro dinding saluran oleh sedimen sehingga air akan mudah meresap ke dalam saluran.

Saluran berfungsi sebagai:
a. Adanya saluran maka infiltrasi akan meningkat sehingga aliran permukaan yang menyebabkan erosi akan menurun tajam, karena air akan masuk ke dalam saluran.
b.   Saluran merupakan tempat menyimpan partikel tanah yang terbawa oleh aliran dari bidang di atas saluran sehingga dapat terendapkan di bagian saluran mulsa vertikal tersebut.
c.  Dan guludan berfungsi sebagai penahan aliran permukaan dan pertikel-partikel tanah sebelum tererosi ke bagian hilir. Dengan demikian partikel-partikel tanah akan terhenti di bagian guludan tersebut (www.dephut.go.id/files/Pratiwi).

2.    Teknik Kebekolo
Masalah berkurangnya kesuburan tanah untuk pertanian telah menyita perhatian dunia dan konservasi tanah menjadi solusinya. Mengembangkan teknik konservasi tanah dengan memperhatikan kearifan lokal dapat dijadikan salah satu pilihan. Salah satu contoh adalah Kebekolo dari NTT. Apa itu Kebekolo?
Kebekolo adalah barisan-barisan tumpukan kayu atau ranting yang disusun atau direntang memotong lereng perbukitan pada lahan kering. Tumpukan-tumpukan itu dimaksudkan untuk menahan erosi, yaitu tergerusnya tanah oleh aliran air permukaan ketika hujan turun. Jarak antara tumpukan satu dengan tumpukan lain dibuat semakin rapat tatkala tingkat kemiringannya lahan kering tersebut semakin tinggi.
Teknik ini sangat efektif menahan erosi tanah permukaan. Tetapi kelemahan teknik kebekolo ini adalah ketergantungan pada umur tumpukan kayu dan ranting tersebut. Bila kayu atau ranting yang digunakan sudah menjadi lapuk atau membusuk lalu rapuh dan hancur, tentunya teknik ini menjadi tidak efektif untuk menahan erosi.
Resikonya secara periodik harus mengganti tumpukan kayu atau ranting yang telah membusuk tersebut.(
www.litbang.deptan.go.id/berita/one/666/).

3.    Teknik Teknologi Koservasi Tanah dan Air
Untuk menahan air dan mencegah kehilangan air melalui aliran permukaan, perkolasi, dan evaporasi diperlukan teknologi konservasi air. Dan konservasi tanah diterapkan untuk mengendalikan erosi dan mencegah degradasi lahan. Berikut diuraikan berbagai macam teknologi konservasi tanah dan air:
a.  Sistem pertanaman lorong adalah suatu sistem dimana tanaman pangan ditanam pada lorong di antara barisan tanaman pagar. Sistem in sangat bermanfaat dalam mengurangi laju limpasan permukaan dan erosi, dan merupakan sumber bahan organik dan hara terutama N untuk tanaman lorong.
b. Strip rumput adalah suatu sistem dimana tanaman pangan ditanam pada lorong, tetapi tanaman pagarnya adalah rumput. Strip rumput dibuat mengikuti kontur dengan lebar strip 0,5 meter atau lebih. Semakin lebar strip, semakin efektif mengendalikan erosi.
c. Tanaman penutup tanah merupakan tanaman yang ditanam tersendiri atau bersamaan dengan tanaman pokok. Bermanfaat untuk menutupi tanah dari terpaan langsung curah hujan, mengurangi erosi, menyediakan bahan organik tanah, dan menjaga kesuburan tanah.
d. Teras Gulud adalah sistem pengendalian erosi secara mekanis yang berupa barisan gulud yang dilengkapi rumput penguat gulud dan saluran air di bagian lereng atasnya. Ini mengurangi laju limpasan permukaan dan menyebabkan resapan air
e.   Teras bangku adalah teras yang dibuat dengan cara memotong lurus dan meratakan tanah di bidang olah sehingga terjadi deretan menyerupai tangga teras bangku. Ini berfungsi sebagai pengendali aliran permukaan dan erosi.
f. Rorak adalah lubang atau penampung yang dibuat memotong lereng yang berfungsi untuk menampung dan meresapkan air aliran permukaan. Rorak ini berguna untuk memperbesar peresapan air ke dalam tanah, memperlambat limpasan air pada saluran peresapan, dan sebagai pengumpul tanah yang tererosi, sehingga sedimen tanah lebih mudah dikembalikan ke bidang olah.
g. Embung merupakan bangunan penampung air yang berfungsi sebagai pemanen limpasan air permukaan dan air hujan. Fungsinya sebagai penyedia air di musim kemarau.
h.  Daun Parit adalah suatu cara mengumpulkan atau membendung aliran air pada suatu parit dengan tujuan untuk menampung aliran air permukaan, sehingga dapat digunakan untuk mengairi lahan di sekitarnya. Daun parit dapat menurunkan aliran permukaan, erosi, dan sedimentasi. (www.primatani.litbang.deptan.go.id/indek.php?)

