Kamis, 24 Oktober 2013

Teknik Analisis Wilayah dalam Tata Ruang Kawasan



Proses penyusunan Tata Ruang Kawasan meliputi beberapa tahap analisis, yaitu: (1) Penentuan arah pengembangan; (2) Analisis potensi dan masalah, yang meliputi 3 (tiga) kegiatan: (i) Analisis sosialekonomi, (ii) Analisis struktur tata ruang kawasan, dan (iii) Analisis pola pemanfaatan ruang; serta (3) Identifikasi serta pentahapan pelaksanaan program. Setiap pentahapan tersebut memiliki maksud dan tujuan yang khusus, dimana untuk mencapainya masih memerlukan bantuan perangkat dan/atau metode analisis yang lebih spesifik (Anonimus, 1990).

A.  Metode Penentuan Arah Pengembangan
Arah pengembangan merupakan hasil kompilasi tujuan dan sasaran jangka menengah pembangunan daerah/kawasan yang dijabarkan dalam bentuk yang lebih operasional. Tujuan dan sasaran yang dimaksudkan ini dapat diperoleh dari pola dasar daerah/kawasan yang bersangkutan dan/atau dokumen lain terkait. Arah pengembangan pada level Rencana Teknik Tata Ruang harus dijabarkan dalam bentuk teknis dan didasarkan pada perbandingan terhadap standar teknik sektoral yang sudah ada dan diakui. Untuk memudahkan analisa, arah pengembangan dijabarkan ke dalam 3 (tiga) unsur, yang meliputi: fisik, sosial, dan ekonomi. Penjelasan singkat masing-masing unsur tersebut adalah sebagai berikut.
Arah pengembangan fisik dijabarkan dalam indikator yang terkait dengan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup, antara lain berupa target lindung atau konservasi, perbaikan lahan kritis dan sumberdaya keairan, relokasi penduduk yang bermukim di sekitar hutan lindung, target penghijauan dan reboisasi, dan sebagainya. Arah pengembangan sosial menjabarkan target dan sasaran pembangunan di bidang sosial kemasyarakatan, yaitu yang terkait dengan usaha-usaha untuk mempersiapkan manusia dalam proses pembangunan nasional (human development). Tujuan pembangunan di bidang sosial tersebut dapat dibedakan menjadi:
1.  Usaha untuk meningkatkan kehidupan manusia, dengan indicator antara lain Indeks Harapan Hidup (life expectancy) yang dapat dijabarkan dalam beberapa indikator seperti: tingkat pelayanan kesehatan (jumlah puskesmas, rumah sakit, dan apotik), tingkat konsumsi protein, dan sebagainya;
2.    Usaha untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat, dengan indikator seperti: jumlah dan penyebaran berbagai fasilitas pendidikan; dan
3. Usaha untuk meningkatkan kehidupan masyarakat, yang amat tergantung pada kemampuan masyarakat untuk mengelola sumberdaya dalam rangka menciptakan nilai tambah (added value). Indikator yang bisa dipakai antara lain: kemampuan dalam pengelolaan lahan, kemampuan dalam akses informasi, pelayanan kredit, serta fasilitas pelayanan lain yang diperlukan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan masyarakat.

Sedangkan arah pengembangan ekonomi menetapkan tujuan dan/atau sasaran pembangunan di bidang ekonomi, yang setidaknya menjabarkan:
a. Pertumbuhan ekonomi, yang dapat diukur dengan laju kenaikan Produk Domestik Bruto/PDB, yang diukur menurut sub sektor; dan
b. Pergeseran struktur ekonomi, yaitu pergeseran struktur dari sector pertanian (primery sector) ke sektor industri dan jasa (secondary sector), dengan indikator kontribusi sektor pertanian kepada PDB dibandingkan dengan kontribusi sektor industri dan jasa, perbandingan jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian dengan di sektor industri dan jasa, perbandingan jumlah penduduk kota dan desa, dan sebagainya.

