A. Geografi Regional
Geografi
Regional merupakan deskripsi yang komprehensif integratif aspek fisik dengan
aspek manusia dalam relasi keruangannya di suatu wilayah. Geografi Regional
adalah suatu bagian atau keseluruhan bagian yang didasarkan atas aspek
keseluruhan suatu wilayah. Dapat pula dikatakan bahwa Geografi Regional sebagai
suatu studi tentang variasi penyebaran gejala dalam ruang pada suatu wilayah
teretentu, baik local, negara, maupun continental.
Pada
Geografi Regional, seluruh aspek dan gejala geografi ditinjau dan
dideskripsikan secara bertautan dalam hubungan integrasi, interelasi keruangannya. Melalui
interpretasi dan analisa geografis regional ini, karakteristik suatu wilayah
yang khas dapat ditonjolkan, sehingga perbedaan antar wilayah menjadi kelihatan
jelas (Sumaatmadja, 1988).
Berdasarkan
struktur keilmuan geografi, maka geografi regional bukanlah salah satu cabang
dari geografi manusia ataupun geografi fisik. Tetapi geografi regional merupakan
bagian dari geografi yang bertugas untuk menjelaskan secara komprehensif segala
keterkaitan (asosiasi, relasi, interelasi, interakasi, interdependensi) unsur
fisik dan manusia yang ada pada suatu region tertentu pada waktu tertentu.
Asosiasi
dan korelasi gejala geografi di permukaan bumi secara dinamik, tidak hanya
meliputi proses keruangannya saja, melainkan pula meliputi kronologi
berdasarkan urutan waktunya.
B. Geografi Regional Indonesia
Berdasarkan
pengertian Geografi Regional di atas, dapat dinyatakan bahwa Indonesia
merupakan suatu region. Nama “Indonesia” untuk kepulauan nusantara pertama kali
diperkenalkan oleh JR. Logan pada tahun 1850. Indonesia sebagai bagian dari
wilayah di permukaan bumi dianggap sebagai suatu region berdasarkan kenyataan
bahwa antar bagian wialayah Indonesia mempunyai kesamaan-kesamaan tertentu,
misalnya keamaan iklim, keamaan letak, kesamaan bahasa dan ideology, kesamaan
budaya, dan yang paling penting secara hukum antar bagian wilayah Indonesia
merupakan satu kesatuan hukum Negara yang berasal dari wilayah bekas jajahan
Hindia Belanda ditambah dua daerah istimewa, Derah Istimewa Yogyakarta (DIY)
dan Nangroe Aceh Darussalam (NAD).
Bila
dianalisis lebih lanjut menurut kriteria/konsep ideal sebuah region, wilayah
Indonesia bukanlah satu region, tetapi menjadi beberapa region, kecuali apabila
kriteria pengklasifikasian region itu dibuat secara makro, misalnya criteria 12
region berdasarkan iklim matahari, yang membagi dunia menjadi iklim tropik (0 -
23,50 LU/LS), subtropik (23,50LU/LS - 66,50 LU/LS), dan iklim polar (66,50
LU/LS - 900 LU/LS), maka seluruh bagian wilayah Indonesia dapat dinyatakan sebagai
suatu region iklim tropik.
Bentuk-bentuk
wilayah negara dilihat dari fisiografisnya terdiri dari bentuk kompak (contigous
shape) dan tidak kompak (non-contigous shape). Bentuk kompak terdiri
dari bentuk membulat dan memanjang (sejajar pantai dan tegak lurus pantai).
Bentuk tidak kompak, terdiri dari bentuk fragmental (kepulauan), terpecah (broken
shape), tersebar (scattered shape), dan lingkar laut (sircum
marine).
Region
Indonesia merupakan kepulauan (archipelagic state), yang berarti region
ini berbentuk tidak kompak (noncontigues shape), tetapi
terpisah-pisah oleh perairan. Meski demikian perairan tersebut dalam konsep negara
kesatuan tidak menjadi batas pemisah antar wilayah/pulau karena adanya
kesamaan/keseragaman tertentu.
Sebagai
sebuah region yang luas (lebih dari 5 juta km², dengan luas daratan ± 2.206.833
km²), Indonesia harus mempunyai batas-batas wilayah yang jelas dan dapat
membedakan dengan wilayah lain. Batas wilayah diperlukan untuk keperluan
pengelolaan, pengawasan dan perlindungan negara.
C. Pembagian Wilayah Indonesia
Indonesia
merupakan region dalam skala besar yang dasar pengklasifikasian atau nomenclatur-nya
lebih umum, sehingga apabila kita hendak membagi region Indonesia menjadi
beberapa region yang lebih detail sangat dimungkinkan, misalnya region
Indonesia dapat dibagi menjadi
region/rezim iklim, region budaya, region persebaran binatang, region berdasarkan
struktur geologisnya, dan lain-lain.