4.    Teknik Biopori
Teknik ini dicetuskan oleh Dr. Kamir R. Brata, salah satu peneliti senior di IPT. Teknik biopori ini sering disebut dengan Lubang Resapan Biopori (LRB), yaitu metode resapan air yang ditujukan untuk membantu mengatasi banjir dan genangan air serta sampah organik di pemukiman warga. Peningkatan daya resap air pada tanah dikeluarkan dengan membuat lubang silindris yang dibuat secara pertikel ke dalam tanah dengan melebihi kedalaman muka air tanah. Pada lubang itu dimasukkan sampah organik berupa daun-daun, pangkasan rumput atau limbah dapur sisa-sisa makanan untuk menghasilkan kompos. Sampah organik yang ditimbun di dalam tanah akan menghidupi fauna tanah yang seterusnya mampu menciptakan pori-pori di dalam tanah.

5.    Teknik Groundwater Conservation Area
Merupakan teknik yang mengusahakan suatu kawasan atau wilayah tertentu yang khusus diperuntukkan sebagai daerah pemanenan air hujan (peresapan air hujan) yang dijaga diversifikasi dan konstruksi apapun tidak boleh dibangun di atas area tersebut.
Untuk keperluan ini harus dipilih daerah yang mempunyai peresapan tinggi dan bebas dari kontaminasi polutan (A. Maryono dan E.N. Santoso, 2006).

C.  Manfaat Konservasi Tanah dan Air
Pada dasarnya konservasi merupakan pemberdayaan atau pemeliharaan terhadap alam dan makhluk hidup. Manfaat-manfaat konservasi diwujudkan dengan:
a.  Terjaganya kondisi alam dan lingkungannya, berarti konservasi dilakukan dengan memelihara agar kawasan konservasi tidak rusak.
b.  Terhindarnya makhluk hidup dari kepunahan, yang berarti jika gangguan-gangguan penyebab turunnya jumlah dan mutu makhluk hidup terus dibiarkan tanpa upaya pengendalian akan berakibat makhluk hidup tersebut menuju kepunahan bahkan punah sama sekali.
c.  Terhindarnya dari bencana akibat perubahan alam, berarti gangguan-gangguan terhadap flora dan fauna serta ekosistemnya pada khususnya serta sumber daya alam pada umumnya menyebabkan perubahan berupa kerusakan maupun penurunan jumlah dan mutu sumber daya alam tersebut.
d. Mampu mewujudkan keseimbangan lingkungan baik mikro maupun makro, bararti dalam ekosistem terdapat hubungan yang erat antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
e.  Mampu memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan, berarti upaya konservasi sebagai sarana pengamatan dan pelestarian flora yang sudah punah maupun belum punah dari sifat, potensi maupun penggunaannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar