1.
Warna Tanah
Warna tanah merupakan salah satu sifat yang mudah
dilihat dan menunjukkan sifat dari tanah tersebut. Warna tanah merupakan
campuran komponen lain yang terjadi karena mempengaruhi berbagai faktor atau
persenyawaan tunggal. Urutan warna tanah adalah hitam, coklat, karat, abu-abu,
kuning dan putih (Syarief, 1979).
Warna tanah dengan akurat dapat diukur dengan tiga
sifat-sifat prinsip warnanya. Dalam menentukan warna cahaya dapat juga
menggunakan Munsell Soil Colour Chart
sebagai pembeda warna tersebut. Penentuan ini meliputi penentuan warna dasar
atau matrik, warna karatan atau kohesi dan humus. Warna tanah penting untuk
diketahui karena berhubungan dengan kandungan bahan organik yang terdapat di
dalam tanah tersebut, iklim, drainase tanah dan juga mineralogi tanah (Thompson
dan Troen, 1978).
Mineral-mineral yang terdapat dalam jumlah tertentu
dalam tanah kebanyakan berwarna agak terang (light). Sebagai akibatnya,
tanah-tanah itu berwarna agak kelabu terang, jika terdiri dari mineral-mineral
serupa itu yang sedikit mengalami perubahan kimiawi.
Warna gelap pada tanah umumnya disebabkan oleh
kandungan tinggi dari bahan organik yang terdekomposisi, jadi, dengan cara
praktis persentase bahan organik di dalam tanah diestimasi berdasarkan
warnanya. Bahan organik di dalam tanah akan mengahsilkan warna kelabu gelap,
coklat gelap, kecuali terdapat pengaruh mineral seperti besi oksida ataupun
akumulasi garam-garam sehingga sering terjadi modifikasi dari warna-warna di
atas.
2.
Tekstur
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif dalam persen
(%) antara fraksi-fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur erat hubungannya dengan
plastisitas, permeabilitas, keras dan kemudahan, kesuburan dan produktivitas
tanah pada daerah geografis tertentu (Hakim et al, 1986).
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif berbagai
golongan besar, partikel tanah dalam suatu massa tanah terutama perbandingan
relatif suatu fraksi liat, debu dan pasir. Tekstur dapat menentukan tata air
dalam tanah berupa akecepatanm infiltrasinya, penetrasi setta kemampuan
mengikat air (Kartosapoetra, 1988).
Jika beberapa contoh tanah ditetapkan atau dianalisa
di laboratorium, maka hasilnya selalu memperlihatkan bahwa tanah itu mengandung
partikel-partikel yang beraneka ragam ukurannya, ada yang berukuran koloi,
sangat halus, halus, kasar dan sangat kasar.
Partikel-partikel ini telah dibagi ke dalam grup atau
kelompok-kelompok atas dasar ukuran diameternya, tanpa memandang komposisi
kimianya, warna, berat atau sifat lainnya. Kelompok partikel ini pula disebut
dengan “separate tanah”. Analisa partikel laboratorium dimana partikel-partikel
tanah itu dipisahkan disebut analisa mekanis. Dalam analisa ini ditetapkan
distribusi menurut ukuran-ukuran partikel tanah (Hakim et al, 1986).
Tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap kemampuan
daya serap air, ketersediaan air di dalama tanah, besar aerasi, infiltrasi dan
laju pergerakan air (perkolasi). Dengan demikian maka secara tidak langsung
tekstur tanah juga dapat mempengaruhi perkembangan perakaran dan pertumbuhan
tanaman serta efisien dalam pemupukan. Tekstur dapat ditentukan dengan metode,
yaitu dengan metode pipet dan metode hydrometer, kedua metode tersebut
ditentukan berdasarkan perbedaan kecepatan air partikel di dalam air (Hakim et
al, 1986).
3.
Struktur
Struktur tanah digunakan untuk menunjukkan ukuran
partikel-partikel tanah seperti pasir , debu dan liat yang membentuk agregat
satu dengan yang lainnya yang dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah.
Agregat yang terbentuk secara alami disebut dengan ped. Struktur yang daapat
memodifikasi pengaruh terkstur dalam hubungannya dengan kelembaban porositas,
tersedia unsur hara, kegiatan jasad hidup dan pengaruh permukaan akar. Tipe
struktur terdapat empat bentuk utamanya yaitu :
a.