Menurut
letak geografisnya Indonesia terletak di antara dua benua, yakni Asia dan
Australia, dan di antara dua samudra, yakni Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.
Secara geografis wilayah Indonesia sangat luas, maka negara kita dikenal
sebagai Negara Kepualauan atau Negara Maritim. Ini terbukti dari luas wilayah
Indonesia dari Sabang sampai Merauke yang terdiri dari pulau-pulau, dengan
memiliki ± 17.000 buah pulau dengan luas daratan 1.922.570 km² dan luas perairan
3.257.483 km².
Berdasarkan
letak astronomisnya Indonesia berada
diantara 6˚ LU-11˚ LS dan antara 95˚ BT-141˚ BT.
1.
Region Administrasi
Secara
administratif wilayah Indonesia dibagi menjadi 33 region (tahun 1976 ada 27
region, tahun 1999 dengan melepasnya Propinsi Timtim menjadi 26 region adminitratif
dan pada tahun 2013 menjadi 34 region.
Penambahan
jumlah propinsi sebanyak 7 buah, yakni Propinsi Kepulauan Riau (Kepri),
Propinsi Banten, Propinsi Gorontalo, Propinsi Sulawesi Tengah, Propinsi Maluku
Utara, Propinsi Irian dipecah menjadi 3 (Irian Jaya Barat, Tengah, dan Timur)
sehingga Pulau Papua bertambah 2 propinsi. Secara administrative luas wilayah
Indonesia adalah 5.000.000 m², terdiri dari 2.206.833 km² berupa daratan dan
3.000.000 km² berupa lautan.
2.
Region Geologis
Untuk
dapat memahami karakteristik geologisnya Indonesia, perlu ditelusuri sejarah
pembentukan awal kepulauan nusantara ini. Rutten yang didukung oleh Van
Bemellen menyatakan bahwa awal pembentukan kepulauan nusantara dapat ditelusuri
dari bukti-bukti, yakni dimuali dengan tenggelamnya Zone Anambas, yang
merupakan Kontinen Asal, diperkirakan terjadi pada pada 300 juta tahun yang
lalu (pada kurun geologi Devon). Tenggelamnya zone Anambas ini mengakibatkan
wilayah di sekitarnya mencari keseimbangannya sendiri.
Dalam
rangka mencari keseimbangan itulah berturut-turut bagianbagian dari muka bumi
ini ada yang timbul kembali dan ada yang tenggelam secara perlahan-lahan dalam
kurun waktu geologi tertentu (Sandy, 1996). Untuk sampai pada bentuknya yang
sekarang, konon Landas Kontinen Sunda (Indonesia bagian barat) telah mengalami
delapan kali/tahap pembentukan daratan (orogenesa).
Di
bagian Indonesia timur kejadiannya hampir sama dengan bagian barat, Kontinen
Asal di bagian timur oleh Van Bemmelen disebut Central Banda Basin atau yang kita
kenal dengan nama Laut Banda mengalami pembentukan sebanyak tujuh tahap.
Berdasarkan
perkembangan geologi tersebut, dapat dinyatakan bahwa wilayah Indonesia
merupakan titik temu dari tiga gerakan lempeng bumi, yakni : gerakan dari
sistem Sunda di barat; gerakan dari
sistem pinggiran di Asia Timur; gerakan
dari sistem Sirkum Australia. Ketiga gerakan tersebut menyebabkan Indonesia
menjadi jalur vulkanisme (pada jalur luar/outer) dan gempa yang sangat
berpengaruh terhadap kehidupan manusia Indonesia.
Akibat
banyaknya vulkan, maka tanah Indonesia menjadi tanah yang subur sehingga dapat
memberi penghidupan/bahan pangan bagi penduduk, disamping kadangkala membawa
malapetaka. Karena Indonesia merupakan jalur vulakanisme (terangkai melalui
sebuah busur yang terbentang dari Pulau We sampai ke Indonesia bagian timur
(Maluku) dan juga Sulawesi, sampai ke Kepulauan Sangihe dan talaud, maka di
Indonesia terdapat banyak vulkan (gunung api), kurang lebih berjumlah 129
vulkan.
Regionalisasi
wilayah Indonesia berdasarkan kondisi geologisnya secara detail dapat dilihat
kembali pada catatan kuliah Geologi Indonesia.
3.
Region Flora dan Fauna
Region
fauna menurut para ahli berkaitan dengan kondisi geologis. Ada perbedaan yang
nyata, antara dunia binatang dan dunia tumbuhan di berbagai wilayah kepulauan
nusantara. Ada tiga (3) daerah fauna di Indonesia yang
pembagiannya dibatasi oleh garis Wallace, Weber, dan Lydeker.