B.  Metode Analisis Sosial dan Ekonomi
Analisis sosial dan ekonomi bertujuan untuk menemukenali potensi dan masalah sosial-ekonomi kawasan terencanakan. Untuk maksud tersebut, metode analisa sumberdaya wilayah/kawasan (regional resource analysis) merupakan alternatif yang baik digunakan untuk menggambarkan potensi dan masalah kawasan tersebut. Masalah sosial terkait erat dengan aspek kependudukan (demography), oleh karenanya proses analisa pada tahap ini dilengkapi dengan analisa tentang pola pertumbuhan dan penyebaran penduduk, dikaitkan dengan proyeksi pertumbuhan dan pergeseran struktur perekonomian kawasan terencanakan, yang meliputi:
1.    Analisa Sumberdaya Wilayah, digunakan untuk memberikan gambaran tentang profil sosial (seperti sistem kelembagaan, tingkat buta aksara, kurang kalori/protein, penyediaan air bersih), ekonomi (seperti tingkat pendapatan, pemilikan ternak, produksi padi), kependudukan (seperti tingkat fertilitas dan mortalitas), dan kondisi fisik wilayah (seperti jalan, fasilitas pelayanan dan kondisi rumah). Agar memudahkan analisa data sumberdaya wilayah dikelompokkan menurut pendekatan yang dianut, seperti: kawasan sebagai suatu sistem produksi pertanian, sebagai core-peryphery area, sebagai daerah ekonomi dan perdagangan, atau sebagai sistem permukiman, sumberdaya dan produksi terpadu. Data yang telah dikumpulkan berdasarkan salah satu pendekatan yang sesuai, dianalisa lebih lanjut dengan metode analisa: statistic deskriptif; skala dan ranking; tingkat distribusi, spesialisasi, konsentrasi, dan asosiasi; dan indeks tingkat perkembangan kawasan, yang dilakukan secara inter dan intra kawasan terencanakan;
2.    Analisis kependudukan, yang meliputi analisa-analisa berikut:
a.    Analisa bunga berganda. Metode analisa ini menggunakan patokan pertumbuhan rata-rata pada kurun 5 - 10 tahun lalu, selanjutnya pertumbuhan penduduk diproyeksikan dengan menggunakan dasar bunga berganda/bunga majemuk dengan angka pertumbuhan yang sama setiap tahun;
b. Analisa kecenderungan (trend analysis) dengan regresi. Metode analisa ini didasarkan pada data pola pertumbuhan penduduk pada 5 - 10 tahun lalu yang didekati dengan salah satu pola regresi (linier, logaritma, eksponensial, atau regresi berpangkat);
c. Analisa cohort. Metode analisa ini menggunakan data penduduk yang dirinci menurut kelompok umur dan jenis kelamin. Hasil proyeksi akan memperlihatkan pertumbuhan pada setiap kelompok umur dan jenis kelamin, dan hasilnya dapat digunakan untuk memprediksikan kebutuhan berbagai fasilitas pelayanan dan kebutuhan penyediaan lapangan kerja. Ketersediaan fasilitas pelayanan sosial dan ekonomi, apabila dikaitkan dengan perkembangan jumlah penduduk dapat dijadikan indikator arah pengembangan sosial. Karena dengan membandingkan kebutuhan baku minimal dari setiap jenis fasilitas pelayanan tersebut, dapat ditentukan tingkat pelayanan yang tersedia dan/atau diinginkan (tinggi, sedang, dan/atau rendah);
3. Analisa ekonomi, jenis metode analisa disesuaikan dengan kebutuhan. Misalkan untuk melihat pertumbuhan ekonomi kawasan dapat dipergunakan metode analisa PDRB secara runtut waktu (time series) selama 5 tahun terakhir, untuk menggambarkan struktur ekonomi dan penentuan sektor strategis dapat dipergunakan model Input-Output (I-O) atau untuk skala regional dengan metode Shift-Share Analysis (SSA), untuk mengetahui alokasi investasi dengan pendapatan yang dihasilkan dapat didekati dengan analisa Incremental Capital Output Ratio (ICOR), sedangkan untuk mengukur spesialisasi relatif pada sektor/kegiatan tertentu di kawasan terencanakan dapat didekati dengan analisa Location Quotient (LQ).