Bentuk lempung
b. Bentuk prisma
c. Bentuk
gumpal
d. Bentuk
spheroidel atau bulat
Keempat bentuk utama di atas akhirnya menghasilkan
tujuh tipe struktur tanah. Suatu pengertian tentang sebab-sebab perkembangan
struktur di dalam tanah perlu diperhatikan, karena sturktur tanah sangat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan dapat berubah karena pengelolaan tanah.
Struktur dapat berkembang dari butir-butir tunggal
ataupun kondisi massive. Dalam rangka menghasilkan agregat-agregat dimana harus
terdapat beberapa mekanisme dalam mana partikel-partikel tanah mengelompok
bersama-sama menjadi cluster. Pembentukan ini kadang-kadang sampai ke tahap
perkembangan struktural yang mantap.
Struktur tanah dapat memodifikasi pengaruh tekstur
dalam hubungannya dalam kelembaban, porositas, tersedianya unsur hara, kegiatan
jasad hidup dan pertumbuhan akar. Struktur lapisan olah dipengaruhi oleh
praktis dan di mana aerasi dan drainase membatasi pertumbuhan tanaman, sistem
pertanaman yang mampu menjaga kemantapan agregat tanah akan memberikan hasil yang
tinggi bagi produksi pertanian (Hakim et al., 1986).
4.
Kadar Air
Menurut Hakim et al (1986), metode umum yang biasa
dipakai untuk menentukan jumlah air yang dikandung oleh tanah adalah persentase
terhadap tanah kering. Bobot tanah yang lembab dalam hal ini dipakai karena
kedaaan lembab sering bergejolak dengan keadaan air.
Kadar dan ketersediaan air tanah sebenarnya pada
setiap koefisien umum bervariasi terutama tergantung pada tekstur tanah, kadar
bahan organik tanah, senyawa kimiawi dan kedalaman solum/lapisan tanah. Di
samping itu, faktor iklim dan tanaman juga menentukan kadar dan ketersediaan
air tanah. Faktor iklim juga berpengaruh meliputi curah hujan, temperatur dan
kecepatan yang pada prinsipnya terkait dengan suplai air dan evapotranirasi. Faktor
tanaman yang berpengaruh meliputi bentuk dan kedalaman perakaran, toleransi
terhadap kekeringan serta tingkat dan stadia pertumbuhan, yang pada prinsipnya
terkait dengan kebutuhan air tanaman (Hanafiah, 2005).
5.
BULK DENSITY (KERAPATAN ISI)
Kerapatan isi adalah berat per satuan volume tanah
kering oven, biasanya ditetapkan dalam g/cc (Hakim et al, 1986). Menurut
Hardjowigeno (1987), bulk density dapat digunakan untuk menghitung ruang pori
total dengan dasar bahwa kerapatan zarah tanah adalah 2,65 g/cc. Metode
penentuan bulk density yang paling sering digunakan adalah dengan ring sampel
atau metode clod gumpalan tanah yang dicelupkan ke dalam cairan plastik yang
kemudian ditimbang dan di dalam air untuk mengetahui berat dan volume dari clod
gumpalan isi. Ditambahkan oleh Hanafiah (2005), bahwa nilai kerapatan massa
tanah berbanding lurus dengan tingkat kekasaran partikel-partikel tanah, makin
kasar akan makin berat.
6.
RUANG PORI TOTAL
Ruang pori total adalah volume dari tanah yang
ditempati oleh udara dan air. Persentase volume ruang pori total disebut
porositas. Untuk menentukan porositas, contoh tanah ditempatkan pada tempat
berisi air sehingga jenuh dan kemudian cores ini ditimbang. Perbedaan berat
antara keadaan jenuh air dan core yang kering oven merupakan volume ruang pori.
Untuk 400 cm3 cores yang berisi 200 gr (200 cm3) air pada
kondisi jenuh porositas tanahnya akan mencapai 50% (Foth, 1988).
Tanah dengan tekstur halus mempunyai kisaran ukuran
dan bentuk partikelnya yang luas. Hal ini telah ditekankan bahwa tanah
permukaan yang berpasir mempunyai porositras kecil daripada tanah liat. Berarti
bahwa tanah pasir mempunyai volume yang lebih sedikit ditempati oleh ruang
pori. Ruang pori total pada tanah pasir mungkin rendah tetapi mempunyai proporsi
yang besar yang disusun daripada komposisi pori-pori yang besar yang sangat
efisien dalam pergerakan udara dan airnya. Persentase volume yang dapat terisi
oleh pori-pori kecil pada tanah pasir rendah yang menyebabkan kapasitas menahan
airnya rendah. Sebaliknya tanah-tanah permukaan dengan tekstur halus memiliki
ruang pori total lebih banyak dan proporsinya relatif besar yang disusun oleh
pori kecil. Akibatnya adalah atanah mempunyai kapasitas menahan air yang
tinggi.