Orang
pertama yang melakukan regionalisasi flora dan fauna di Indonesia adalah Alfred
Russel Wallace seorang ahli ilmu alam yang selama 8 tahun (1854-1862) melakukan
penjelajahan di kepulauan nusantara. Ia membatasi region berdasarkan tempat
persebarannya, yakni untuk wilayah Landas Kontinen Sunda (wilayah Indonesia
bagian barat) yang dibedakan dari region fauna-flora di sebelah timurya. Sesuai
dengan nama pemberi batasnya, garis tersebut dinamakan Garis Wallace.
Batas region flora-fauna di sebelah timur dibuat oleh Weber, yakni untuk
membedakan flora-fauna yang berada di landas kontinen Sahul dengan flora-fauna
di bagian timurnya. Garis tersebut dinamakan Garis Weber.
Namun
demikian, ternyata di landas kontinen Sahul ini masih terdapat kekhasan lagi,
terutama di Maluku-Halmahera, sehingga diberi batas dengan garis Lydeker. Garis
Lydeker membedakan flora fauna landas Kontinen Sahul dengan region Australis.
Fauna di Indonesia bagian barat dikenal dengan kelompok fauna asiatis. Fauna di
Indonesia bagian tengah merupakan fauna peralihan antara fauna Asiatis dengan
fauna Australis. Fauna di Indonesia bagian timur ditempati oleh fauna
Australis.
4.
Region Budaya
Region
budaya di Indonesia biasanya dibagi berdasar budaya suatu suku/ras yang besar,
misalnya Region Budaya Jawa, Region budaya Sunda, Region Budaya Melayu, dan
lain-lain. Budaya mempunyai cakupan yang luas, sehingga region budaya dapat
dibuat berdasarkan unsure budaya tersebut, misal: unsur bahasa, kesenian, mata
pencaharian, adat-istiadat, makanan khas, bentuk tempat tinggal, dan lain-lain.
5.
Region Aktivitas Penduduk
Aktivitas
utama penduduk suatu wilayah kemungkinan berbeda dengan aktivitas penduduk di
wilayah lainnya. Oleh karena itu aktivitas penduduk yang biasanya diidentikkan
dengan mata pencaharian dapat dijadikan dasar untuk melakukan regionalisasi,
misalnya ada region pertanian, region perdagangan, region nelayan, dan
lain-lain.
6.
Region Iklim
Iklim
adalah unsur geografis yang sangat penting dalam mempengaruhi kehidupan
manusia. Sangat pentingnya kedudukan iklim ini didasarkan atas kenyataan bahwa
manusia tidak dapat menghindarkan diri dari pengruhnya dan tidak dapat pula
manusia mengendalikannya (Sandy, 1996).
Ada
empat sifat dasar iklim di yang ditentukan oleh faktor-faktor letak dan sifat
kepulauan, yakni :
a. Indonesia mempunyai iklim yang panas
(suhu rata-rata tahunan tinggi), karena letaknya di sekitar garis katulistiwa.
b. Kondisi Indonesia yang berupa
kepulauan, yang tentu saja diselingi laut dan selat yang menyelingi pulau-pulau
tersebut menyebabkan perbedaan suhu harian
(amplitudo) antara siang dan malam relative kecil, mengakibatkan pula
kelembaban udara selalu tinggi, bahkan di daerah-daerah yang dianggap kering
seperti di Nusa Tenggara Timur sekalipun kelembaban udara masih sekitar 70-80
%. Dengan demikian, angin yang
berhembus di Indonesia terasa nyaman, tidak kering dan panas sebagaimana di
Negara-negara yang jauh dari laut atau negara-negara arid. Kedaan udara
Indonesia yang selalu lembab/basah inilah maka iklim Indonesia disebut iklim
tropic basah.
c. Letak kepulauan Indonesia yang
berada diantara posisi silang Benua Asia dan Australia, dengan musim yang
berlawanan menyebabkan berhembusnya angin musim di atasnya, serta membawa
pergiliran musim hujan dan musim kemarau di kepulauan Indonesia. Di Indonesia
hanya terdapat dua musim, karena letak Indonesia yang berada diantara garis
lintang yang menjadi tempat peredaran semu matahari (disebut peredaran semu
karena sesungguhnya bukan posisi mataharinya yang berubah, tetapi posisi
buminya yang berubah terhadap
matahari ketika bumi sedang berrevolusi mengitari matahari), dimana posisi
matahari ini mempengaruhi sistem tekanan udara dan penguapan air laut yang
merupakan bagian dari siklus hidrologi (hujan).
d. Indonesia bebas dari angin siklon
dan anti siklon, karena angin
siklon terjadi di daerah lintang ≥100 LU/LS.
