Untuk memantapkan metode
perencanaan yang diterapkan oleh
seorang perencana wilayah (regional planner) dalam proses penyusunan rencana,
biasanya diterapkan berbagai teknik analisis pendukung. Oleh karena
itu seorang perencana wilayah harus melengkapi dirinya dengan berbagai
pengetahuan pendukung terkait teknik analisis wilayah. Beberapa
teknik analisis yang harus dimiliki seorang perencana wilayah diantaranya
(Tarigan, R., 2009):
1. Teori lokasi, yang membahas berbagai prinsip
yang terkait dengan lokasi, utamanya pengaruh jarak terhadap tingkah laku
manusia. Intinya adalah penerapan prinsip-prinsip ekonomi yang terkait dengan
jarak dan ruang, pengetahuan bidang potensi lahan, kesesuaian lahan/kemampuan
lahan (daya dukung lahan);
2. Dasar-dasar ekonomi pembangunan dan ekonomi
regional sebagai suatu pengetahuan akan prinsip-prinsip yang digunakan manusia untuk
berusaha memenuhi kebutuhannya yang terkait dengan ruang. Hal ini dapat dipergunakan
sebagai petunjuk untuk membuat pilihan yang tepat mempercepat laju pertumbuhan
ekonomi wilayah. Hal-hal yang perlu dikuasai antara lain pengetahuan tentang kebijakan-kebijakan
umum pembangunan ekonomi, nilai tambah (added
value), akuntansi regional, dan
berbagai teori tentang pertumbuhan ekonomi regional, yang sebagian diambil dari
teori ekonomi pembangunan tetapi telah dimodifikasi untuk menganalisis ekonomi
wilayah seperti: teori ekonomi klasik, teori Harrod-Domar, teori neoklasik,
teori basis ekonomi, model ekonomi interregional, dan analisis input-output
regional;
3. Berbagai teknik analisis untuk mengetahui
potensi dan struktur ekonomi wilayah menyangkut topik seperti: Location Quotients (LQ), analisis shift-share,
berbagai teknik pengukuran indeks aksesibilitas (accessibility index) dan indeks sentralitas (centrality index), serta teknik perhitungan dan proyeksi
perekonomian regional (PDRB);
4. Berbagai metode perencanaan wilayah, baik yang
sudah dibakukan atau yang lazim digunakan ataupun hasil inovasi sepanjang dapat
memberikan hasil yang terbaik dan dapat diterima oleh masyarakat;
5. Berbagai alat analisis atau tools dalam
perencanaan wilayah menyangkut topik seperti: proyeksi penduduk, model
gravitasi, pemrograman linier (linear
programming), analisis
statistik, decision theory, berbagai metode pembobotan/skala prioritas,
dan berbagai metode kuantitatif lainnya;
6. Berbagai pengetahuan pendukung di bidang ekonomi
seperti teori investasi publik, analisis biaya manfaat, evaluasi proyek, dan evaluasi
program;
7. Pengetahuan tentang keuangan daerah termasuk
sumber-sumber dan metode pembiayaan pembangunan di daerah;
8. Pengetahuan tentang kelembagaan daerah, yaitu
lembaga mana yang berwenang dan bertanggung jawab untuk masing-masing jenis kegiatan
di daerah;
9. Pengetahuan tentang karakteristik dan sikap
sosial masyarakat terhadap berbagai kegiatan pembangunan;
10. Topik-topik khusus seperti: tata ruang/tata guna
lahan/tanah, perencanaan permukiman, perencanaan transportasi, analisis lingkungan
hidup, dan lainnya yang biasanya dijadikan bidang profesi.
Pengetahuan/keahlian
yang dikemukakan tersebut tidaklah kaku, artinya bisa saja berubah sesuai
dengan kondisi setempat dan perkembangan waktu. Topik-topik yang dikemukakan
tersebut tidak pula berarti harus dikuasai seluruhnya oleh seorang perencana
wilayah, karena banyak topik yang sebenarnya merupakan bagian dari disiplin ilmu
laen dan berdiri sebagai materi mata kuliah yang berdiri sendiri atau sebagai
mata kuliah pilihan, sehingga pada kenyataannya kerjasama diantara berbagai
keahlian dalam sebuah tim kerja (team
works) dalam rangka perencanaan
wilayah tetap dibutuhkan (Tarigan, R., 2009).
Sumber: Perencanaan Pengembangan Wilayah (Aziz
Budianta, dkk., 2011)