Perencanaan
atau yang sudah akrab dengan istilah planning adalah satu dari fungsi
management yang sangat penting. Bahkan kegiatan perencanaan ini selalu melekat
pada kegiatan hidup kita sehari-hari, baik disadari maupun tidak. Sebuah
rencana akan sangat mempengaruhi sukses dan tidaknya suatu pekerjaan. Karena
itu pekerjaan yang baik adalah yang direncanakan dan sebaiknya kita melakukan
pekerjaan sesuai dengan yang telah direncanakan.
Perencanaan
partisipatori berarti perencanaan yang melibatkan beberapa yang berkepentingan
dalam merencanakan sesuatu yang dipertentangkan dengan merencanakan yang hanya
dibuat oleh seseorang atau beberapa orang atas dasar wewenang kedudukan,
seperti perencana di tingkat pusat kepala-kepala kantor pendidikan di daerah.
Perencanaan partisipatori banyak melibatkan orang-orang daerah yang memiliki
kepentingan atas obyek yang direncanakan. Karena itu perencanaan partisipatori, memerlukan
informasi dari masyarakat dalam arti perlu pendekatan pada masyarakat untuk
melaksanakan perencanaan pendidikan pada satu tempat (daerah). Dalam arti
hubungan lembaga pendidikan dengan komunikasinya merupakan dasar untuk
memudahkan pelaksanaan perencanaan pendidikan partispatori seperti kebiasaan
lembaga pendidikan dan masyarakat bekerja sama membangun pendidikan. Komunikasi
antara lembaga pendidikan dengan masyarakat merupakan realisasi teori common
sense dalam komunikasi, bukan teori kompetisi atau teori kontrol.
Dalam investorword.com
didefinisikan “The process
of setting goals, developing strategies,
and outlining tasks
and schedules to accomplish the goals”.
Planning adalah proses menetapkan tujuan, mengembangkan strategi, dan menguraikan tugas dan jadwal untuk mencapai tujuan. Dari pengertian diatas dapat
diketahui bahwa sebuah planning atau perencanaan adalah merupakan proses menuju
tercapainya tujuan tertentu. Atau dalam istilah lain merupakan persiapan yang
terarah dan sistematis agar tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Kaufman (1972)
sebagaimana dikutip Harjanto, Perencanaan adalah suatu proyeksi tentang apa
yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan absah dan bernilai. Bintoro Tjokroaminoto
mendefinisikan perencanaan sebagai proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan
secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Pramuji
Atmosudirdjo mendefinisikan perencanaan adalah perhitungan dan penentuan
tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu,
siapa yang melakukan, bilamana, dimana, dan bagaiman melakukannya. SP. Siagiaan
mengartikan perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
secara matang menyangkut hal-hal yang akan dikerjakan di masa datang dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Y
Dior berpendapat perencanaan
perencanaan adalah suatu proses penyiapan seperangkat keputusan untuk
dilaksanakan pada waktu yang akan datang , dalam rangka mencapai sasaran
tertentu.
Berbagai
pendapat diatas menyiratkan bahwa perencanaan merupakan proses yang berisi
kegiatan-kegiatan berupa pemikiran, perhitungan, pemilihan, penentuan dsb. Yang
semuanya itu dilakukan dalam rangka tercapainya tujuan tertentu. Pada hakekatnya
perencanaan merupakan proses pengambilan keputusan atas sejumlah alternative
(pilihan) mengenai sasaran dan cara-cara yang akan dilaksanakan di masa yang
akan datang guna mencapai tujuan yang dikehendaki serta pemantauan dan
penilaiannya atas hasil pelaksanaannya, yang dilakukan secara sistematis dan
dan berkesinambungan. Perencanaan memiliki urgensi yang sangat
bermanfaat dalam hal antara lain;
a. Standar pelaksanaan dan pengawasan
b. Pemilihan berbagai alternatif terbaik
c. Penyusunan skala prioritas, baik sasaran
maupun kegiatan
d. Menghemat pemanfaatan sumber daya
organisasi
e. Membantu manager menyesuaikan diri dengan
perubahan lingkungan
f. Alat memudahkan dalam berkoordinasi dengan
pihak terkait
g. Alat meminimalkan pekerjaan yang tidak
pasti
Manfaat yang
lain dari perencanaan adalah;
a.