C.  Metode analisis pola pemanfaatan ruang
Analisis pola pemanfaatan ruang meliputi di dalamnya evaluasi dan penilaian kesesuaian pemanfaatan ruang berdasarkan aspek fisik, ekonomi, dan teknologi. Penjelasan singkatnya adalah sebagai berikut.
1. Kesesuaian fisik, berhubungan dengan karakteristik fisik lahan yang diharapkan sejalan dengan tuntutan aktivitas yang akan diletakkan pada lahan tersebut. Macam metode analisis yang dipilih harus sesuai dengan rencana peruntukan pada lahan di kawasan terencanakan, misalnya untuk kawasan budidaya pertanian maka dapat dipilih metode analisa evaluasi Kemampuan Lahan (land capability) dan Kesesuaian Lahan (land suitability), dan/atau untuk kawasan industri harus termasuk pula kemampuan untuk menyediakan air baku yang dapat didekati dengan analisa Imbangan/Neraca Air (water balance analysis);
2. Kesesuaian ekonomi, dapat diukur dengan menganalisa keunggulan berbanding (comparative advantage) yang dimiliki kawasan terencanakan untuk mengembangkan suatu komoditas atau kegiatan ekonomi tertentu. Salah satu metode analisa yang baik untuk maksud tersebut adalah metode Biaya Sumberdaya Domestik/BSD (Domestic Resource Cost/DRC); dan
3.    Kesesuaian teknologi. Terdapat kemungkinan pengembangan suatu komoditas pada kawasan terencanakan memiliki tingkat prioritas yang tinggi dilihat dari sudut kesesuian fisik dan ekonomi, tetapi hal ini belum mencerminkan bahwa komoditas tersebut layak dikembangkan di kawasan tersebut. Oleh karena itu sebelum merekomendasikan terlebih dahulu diperlukan analisa tingkat kesesuaian teknologi dari pengembangan komoditas dan/atau kegiatan ekonomi tersebut.

D. Metode Analisis Struktur Tata Ruang
Analisis struktur tata ruang bertujuan untuk menemukenali permasalahan pengembangan wilayah/kawasan yang memiliki dimensi ruang (space). Analisis diarahkan sedemikian rupa sehingga mampu memberi gambaran secara menyeluruh tentang keadaan (termasuk jenjang peringkat/hierarki) pusat-pusat pelayanan yang ada pada kawasan terencanakan, jangkauan pelayanannya, serta hubungan/ interaksi antar pusat-pusat pelayanan tersebut. Terdapat beberapa metode analisa yang dapat diterapkan sesuai dengan tujuannya, misalkan: untuk menemukenali daerah/lokasi strategis dapat didekati dengan analisa sistem hubungan (linkages analysis), untuk menentukan daerah/pusat permukiman yang kurang terlayani didekati dengan analisa pola permukiman (settlement analysis), untuk menemukenali daerah terisolasi dapat digunakan analisa aksesibilitas (accessibility analysis), dan/atau untuk menggabungkan/mensintesis hasil-hasil analisa tersebut dapat digunakan analisa planimetris. Sedangkan untuk keperluan optimasi tata ruang dapat didekati dengan salah satu metode analisis pemrograman linier (linear programming).