7.
Infiltrasi
Infiltrasi dari segi hidrologi penting, karena hal ini
menandai peralihan dari air permukaan yang bergerak cepat ke air tanah yang
bergerak lambat dan air tanah. Kapasitas infiltrasi suatu tanah dipengaruhi
oleh sifat-sifat fisiknya dan derajat kemampatannya, kandungan air dan
permebilitas lapisan bawah permukaan, nisbi air, dan iklim mikro tanah. Air
yang berinfiltrasi pada sutu tanah hutan karena pengaruh gravitasi dan daya
tarik kapiler atau disebabkan juga oleh tekanan dari pukulan air hujan pada
permukaan tanah.
Infiltrasi adalah proses masuknya air dari permukaan
ke dalam tanah. Perkolasi adalah gerakan aliran air di dalam tanah (dari zone
of aeration ke zone of saturation). Infiltrasi berpengaruh terhadap saat mulai
terjadinya aliran permukaan dan juga berpengaruh terhadap laju aliran permukaan
(run off). Beberapa faktor internal
dan eksternal yang mempengaruhi laju infiltrasi adalah :
a. Dalamnya
genangan di atas permukaan tanah dan tebal lapisan yang jenuh.
b. Kelembaban
tanah
c. Pemampatan
tanah oleh curah hujan
d. Penyumbatan
oleh bahan yang halus (bahan endapan)
e. Pemampatan
oleh orang dan hewan
f. Struktur
tanah
g. Tumbuh-tumbuhan
h. Udara yang
terdapat dalam tanah
i. Topografi
j. Intensitas
hujan
k. Kekasaran
permukaan
l. Mutu air
m. Suhu udara
n. Adanya kerak
di permukaan.
8.
Permeabilitas
Semua jenis tanah bersifat lolos air (permeable)
dimana air bebas mengalir melalui ruang-ruang kosong (pori-pori) yang ada di
antara butiran-butiran tanah. Tekanan pori diukur relatif terhadap tekanan
atmosfer dan permukaan lapisan tanah yang tekanannya sama dengan tekanan
atmosfer dinamakan muka air tanah atau permukaan freasik, di bawah muka air
tanah. Tanah diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak demikian karena ada
rongga-rongga udara.
Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam
meloloskan air. Struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya ikut ambil
bagian dalam menaikkan laju permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas
tinggi menaikkan laju infiltrasi dan dengan demikian, menurunkan laju air
larian. Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori
yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur
tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran
pori dan makin rendah koefisien permeabilitasnya.
Menurut Susanto dan Purnomo (1996), pada kebanyakan
tanah, pada kenyataan konduktivitas hidroulik tidak selamanya tetap. Karena
berbagai proses kimia, fisika dan biologi, konduktivitas hidroulik bisa berubah
saat air masuk dan mengalir ke dalam tanah. Perubahan yang terjadi pada
komposisi ion kompleks yang dapat dipertukarkanseperti saat air memasuki tanah
mempunyai komposisi atau konsentrasi zat terlarut yang berbeda dengan larutan
awal, bisa sangat merubah konduktivitas hidroulik. Secara umum konduktivitas
akan berkurang bila konsentrasi zat terlarut elektrolit berkurang, disebabkan
oleh penomena pengembangan dan dispersi yang juga dipengaruhu oleh jeni-jenis
kation yang ada pelepasan dan perpindahan partikel-partikel lempung, selama
aliran yang lam, bisa menghasilkan penyumbatan pori. Interaksi zat terlarut dan
matrik tanah dan pengaruhnya terhadap konduktivitas hidroulik khususnya penting
pada tanah-tanah masam dan berkadar natrium tinggi.
9.
Stabilitas Agregat
Kemantapan
agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah
melawan pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan air.
Kemantapan tergantung padaketahanan jonjot tanah melawan daya dispersi air dan
kekuatan sementasi atau pengikatan, Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kemantapan agregat antara lain
bahan-bahan penyemen agregat tanah,
bentuk dan ukuran agregat, serta tingkat agregasi Stabilitas agregat yang
terbentuk tergantung pada keutuhan tanag permukaan agregat pada saat rehidrasi
dan kekuatan ikatan antarkoloid-partikel di dalam agregat pada saat basah.
Pentingnya peran lendir (gum) microbial sebagai agen pengikat adalah menjamin
kelangsungan aktivitas mikroba dalam proses pembentukan ped dan agregasi.