Iklim
Matahari Pembagian iklim yang didasarkan pada garis lintang dan atas kedudukan
letak semu matahari terhadap permukaan bumi, dan temperatur. Iklim ini dibagi
menjadi 3, yakni : iklim tropis, iklim sedang, dan iklim kutub.
a. Iklim tropic terletak diantara 23,50 LU/LS, dengan
temperature bulan terdingin lebih besar dari 180 C.
b. Iklim sedang terletak diantara 23,50 LU/LS - 66,50
LU/LS, temperatur bulan terdingin < 100 C.
c. Iklim Kutub, terletak di antara
66,50 C - 900 C.
Berdasarkan
klasifikasi iklim matahari ini Indonesia termasuk beriklim tropic, karena wilayah Indonesia berada di bawah
lintang 33,5 baik di utara maupun di selatan.
D. Fisiografis Wilayah Indonesia
Secara
umum, Indonesia sebagai Negara kepulauan (archipelagic state) fisigrafis
wilayah Indonesia yang terdiri dari 18.210 pulau memiliki kondisi
fisiografis yang sangat kompleks, dari bentuk fisiografis yang sederhana
sampai bentuk yang kompleks. Sebagian wilayah Indonesia berupa laut, yakni
luas wilayah laut 5 juta km², luas daratan sekitar 1,9 juta km² dan
pantai tropical terpanjang di dunia, yakni 81.000 km².
Pembagian
wilayah fisiografis Indonesia secara menyeluruh sulit dilakukan mengingat
masing-masing pulau memiliki kompleksitas penampakan sendiri-sendiri. Oleh
karena itu beberapa ahli geologi acapkali membahas kondisi fisiografis indoenesia
secara umum berdasarkan pulau-puau besar.
1.
Kondisi
Geologis
Sejarah geologis wilayah Indonesia
dalam kajian geografi regional, pembahasan kondisi regional dapat dilakukan
dengan satuan wilayah secara sempit maupun luas misalnya: Vulkanisme dan
kegempaan, Potensi geologis, Pengaruh kondisi geologis terhadap kehidupan
penduduk
2. Kondisi Geomorfologis
a. Pembagian wilayah geomorfologis
b. Pengaruh kondisi geomorfologis
terhadap kehidupan penduduk
3.
Kondisi
Hidrologis
a. Sungai
b. Air tanah
c. Danau, rawa
d. Laut
e. Pengaruh kondisi hidrologis terhadap
kehidupan penduduk
4.
Kondisi
Meteorologis dan Klimatologis
a. Curah hujan
b. Temperatur
c. Angin
d. Kelembaban
e. Pengaruh Kondisi Meteorologis dan
klimatologis terhadap kehidupan penduduk
E. Penduduk
Indonesia
Menurut
para ahli ilmu Geologi , kepulauan Indonesia yang merupakan gugusan yang
terpanjang dan terbesar di dunia. Terbukti bahwa Indonesia rupakan Negara
kesatuan yang masyarakatnya majemuk yang terdiri dari beberapa suku bangsa yang
menyebar dari pulau we sabang (ujung sumatera
utara) sampai merauke (ujung papua) . keanekaragaman suku-bangsa ini tentunya
seperti yang telah disebutkan bahwa Indonesia terletak di Cross position (posisi
silang). Bukan saja suku bangsa atau ras yang beraneka ragam di Indonesia
tetapi juga keanekaragaman kepercayaan (agama) dan bahasa Indonesia menjadi
bahasa persatuan dan bahasa-bahasa daerah yang menjadi identitas kesukuan.
Sebagai
daerah lintasan dan menjadi tempat tujuan setiap orang yang melaluinya bahkan
hal itu sudah terjadi sejak satu juta tahun yang lalu pada zaman prasejarah,
seperti persebaran manusia dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Kelompok ras Austronesia-melanesoid
(papua melanezoid), ada yang menyebar kearah barat dan ada yang menyebar kearah
timur. Mereka yang menyebar kearah timur menduduki wilayah Indonesia bagian
timur : Papua, Pulau Aru da Pulau Kai.
2. Kelompok ras negroid , yang sekarang
menjadi orang semang di semenanjung malaka , orang mikopsi di kepulauan Andaman.
3. Kelompok ras Weddoid, antara lain
sakai di Siak Riau, orang Kudu di Sumatera Selatan , Jambi, orang Tomuna di pulau muna, orang Enggano
dipulau Enggano, dan orang mentawai di kepulauan mentawai.
4. Kelompok ras Melayu Mongoloid, yang
dibedakan menjadi dua golongan yaitu : Ras Proto Melayu (Melayu Tua) antara
lain suku Batak, Toraja dan Dayak. Ras Deutro Melayu (melayu muda) antara lain
suku Bugis, Madura, Jawa, dan Bali.