Bentuk bumi yang selama ini kita liat adalah sebuah model
bumi yang dibikin oleh manusia, kadang ada berbentuk bulat kadang berbentuk
elips. Tapi sebenarnya bukan seperti itu bentuk bumi, bentuknya adalah tidak
beraturan. Dan biar lebih mudah menggambarnya, akhirnya lebih umum menjadi
bulat. Dan bentuk bulat ini di bikin datar oleh peta. Namanya juga peta, kan
gambaran permukaan bumi dalam bidang datar.
Oleh karena permukaan bumi ini tidak rata alias
melengkung-lengkung tidak beraturan, akan tetapi peta membutuhkan suatu
gambaran dalam bidang datar, maka diperlukan pengkonversian dari bidang
lengkung bumi sebenarnya ke bidang datar agar tidak terjadi distorsi permukaan
bumi. Ini dia ukuran bumi dalam angka:
a. Ellipticity: 0.003 352 9
b. Mean radius: 6,372.797 km
c. Equatorial radius: 6,378.137 km
d. Polar radius: 6,356.752 km
e. Aspect Ratio: 0.996 647 1
radius equatornya lebih panjang dari
pada radius kutub
Pernah
mengupas jeruk? Pasti susah bangat meletakkan kulit jeruk menjadi bidang datar,
tetapi kulit jeruk tersambung semua. Begitu juga yang di alami oleh kartografer
ketika memetakan permukaan bumi, mereka harus memindahkan bagian geografis
dengan cara tertentu, menarik dan menggabungkan kembali bagian-bagian tersebut
secara bersamaan agar menjadi peta datar yang nyambung. peta tidak terkecuali
globe mengalami distorsi dari bumi yang sebenarnya. Untuk wilayah yang lebih
kecil, distorsi tidak signifikan karena wilayah yang kecil dalam globe
kelihatan seperti permukaan datar. Untuk wilayah yang lebih luas atau untuk
tujuan yang butuh akurasi yang tinggi, bagaimanapun distorsi merupakan hal yang
sangat penting. Oleh karena itu diperlukan proyeksi peta. Dalam penyusunan peta
diperlukan suatu proyeksi peta yang memberikan hubungan antara titik-titik di
bumi dengan di peta, proyeksi yang dipilih dipersyaratkan memiliki distorsi yang
kecil.
Pada
prinsipnya arti proyeksi peta adalah usaha mengubah bentuk bidang lengkung ke
bentuk bidang datar, dengan persyaratan bentuk yang diubah itu harus tetap,
luas permukaan yang diubah harus tetap dan jarak antara satu titik dengan titik
yang lain di atas permukaan yang diubah harus tetap.
Proyeksi
peta adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menggambarkan sebagian atau
keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran berbentuk bola ke
permukaan datar dua dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin. Dalam proyeksi
peta diupayakan sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik di
muka bumi dan di peta untuk memenuhi semua ketiga persyaratan perubahan dari
bidang lengkung ke bidang datar rasanya tidak mungkin bangat, maka ada kompromi2
dalam menggunakan syarat tersebut, sehingga munculah berbagai macam jenis
proyeksi. Beberapa jenis proyeksi yang umum adalah silinder/tabung (cylindrical), kerucut (conical), bidang datar (zenithal) dan gubahan (arbitrarry).
Jenis
proyeksi yang sering kita jumpai sehari-hari adalah proyeksi gubahan, yaitu
proyeksi yang diperoleh melalui perhitungan. Jenis proyeksi yang sering di
gunakan di indonesia adalah WGS-84 (World
Geodetic System) dan UTM (Universal
Transverse Mercator).
WGS-84 (World Geodetic System) adalah ellipsoid terbaik untuk keseluruhan
geoid. Penyimpangan terbesar antara geoid dengan ellipsoid WGS-84 adalah 60 m
di atas dan 100 m di bawah-nya. Bila ukuran sumbu panjang ellipsoid WGS-84
adalah 6 378 137 m dengan kegepengan 1/298.257, maka rasio penyimpangan
terbesar ini adalah 1 / 100 000. Indonesia, seperti halnya negara lainnya,
menggunakan ukuran ellipsoid ini untuk pengukuran dan pemetaan di Indonesia.
WGS-84 “diatur, diimpitkan” sedemikian rupa diperoleh penyimpangan terkecil di
kawasan Nusantara RI. Titik impit WGS-84 dengan geoid di Indonesia dikenal
sebagai datum Padang (datum geodesi relatif) yang digunakan sebagai titik
reference dalam pemetaan nasional. Sebelumnya juga dikenal datum Genuk di
daerah sekitar Semarang untuk pemetaan yang dibuat Belanda. Menggunakan ER yang
sama - WGS 84, sejak 1995 pemetaan nasional di Indonesia menggunakan datum
geodesi absolut. DGN-95. Dalam sistem datum absolut ini, pusat ER berimpit
dengan pusat masa bumi.
Proyeksi
UTM merupakan proyeksi Peta yang banyak di pilih dan di gunakan dalam kegiatan
pemetaan di Indonesia karena di nilai memenuhi syarat2 ideal yang sesuai dengan
bentuk, letak dan luas Indonesia. Spesifikasi UTM antara lain adalah (1)
menggunakan bidang silender yang memotong bola bumi pada dua meridian standart
yang mempunyai faktor skala k=1, (2) Lebar zone 6° dihitung dari 180° BB dengan
nomor zone 1 hingga ke 180° BT dengan nomor zone 60. Tiap zone mempunyai
meridian tengah sendiri, (3) setiap zone memiliki meridian tengah sendiri dengan
faktor perbesaran = 0.9996, (4) Batas paralel tepi atas dan tepi bawah adalah
84° LU dan 80° LS dan (5) proyeksinya bersifat konform. Menurut Frans
(iagi.net) UTM menggunakan silinder yg membungkus ellipsoid dengan kedudukan
sumbu silindernya tegak lurus sumbu tegak ellipsoid (sumbu perputaran bumi),
sehingga garis singgung ellipsoid dan silinder merupakan garis yg berhimpit
dengan garis bujur pada ellipsoid. Akibatnya, titik2 pada garis tersebut
terletak pada kedua bidang, sehingga posisinya walaupun dipindahkan
(diproyeksikan), dari ellipsoid ke silinder, tidak akan mengalami perubahan
(distorsi).
Lihat pula:
Faktor Penyebab Banjir (1) Faktor Penyebab Banjir (2): Perubahan Lingkungan Pemanasan Global (catatan mengenai sebabnya) Pemanasan Global (catatan mengenai akibatnya) Cuaca dan Iklim Klimatologi untuk Pertanian Perubahan Iklim di Bali Susahnya Memprediksi Hujan El Nino dan La Nina Klasifikasi Iklim Perlukan Informasi Peringatan Dini Kebencanaan??? Aplikasi GIS untuk Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson HUJAN La Nina kah Penyebab Banjir Dimusim Kemarau?
Bencana Cuaca Info El Nino dan La Nina terkini Identifikasi Hubungan Fluktuasi Nilai SOI Terhadap Curah Hujan Bulanan Di Kawasan Batukaru-Bedugul, Bali Perubahan Iklim; Tinjauan Pustaka PENYEBAB VARIABILITAS HUJAN DI INDONESIA Hubungan Efek Rumah Kaca, Pemanasan Global dan Perubahan Iklim EROSI DAN PERUBAHAN IKLIM PERTUKARAN CO2 ANTARA ATMOSFER DAN LAUT: Pendahuluan EVALUASI ZONA AGROKLIMAT KLASIFIKASI SCHIMIDT-FERGUSON DI PULAU LOMBOK