Menjelaskan
dan merinci tujuan yang ingin dicapai
b. Memberikan pegangan dan menetapkan
kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
c. Organisasi memperoleh standar sumber daya
terbaik dan mendayagunakan sesuai tugas pokok fungsi yang telah ditetapkan.
d. Menjadi rujukan anggota organisasi dalam
melaksanakan aktivitas yang konsisten prosedur dan tujuan
e. Memberikan batas wewenang dan tanggung
jawab bagi seluruh pelaksana
f. Memonitor dan mengukur berbagai
keberhasilan secara intensif sehingga bisa menemukan dan memperbaiki
penyimpangan secara dini.
g. Memungkinkan untuk terpeliharanya
persesuaian antara kegiatan internal dengan situasi eksternal
h. Menghindari pemborosan
Dengan adanya
standar pelaksanaan (SOP) dan pengawasan, skala prioritas, tujuan, batasan
wewenang, pedoman kerja dsb. memungkinkan seluruh personil yang terlibat dalam
organisisasi atau tim akan dapat bekerja lebih transparan dan penuh tanggung
jawab, efektif dan efisien.
Kegiatan
perencanaan memiliki ruang lingkup yang sangat luas terkait demensi waktu,
spasial, dan tingkatan dan teknis perencanaannya. Namun demikian ketiga demensi
tersebut saling kait-terkait dan beriteraksi. Masing-masing demensi tersebut
adalah sebagai berikut;
1. Perencanaan dari Dimensi Waktu
Dari demensi waktu perencanaan mencakup;
(a) Perencanaan jangka panjang (long term
planning) berjangka 10 tahun keatas, bersifat prospektif, idealis dan belum
ditampilkan sasaran-sarana yang bersifat kualitatif. (b) Perencanaan jangka
menengah (medium term planning) berjangka 3 sampai 8 tahun, merupakan
penjabaran dan uraian rencana jangka panjang. Sudah ditampilkan sasaran-sasaran
yang diproyksikan secara kuantitatif, meski masih bersifat umum. (c)
Perencanaan jangka pendek (sort term
planning) berjangka 1 tahunan disebut juga perencanaan jangka pendek
tahunan (annual plan) atau perencanaan operasional tahuanan (annual opperasional planning)
2. Perencaan Dari Dimensi Spasial
Perencanaan ini terkait dengan ruang dan
batas wilayah yang dikenal dengan perencanaan nasional (berskala nasional),
regional (berskala daerah atau wilayah), perencanaan tata ruang dan tata tanah
(pemanfaatan fungsi kawasan tertentu).
3.
Perencanaan dari Dimensi Tingkatan Teknis Perencanaan
Dalam demensi ini kita mengenal istilah
(a) perencanaan makro (b) perencaan mikro (c) perencanaan sektoral (d)
perencaan kawasan dan (e) perencaan proyek. Perencaan makro meliputi
peningkatan pendapatan nasional, tingkat konsumsi, investasi pemerintah dan
masyarakat, ekspor impor, pajak, perbankan dsb. Perencanaan mikro disusun dan
disesuaikan dengan kondisi daerah. Perencanaan kawasan memperhatikan keadaan
lingkungan kawasan tertentu sebagai pusat kegiatan dengan keunggulan komparatif
dan kompetitif. Perencanaan proyek adalah perencanaan operasional kebijakan
yang dapat menjawab siapa melakukan apa, dimana, bagaimana dan mengapa.
4.
