Orang berpendapat
bahwa magma itu mempunyai susunan basal dan kemudian karena proses diferensiasi
dan asimilasi didapat susunan magma yang berbeda-beda dan membeku menjadi
batuan yang berbeda susunannya. Jikalau magma tadi tiba di bagian yang lebih
tinggi dalam kerak bumi maka magma itu akan mendingin dan mulailah terjadi
kristalisasi atau penghabluran menjadi mineral.
Mineral yang pertama
terbentuk ialah mineral yang berat jenisnya besar, yaitu mineral yang berwarna
tua. Oleh karena berat jenisnya yang besar dibandingkan dengan massa di
sekelilingnya maka mineral itu tenggelam kembali dalam magma yang masih cair.
Karena kristalisasi ini maka susunan magma akan berubah, mineral yang tenggelam
tadi akan larut kembali, akan tetapi jenis itu akan tetap tinggal di bagian
bawah dari magma. Di bagian atas terkumpul mineral yang ringan, kaya akan SiO2
sehingga dengan demikian terjadilah pemisahan atau diferensiasi yaitu magma
asam (kaya SiO2) di atas dan magma basa dibawah. Yang dimaksud dengan proses
asimilasi adalah penelanan batuan di sekelilingnya oleh magma yang sedang
menuju ke atas. Proses asimilasi ini adalah suatu teori untuk menerangkan
terjadinya magma dengan susnan kimia yang berbeda-beda.
Batuan beku
atau Igneous Rock berasal dari bahasa latin, Inis yang
berarti api. Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan material
yang kental yang berasal dari bumi (magma). Magma yang panas bergerak dari
dalam bumi ke permukaan bumi makin lama makin dingin dan akhirnya membek,
sehingga dikenal dengan batuan beku dalam (intrusi) atau batuan Plutonis (Pluto =
Dewa dunia bawah). Ada juga yang membeku setelah mencapai permukaan bumi yang
dikenal dengan nama batuan beku luar atau ekstrusi atau batuan Vulkanis (Vulkanus =
dewa api).
A. Tekstur
Tekstur didefinisikan sebagai keadaan
atau hubungan yang erat antar mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan
antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari
batuan.
Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh 4 hal yang penting, yaitu :
1. Derajat Kristalisasi/Kristalinitas
Kristalinitas adalah derajat
kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan tersebut.
Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang
berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat
mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya
berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya
berlangsung cepat maka yang terbentuk adalah tekstur gelas (non mineral). Dalam pembentukannnya
dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:
a. Holokristalin,
yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal.
b. Holohialin,
yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas.
c. Hipokristalin,
yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi
terdiri dari massa kristal.
2. Granularitas/Besar Butir
Granularitas didefinisikan sebagai
besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok
tekstur ukuran butir, yaitu:
a. Fanerik
Suatu batuan dikatakan memiliki tekstur
fanerik jika kristalnya dapat dilihat jelas dengan mata biasa. Kristal jenis
fanerik ini dapat dibedakan menjadi:
o Halus
(fine), ukuran diameter butir kurang
dari 1 mm.
o Sedang
(medium), ukuran diameter butir
antara 1 - 5 mm.
o Kasar
(coarse), ukuran diameter butir
antara 5 - 30 mm.
o Sangat
kasar (very coarse), ukuran diameter
butir lebih dari 30 mm.
b. Afanitik
Besar kristal-kristal dari golongan ini
tidak dapat dibedakan dengan mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop.
Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau
keduanya. Dalam analisa mikroskopis dapat dibedakan:
o Mikrokristalin,
ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.
o Kriptokristalin,
Ukuran butiran berkisar antara 0,01 – 0,002 mm.
o Holohialin,
apabila batuan beku tersusun oleh gelas.
3. Bentuk Kristal
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu
kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari
pandangan 2 dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:
a. Euhedral,
bentuk kristal sempurna/lengkap, dibatasi oleh idang kristal yang ideal (jelas,
tegas & teratur).
b. Subhedral,
bentuk kristal kurang sempurna sebagian dari batas kristalnya sudah tidak
terlihat lagi.
c. Anhedral,
bentuk kristal tidak beraturan sama sekali, sudah tidak mempunyai bidang
kristal asli.
