Batuan beku disusun oleh
senyawa-senyawa kimia yang membentuk mineral penyusun batuan beku. Salah satu
klasifikasi batuan beku dari kimia adalah dari senyawa oksidanya, sepreti SiO2,
TiO2, AlO2, Fe2O3, FeO, MnO, MgO,
CaO, Na2O, K2O, H2O+, P2O5,
dari persentase setiap senyawa kimia dapat mencerminkan beberapa lingkungan
pembentukan meineral.
Analisa kimia batuan dapat
dipergunakan untuk penentuan jenis magma asal, pendugaan temperatur pembentukan
magma, kedalaman magma asal, dan banyak lagi kegunaan lainya. Dalam analisis
kimia batuan beku, diasumsikan bahwa batuan tersebut mempunyai komposisi kimia
yang sama dengan magma sebagai pembentukannya. Batuan beku yang telah
mengalaimi ubahan atau pelapukan akan mempunyai komposisi kimia yang berbeda.
Karena itu batuan yang akan dianalisa harusla batuan yang sangat segar dan
belum mengalami ubahan. Namun begitu sebagai catatan, “pengelompokan yang
didasarkan kepada susunan kimia batuan, jarang dilakukan. Hal ini disebabkan
disamping prosesnya lama dan mahal, karena harus dilakukan melalui analisa
kimiawi”.
Berdasarkan kandungan senyawa
kimia (kandungan silikanya) maka batuan beku dapat dibagi menjadi :
1. Batuan beku Asam : Silika > 65
%
2. Batuan beku Menengah : Silika 65
- 52 %
3. Batuan beku Basa : Silika 52 - 45
%
4. Batuan beku Ultrabasa : Silika
< 45 %
Whitford (1975) membuat suatu
diagram klasifikasi untuk mengetahui seri dan jenis batuan berdasarkan atas
kandungan potassium dan silikanya. Whitford membagi seri batuan menjadi seri
toleitik, seri calc-alkaline, dan seri high k calc-alkaline. Sedangkan jenis
batuannya adalah basalt, andesite basaltic, andesite, dan dacite.
Menurut Whitford (1975), setiap
peningkatan K2O dan SiO2 akan mengalami perubahan seri
magmatik mulai dari seri toleitik-calc
alkaline sampai high k calc alkaline,
begitu pula akan mengalami perubahan jenis batuan mulai dari basalt, andesite
basaltic, andesite, sampai dacite.