Perencanaan Demensi Jenis
Menurut Anen (2000) sebagaimana dikutip
Syaiful sagala meliputi; (a) Perencanaan dari atas ke bawah (top down
planning), (b) perencanaan dari bawah ke atas (botton up planning), (c)
perencanaan menyerong kesamping (diagonal planning), dibuat oleh pejabat
bersama dengan pejabat bawah diluar struktur (d) perencanaan mendatar
(horizontal planning), yaitu perencanaan lintas sektoral oleh pejabat selevel
(e) perencanaan menggelinding (rolling planning) berkelanjutan mulai rencana
jangka pendek,menengah dan panjang.(f) perencanaan gabungan atas ke bawah dan
bawah ke atas (top down and button up planning), untuk mengakomodasi
kepentingan pusat dengan wilayah/daerah.
Dalam kegitan pendidikan lingkup
perencanaan meliputi semua komponen administrasi sekolah dalam hal kurikulum,
supervisi, kemuridan, keuangan, sarana dan prasarana, personal, layanan khusus,
hubungan masyarakat, media belajar, ketata usahaan sekolah dsb. Atau berupa
penentuan sasaran, alat, tuntutan-tuntutan, taksiran, pos-pos tujuan, pedoman,
kesepakatan (commitment) yang menghasilkan program-program sekolah yang terus
berkembang
Teori dan Konsep Perencanaan
Menurut Hudson
dalam Tanner (1981) teori perencanaan meliputi, antara lain; sinoptik,
inkremental, transaktif, advokasi, dan radial. Selanjutnya di kembangkan oleh
tanner (1981) dengan nama teori SITAR sebagai penggabungan dari taksonomi
Hudson.
1.
Teori Sinoptik
Disebut juga system planning, rational
system approach, rasional comprehensive planning. Menggunakan model berfikir
system dalam perencanaan, sehingga objek perencanaan dipandang sebagai suatu
kesatuan yang bulat, dengan satu tujuan yang disbebut visi. Langkah-langkah
dalam perencanaan ini meliputi; (a) pengenalan masalah, (b) mengestimasi ruang
lingkup problem (c) mengklasifikasi kemungkinan penyelesaian, (d)
menginvestigasi problem, (e) memprediksi alternative, (f) mengevaluasi kemajuan
atas penyelesaian spesifik.
2.
Teori Incemental
Didasarkan pada kemampuan institusi dan
kinerja personalnya. Bersifat desentralisasi dan tidak cocok untuk jangka
panjang. Jadi perencanaan ini menekankan perencanaan dalam jangka pendek
saja. Yang dimaksud dengan desentralisasi pada teori ini adalah si perencana
dalam merencanakan objek tertentu dalam lembaga pendidikan, selalu mempertimbangkan
faktor-faktor lingkungan.
3.
Teori Transactive
Menekankan pada harkat individu yang menjunjung tinggi
kepentingan pribadi dan bersifat desentralisasi, suatu desentralisasi yang
transactive yaitu berkembang dari individu ke individu secara keseluruhan. Ini
berarti penganutnya juga menekankan pengembangan individu dalam kemampuan
mengadakan perencanaan.
4. Teori Advocacy
Menekankan hal-hal yang bersifat umum,
perbedaan individu dan daerah diabaikan. Dasar perencanaan tidak
bertitik tolak dari pengamatan secara empiris, tetapi atas dasar argumentasi yang rasional, logis dan bernilai (advocacy= mempertahankan
dengan argumentasi).
Kebaikan
teori ini adalah untuk kepentingan umum secara nasional. Karena ia meningkatkan
kerja sama secara nasional, toleransi, kemanusiaan, perlindungan terhadap
minoritas, menekankan hak sama, dan meningkatkan kesejahteraan umum.
Perencanaan yang memakai teori ini tepat dilaksanakan oleh pemerintah/ atau badan
pusat.
5. Teori Radikal
Teori
ini menekankan pentingnya kebebasan lembaga atau organisasi lokal untuk
melakukan perencanaan sendiri, dengan maksud agar dapat dengan cepat mengubah
keadaan lembaga supaya tepat dengan kebutuhan.
Perencanaan
ini bersifat desentralisasi dengan partisipasi maksimum dari individu dan
minimum dari pemerintah pusat / manajer tertinggilah yang dapat dipandang
perencanaan yang benar. Partisipasi disini juga mengacu kepada pentingnya kerja
sama antar personalia. Dengan kata lain teori radikal menginginkan agar lembaga
pendidikan dapat mandiri menangani lembaganya. Begitu pula pendidikan daerah
dapat mandiri menangani pendidikannya.
6. Teori SITAR
Merupakan gabungan kelima teori diatas
sehingga disebut juga complementary planning process. Teori ini menggabungkan
kelebihan dari teori diatas sehingga lebih lengkap. Karena teori ini
memperhatikan situasi dan kondisi masyarakat atau lembaga tempat perencanaan
itu akan diaplikasikan, maka teori ini menjadi SITARS yaitu S terakhir adalah
menunjuk huruf awal dari teori situational. Berarti teori baru ini di samping
mengombinasikan teori-teori yang sudah ada penggabungan itu sendiri ada
dasarnya ialah menyesuaikan dengan situasi dan kondisi lembaga pendidikan dan
masyarakat. Jadi dapat kita simpulkan bahwa teori-teori diatas mempunyai
persamaan dan pebedaannya.
Strategi Perencanaan
Pendekatan
(strategi) perencanaan pendidikan terkait erat dengan struktur penduduk. Ada
empat pendekatan dalam perencanaan pendidikan, yaitu ; (1) pendekatan kebutuhan
sosial (social demand
approach), (2) pendekatan ketenagakerjaan (manpower approach), (3) pendekatan
untung rugi (cost and benefit), (4) pendekatan cost eefectiveness, dan (5)
pendekatan terpadu. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan.
1.
Pendekatan Kebutuhan Sosial (sosial demand approach)
Pendekatan model ini
didasarkan atas keperluan masyarakat saat ini dan menitik beratkan pada
pemerataan pendidikan seperti wajib belajar (wajar 9 tahun). Kekurangannya
pendekatan model ini adalah; (1) mengabaikan alokasi dalam skala nasional, (2)
mengabaikan kebutuhan perencanaan ketenagakerjaan, (3) cenderung hanya menjawab
problem pemerataan dengan lebih mengutamakan kuantitas daripada kualitas
pendidikan.
2.
Pendekatan Ketenagakerjaan (Manpower Approach)
Pendekatan ini
mengutamakan keterkaitan system pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga
kerja. Membengkaknya angka pengangguran misalnya menjadi pendorong untuk
mempertemukan gape antara dunia pendidikan dengan dunia kerja. Upaya untuk hal
ini misalnya diberlakukannya system link and match, magang, pendidikan profesi,
pengembangan smk dsb.
3.
Pendekatan Untung Rugi (cost
and benefit)
Dalam pendekatan ini
dibuat perhitungan perbandingan antara biaya yang dikeluarkan untuk
penyelengaraan pendidikan serta keuntungan yang akan siperoleh dari hasil
pendidikan. Pendekatan ini melihat pendidikan sebagai upaya investasi yang
harus memberikan keuntungan nyata pada saat nanti.
4.
Pendekatan Cost Efectiveness
Pendekatan ini
menitikberatkan pada pemanfaatan biaya secermat mungkin untuk mencapai hasil
pendidikan seoptimal mungkin, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Pendidikan ini diadakan jika benar-benar memberikan keuntungan yang relative
pasti. Seperti dibukannya program magister management, magister bisnis
administrasi, kursus-kursus dsb.
5.
Pendekatan Terpadu
Yaitu dengan memadukan keempat pendekatan
diatas sunaryo (2000). Dalam hemat kami, pendekatan terpadu dapat
digunakan untuk menjembatani berbagai kepentingan akan tujuan output
pendidikan. Apalagi dalam islam dikenal akan adanya dua kebutuhan duniawi dan ukhrowi
sehingga pendekatan yang digunakan untuk pendidikan tentu semestinya mencakup
kedua kebutuhan tersebut.