Ditinjau dari pandangan 3 dimensi,
dikenal empat bentuk kristal, yaitu:
a. Equidimensional,
apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
b. Tabular,
apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang lain.
c. Prismitik,
apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang lain.
d. Irregular,
apabila bentuk kristal tidak teratur.
4. Keseragaman butir/hubungan antar kristal
Hubungan antar kristal atau disebut
juga relasi didefinisikan sebagai hubungan antara kristal/mineral yang satu
dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:
a. Equigranular,
yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan berukuran sama
besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi
menjadi tiga, yaitu:
o Panidiomorfik granular,
apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.
o Hipidiomorfik granular,
apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.
o Allotriomorfik granular,
apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.
b. Inequigranular,
yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain
disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas. Oleh
karena kristalnya tidak sama besar maka terdapat tekstur khusus:
o Porfiritik,
Kristal-kristal yang lebih besar(fenokris) tertanam dalam massa
dasar(groundmass) kristal yang lebih halus. Jika massa dasar berukuran fanerik
disebut faneroporfiritik, namun jika massa dasar berukuran afanitik
disebut porfiroafanitik.
o Vitrovirik:
Tekstur dimana mineral penyusun secara dominan adalah gelas, kedang kristalnya
hanya sedikit(<10%)
o Felsoferik:
Apabila fenokris tertanam dalam massa dasar terdiri dari kuarsa dan feldspar.
B. Struktur
Struktur adalah kenampakan batuan
secara makro yang meliputi kedudukan lapisan yang jelas/umum dari lapisan
batuan. Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat dilapangan saja, misalnya:
1. Pillow lava
atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut,
membentuk struktur seperti bantal.
2. Joint struktur,
merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun secara teratur
tegak lurus arah aliran.
Sedangkan struktur yang dapat dilihat
pada contoh-contoh batuan(hand speciment sample), yaitu:
1. Masif,
yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak
menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain
yang tertanam dalam tubuh batuan beku.
2. Vesikuler,
yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada
waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang teratur.
3. Skoria,
yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-lubangnya
besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur.
4. Amigdaloidal,
yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral
sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.
5. Xenolitis,
yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan lain yang
masuk dalam batuan yang mengintrusi.
C. Komposisi
Mineral
1. Mineral
Primer, Adalah mineral yang terbentuk langsung dari pembekuan magma, dalam
jumlah yang melimpah sehingga kehadirannya sangat menentukan nama batuan beku.
berdasarkan warnanya dibagi menjadi 2:
a. Mineral
felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari mineral
kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit.
b. Mineral
mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit, piroksen, amphibol
dan olivin.
2. Mineral
Sekunder, Adalah mineral hasil ubahan dari mineral primer, baik karena pelapka,
reaksi hidrothermal, atau metamorfisme. Jadi tidak terbentuk langsung dari
pembekuan magma. Namun begitu keberadaannya melimpah, dapat mempengaruhi
penamaan batuan. Contohnya: kalsit, klorit, limonit, mineral lempung.
3. Mineral
Aksesoris, Adalah mineral yang terbentuk langsung dari pembekuan magma namun
jumlahnya sangat sedikit sekali, sehingga tidak mempengaruhi penamaan betuan.
Contohnya: Kromit, magnetit, ilmenit, rutil, dan zirkon.
D. Warna
Warna segar batuan beku dapat
bervariasi, dari hitam, abu-abu sampai putih cerah. Warna ini sangat
dipengaruhi oleh komposisi meneral penyusun batuannya (rock forming minerals).
Apabila terjadi pencampuran antara mineral gelap dengan terang maka warna
batuan beku dapat hitam berbintik-bintik putih, abu-abu bercak putih, atau
putih bercak hitam, tergantung warna mineral mana yang dominan.