E.   Identifikasi dan Tahapan Pelaksanaan Pembangunan
Penyusunan tahapan pelaksanaan program merupakan tahap akhir dari proses penyusunan rencana tata ruang kawasan/daerah. Untuk maksud tersebut diperlukan beberapa langkah, meliputi: (a) Menemukenali potensi dan masalah yang ada di kawasan terencanakan, (b) Menerjemahkan potensi dan masalah tersebut menjadi programprogram indikatif, dan (c) Menyusun program indikatif yang berhasil ditemukenali manjadi suatu daftar urutan prioritas yang akan menjadi dasar bagi penyusunan tahapan pelaksanaan program. Metode yang digunakan pada masing-masing tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
1.    Metode identifikasi potensi dan masalah
Cukup sulit untuk memilih metode identifikasi potensi dan masalah yang handal dan sesuai, dikarenakan masing-masing metode punya keunggulan dan kelemahan. Kevalitan hasil identifikasi lebih banyak dipengaruhi oleh keahlian dan pengalaman dari seorang perencana (planner) sendiri. Salah satu metode identifikasi yang sering dipilih dalam kegiatan ini adalah analisis pohon masalah (tree problem analysis).
Untuk memudahkan proses identifikasi, potensi kawasan terencanakan dapat dikelompokkan menjadi: potensi sumberdaya alam, potensi sumberdaya manusia, dan potensi ruang. Sedangkan masalah yang dihadapi kawasan terencanakan dapat dibedakan ke dalam topik bahasan seperti: kemiskinan, penggangguran, keterisolasian, lingkungan permukiman, kebodohan dan kesehatan dasar, atau disesuaikan dengan isu-isu pokok pengembangan kawasan tersebut.
2.    Metode identifikasi program
Berlandaskan pada strategi pembangunan yang berupa upaya pendaya-gunaan dan pengelolaan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia seoptimal mungkin, maka hasil identifikasi masalah dan potensi yang telah dilakukan sebelumnya dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan program-program indikatif, untuk pendayagunaan potensi tersebut serta untuk penanggulangan masalah-masalah yang ditemui pada kawasan terencanakan.
Pendekatan yang dapat dipakai adalah bahwa potensi kawasan bisa melahirkan kesempatan, dan sebaliknya masalah yang ditemui dapat dilihat pula sebagai ancaman. Oleh karena itu dengan menganalogikan potensi dan masalah yang ditemukenali pada tahap analisis sebelumnya sebagai kesempatan dan ancaman, maka metode SWOTH dapat digunakan untuk mengidentifikasi program-program indikatif.
Metode SWOTH bertumpu pada evaluasi faktor-faktor Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Oportunities (kesempatan), dan Threathening (ancaman) yang dimiliki oleh kawasan terencanakan. Dengan mengetahui kesempatan dan ancaman yang potensial terjadi, maka dihubungkan dengan arah pengembangan yang telah ditetapkan sebelumnya, dapat ditemukenali programprogram indikatif dimaksud, yaitu berupa upaya-upaya untuk mendayagunakan kesempatan (= potensi sumberdaya) dan/ atau menanggulangi ancaman (= masalah-masalah) yang ditemui, dengan tetap memperhatikan kekuatan dan kelemahan yang ada pada wilayah terencanakan.
3.    Metode penentuan urutan prioritas pelaksanaan program
Program-program yang sudah berhasil ditemukenali diurutkan berdasarkan peran program terhadap tujuan pembangunan kawasan ke depan, dengan mempertimbangkan pula: kemampuan daerah untuk membiayai, kemampuan/daya serap daerah untuk melaksanakan pekerjaan/program tersebut, serta karakteristik program itu sendiri yang biasanya bersifat sekuensial (suatu program biasanya harus didahului atau diikuti oleh program lainnya). Metode yang dapat diterapkan untuk maksud tersebut adalah Goals Objectives Achievment Matrices (GOAM). Metode GOAM merupakan kelanjutan metode pembobotan klasik. Metode ini cocok diterapkan pada perencanaan pembangunan wilayah yang bersifat multi objectives planning dan terkadang tidak sejalan.
Dengan penerapan metode analisa ini, benturan antar tujuan pembangunan dapat dikawinkan sedemikian rupa sehingga tidak mengorbankan salah satu diantara tujuan-tujuan pembangunan yang tidak sejalan tersebut.


Sumber: Perencanaan Pengembangan Wilayah (Aziz Budianta, dkk., 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar