Kualitas
lahan adalah sifat-sifat pengenal atau attribute yang bersifat kompleks dari
sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan (performance) yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi
penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan
(land characteristics). Kualitas
lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi
pada umumnya ditetapkan berdasarkan karakteristik lahan (FAO, 1976).
Sitorus
(1985) menjelaskan ada empat kelompok kualitas lahan utama :
a. Kualitas
lahan ekologis yang berhubungan dengan kebutuhan tumbuhan seperti ketersediaan
air, oksigen, unsur hara dan radiasi
b. Kualitas
yang berhubungan dengan kualitas pengelolaan normal, seperti kemungkinan untuk
mekanisasi pertanian
c. Kualitas
yang berhubungan dengan kemungkinan perubahan, seperti respon terhadap
pemupukan, kemungkinan untuk irigasi dan lain-lain
d. Kualitas
konservasi yang berhubungan dengan erosi.
Karakteristik
lahan yang erat kaitannya untuk keperluan evaluasi lahan dapat dikelompokkan ke
dalam 3 faktor utama, yaitu topografi, tanah dan iklim. Karakteristik lahan tersebut
terutama topografi dan tanah) merupakan unsur pembentuk satuan peta tanah
(Ritung,2003).
Topografi yang
dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk wilayah (relief) atau lereng dan ketinggian
tempat di atas permukaan laut. Relief erat hubungannya dengan faktor
pengelolaan lahan dan bahaya erosi. Sedangkan faktor ketinggian tempat di atas
permukaan laut berkaitan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang berhubungan
dengan temperatur udara dan radiasi matahari.
Ketinggian
tempat diukur dari permukaan laut (dpl) sebagai titik nol. Dalam kaitannya
dengan tanaman, secara umum sering dibedakan antara dataran rendah (<700>
700 m dpl.). Namun dalam kesesuaian tanaman terhadap ketinggian tempat
berkaitan erat dengan temperatur dan radiasi matahari. Semakin tinggi tempat di
atas permukaan laut, maka temperatur semakin menurun. Demikian pula dengan
radiasi matahari cenderung menurun dengan semakin tinggi dari permukaan laut.
Ketinggian tempat dapat dikelaskan sesuai kebutuhan tanaman. Misalnya tanaman
teh dan kina lebih sesuai pada daerah dingin atau daerah dataran tinggi.
Sedangkan tanaman karet, sawit, dan kelapa lebih sesuai di daerah dataran
rendah.
Iklim sebagai
salah satu faktor lingkungan fisik yang sangat penting dapat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Bebrapa unsur iklim yang penting adalah curah hujan, suhu,
dan kelembaban. Di daerah tropika umumnya radiasi tinggi pada musim kemarau dan
rendah pada musim penghujan. Namun demikian mengingat sifat saling berkaitan
antara unsur iklim satu dengan yang lainnya, maka dalam uraian iklim ini akan
diuraikan unsur-unsur iklim yang yang berkaitan dengan pertumbuhan tanaman.
Tanaman kina dan
kopi, misalnya, menyukai dataran tinggi atau suhu rendah, sedangkan karet,
kelapa sawit dan kelapa sesuai untuk dataran rendah. Pada daerah yang data suhu
udaranya tidak tersedia, suhu udara diperkirakan berdasarkan ketinggian tempat
dari permukaan laut. Semakin tinggi tempat, semakin rendah suhu udara
rata-ratanya dan hubungan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus Braak
(1928): 26,3 C (0,01 x elevasi dalam meter x 0,6 C) Suhu udara rata-rata di
tepi pantai berkisar antara 25-27 C.
Data curah hujan
diperoleh dari hasil pengukuran stasiun penakar hujan yang
ditempatkan pada suatu lokasi yang dianggap dapat mewakili suatu wilayah tertentu. Pengukuran curah hujan dapat dilakukan secara manual dan otomatis. Secara manual biasanya dicatat besarnya jumlah curah hujan yang terjadi selama 1(satu) hari, yang kemudian dijumlahkan menjadi bulanan dan seterusnya tahunan. Sedangkan secara otomatis menggunakan alat-alat khusus yang dapat mencatat kejadian hujan setiap periode tertentu, misalnya setiap menit, setiap jam, dan seterusnya.
ditempatkan pada suatu lokasi yang dianggap dapat mewakili suatu wilayah tertentu. Pengukuran curah hujan dapat dilakukan secara manual dan otomatis. Secara manual biasanya dicatat besarnya jumlah curah hujan yang terjadi selama 1(satu) hari, yang kemudian dijumlahkan menjadi bulanan dan seterusnya tahunan. Sedangkan secara otomatis menggunakan alat-alat khusus yang dapat mencatat kejadian hujan setiap periode tertentu, misalnya setiap menit, setiap jam, dan seterusnya.
Untuk keperluan
penilaian kesesuaian lahan biasanya dinyatakan dalam jumlah curah hujan
tahunan, jumlah bulan kering dan jumlah bulan basah. Oldeman (1975)
mengelompokkan wilayah berdasarkan jumlah bulan basah dan bulan kering
berturut-turut. Bulan basah adalah bulan yang mempunyai curah hujan >200 mm,
sedangkan bulan kering mempunyai curah hujan <100 mm. Kriteria ini lebih
diperuntukkan bagi tanaman pangan, terutama untuk padi.
Berdasarkan kriteria
tersebut Oldeman (1975) membagi zone agroklimat kedalam 5 kelas utama (A, B, C,
D dan E). Sedangkan Schmidt & Ferguson (1951) membuat klasifikasi iklim
berdasarkan curah hujan yang berbeda, yakni bulan basah (>100 mm) dan bulan
kering (<60 mm). Kriteria yang terakhir lebih bersifat umum untuk pertanian
dan biasanya digunakan untuk penilaian tanaman tahunan.
Faktor tanah
dalam evaluasi kesesuaian lahan ditentukan oleh beberapa sifat atau
karakteristik tanah di antaranya jenis tanah, drainase tanah, tekstur,
kedalaman tanah dan retensi hara (pH, KTK), serta beberapa sifat lainnya
diantaranya alkalinitas, bahaya erosi, dan banjir/genangan. Data jenis tanah
dapat di lihat melalui peta satuan lahan khusus jenis tanah, seperti contoh
peta jenis tanah propinsi Jambi Kabupaten Muaro Jambi.
Drainase tanah
menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah atau keadaan tanah yang
menunjukkan lamanya dan seringnya jenuh air. Kelas drainase tanah yang sesuai untuk sebagian besar tanaman,
terutama tanaman tahunan atau perkebunan berada pada kelas 3 dan 4. Drainase
tanah kelas 1 dan 2 serta kelas 5, 6 dan 7 kurang sesuai untuk tanaman tahunan
karena kelas 1 dan 2 sangat mudah meloloskan air, sedangkan kelas 5, 6 dan 7 sering
jenuh air dan kekurangan oksigen.
Tekstur
merupakan komposisi partikel tanah halus (diameter 2 mm) yaitu pasir, debu dan
liat. Pengelompokan kelas tekstur adalah: Halus (h) : Liat berpasir, liat, liat
berdebu. Agak halus (ah) : Lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat
berdebu. Sedang (s) : Lempung berpasir sangat halus, lempung, lempungberdebu,
debu. Agak kasar (ak) : Lempung berpasir. Kasar (k) : Pasir, pasir berlempung.
Sangat halus (sh) : Liat (tipe mineral liat 2:1).
Bahan kasar
adalah persentasi kerikil, kerakal atau batuan pada setiap lapisan
tanah, dibedakan menjadi: sedikit : <> 60 %. Ketebalan gambut, dibedakan menjadi: tipis : <> 400 cm.
tanah, dibedakan menjadi: sedikit : <> 60 %. Ketebalan gambut, dibedakan menjadi: tipis : <> 400 cm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar