Home » » Terbentuknya Pulau Sulawesi

Terbentuknya Pulau Sulawesi

Written By Tasrif Landoala on Senin, 08 Juli 2013 | 08.46


Pada dasarnya, tanah merupakan suatu lapisan yang berada di permukaan bumi, berbentuk padat (tetapi bukan batuan), dengan penyebaran secara horizontal dan vertikal yang berbeda untuk satu daerah dengan daerah yang lainnya. Tanah sangat mendukung berbagai aktivitas kehidupan manusia dan organisme lainnya. dan dapat dikatakan, tanpa adanya tanah, hampir setiap jenis aktivitas kehidupan manusia akan terganggu.
Pengertian tanah bukanlah hal yang baku. Definisi tanah akan berbeda antar satu manusia dengan yang lainnya tergantung oleh profesi dan sejauh mana hubungan manusia tersebut dengan tanah. Bagi seorang ahli ilmu tanah, tanah adalah suatu lapisan bahan alami yang terbentuk akibat adanya pengaruh-pengaruh seperti iklim, organisme, batuan induk, topografi, dan waktu. Adanya perbedaan setiap faktor juga menyebabkan perbedaan jenis dan karakteristik tanah yang dibentuk.
Pada mulanya, konon, bumi hanya terdiri dari satu benua yanng disebut “Pangea”. Benua yang hanya satu-satunya ini kemudian pecah menjadi dua bagian pada sekitar 240 juta tahun yang lalu. Dua bagian ini disebut benua Laurasia di sebelah utara, dan benua Gondwana di sebelah selatan.
Seiring dengan berjalannya waktu, Gondwana lalu pecah lagi menjadi beberapa bagian; salah satunya merupakan cikal bakal benua Australia yang sekarang. Dari cikal bakal benua Autralia ini selanjutnya pecah lagi menjadi potongan-potongan kecil yang terombang-ambing kesana-kemari sebelum akhirnya membentuk pulau Sulawesi pada kira-kira 26 juta tahun yang lalu.
Sulawesi atau Pulau Sulawesi adalah sebuah pulau dalam wilayah Indonesia yang terletak di antara Pulau Kalimantan disebelah barat dan Kepulauan Maluku disebelah timur. Dengan luas wilayah sebesar 174.600 km², Sulawesi merupakan pulau terbesar ke-11 di dunia. Di Indonesia hanya luas pulau Sumatera, Kalimantan, dan pulau Papua sajalah yang lebih luas wilayahnya daripada pulau Sulawesi, sementara dari segi populasi hanya pulau Jawa dan Sumatera sajalah yang lebih besar populasinya daripada Sulawesi.

A.      Sejarah Geomorfologi dan Proses Tektonik yang Membentuk Pulau Sulawesi
Profesor John A. Katili, ahli geologi Indonesia yang merumuskan geomorfologi Pulau Sulawesi  bahwa terjadinya Sulawesi akibat tabrakan dua pulau (Sulawesi bagian Timur dan Sulawesi bagian Barat) antara 19 sampai 13 juta tahun yang lalu, terdorong oleh tabrakan antara lempeng benua yang merupakan fundasi Sulawesi Timur  bersama Pulau-Pulau Banggai dan Sula, yang pada gilirannya merupakan bagian dari lempeng Australia, dengan Sulawesi Barat yang selempeng dengan pulau-pulau Kalimantan, Jawa dan Sumatra, Sulawesi menjadi salah satu wilayah geologis paling rumit di dunia.
Perbedaan geomorfologi kedua pulau yang bertabrakan secara dahsyat itu menciptakan topografi yang bergulung gulung, di mana satu barisan gunung segera diikuti barisan gunung lain, yang tiba-tiba dipotong secara hampir tegak lurus oleh barisan gunung lain. Kurang lebih seperti kalau taplak meja disorong dari beberapa sudut dan arah sekaligus.Makanya jarang kita bisa mendapatkan pemandangan seperti di Jawa, Sumatera, atau Kalimantan, di mana gununggunung seperti kerucut dikelilingi areal  persawahan atau hutan sejauh mata memandang. Kecuali di Sulawesi Selatan (itupun di selatan Kabupaten Enrekang), kita sulit menemukan hamparan tanah pertanian yang rata.
Sederhananya, Sulawesi adalah pulau gunung, lembah, dan danau, sementara dataran yang subur, umumnya terdapat di sekeliling danau-danau yang bertaburan di keempat lengan pulau Sulawesi. Ekologi yang demikian ikut menimbulkan begitu banyak kelompok etno-linguistik. Setiap kali satu kelompok menyempal dari kelompok induknya dan berpindah menempati sebuah lembah atau dataran tinggi di seputar danau, kelompok itu terpisah oleh suatu benteng alam dari kelompok induknya, dan lewat waktu puluhan atau ratusan tahun, mengembangkan bahasa sendiri. Geomorfologi yang khas ini menyebabkan pinggang Sulawesi Tana Luwu dan Tana Toraja di provinsi Sulawesi Selatan, bagian selatan Kabupaten Morowali, Poso, dan Donggala di provinsi Sulawesi Tengah, dan bagian pegunungan provinsi Sulawesi Barat sangat kaya dengan berbagai jenis bahan galian. Batubara terdapat di sekitar Enrekang, Makale, dan Sungai Karama. Sulawesi Barat sebelah utara, terdapat tambang batubara dan banyak jenis logam tersebar di berbagai pelosok Sulawesi. Tembaga dan nikel terdapat di sekitar Danau-Danau Matano, Mahalona dan Towuti. Bijih besi bercampur nikel, yang diduga berasal dari meteor, memungkinkan lahirnya pandai besi di lembah-lembah Rampi, Seko dan Rompong di hulu Sungai Kalaena (Luwu Utara) dan di Ussu, dekat Malili (Luwu Timur).

Berikut skema terbentuknya Pulau Sulawesi :
1.    EOSEN (65-40 juta tahun yang lalu)
Proses pembentukan pulau Sulawesi yang unik telah melalui proses yang juga unik yaitu hasil akhir dari sebuah kejadian apungan benua yang diawali 65 juta tahun lalu. Saat itu ada 2 daratan yaitu cikal bakal kaki Sulawesi Tenggara dan Timur, dan cikal bakal kaki Sulawesi Selatan, Barat dan Utara. Kedua apungan daratan itu terbawa bergerak ke barat menuju Borneo (sekarang bernama Kalimantan). Proses tumbukan akibat apungan lempeng benua itu menyebabkan kedua daratan itu mulai terkumpul menjadi satu daratan baru.
2.    MIOSEN (40-20 juta tahun yang lalu) 
Pada zaman ini pergerakan lempeng kearah barat disertai dengan persesaran yang menyebabkan mulai terjadi perubahan ekstrim bentuk daratan. Bagian tengah ketiga daratan itu tertekuk akibat benturan atau pergeseran, sebuah proses yang lebih kuat dibandingkan apa yang terjadi di kedua ujung atas dan bawahnya (daratan utara dan selatan). Proses tektonik berlangsung kuat di daerah yang  tertekuk itu sehingga menyebabkan pencampur-adukan jenis-jenis batuan yang berasal dari lingkungan pengendapan yang berbeda.
3.    PLIOSEN (15-6 juta tahun yang lalu) 
Hingga zaman ini proses penumbukan kedua daratan itu terus berlangsung, bahkan apungan hasil tumbukan terus bergerak hingga mendekat ke daratan Kalimantan lalu berhenti di sana. Persesaran yang telah mulai sejak zaman Miosen masih terus berlangsung, bahkan berdampak apada pemisahan kelompok batuan dari kawasan di sekitar danau Poso dan kelompok batuan sekitar danau Matano. kedua kelompok batuan ini meski lokasinya berdampingan, namun memperlihatkan asosiasi batuan yang berbeda.
4.    PLITOSEN (4-2 juta tahun yang lalu)
Pada zaman ini mulai berlangsung fenomena baru, yaitu proses pemekaran dasar samudra di laut antara Kalimantan dan Sulawesi (sekarang dikenal dengan selat Makasar). Pemekaran dasar samudra ini menyebabkan cikal bakal atau pulau Sulawesi purba. Dan pulau Sulawesi purba ini kembali bergerak ke timur menjauhi Kalimantan. kecepatan gerakan apungan di atas lempeng benua adalah peristiwa yang berlangsung perlahan namun konsisten dengan laju beberapa centimeter pertahun.  Diperkirakan juga bahwa, Sulawesi barat bertabrakan dengan Kalimantan timur pada akhir Pliosen yang sementara itu menutup selat Makasar dan baru membuka kembali dalam periode Kwarter, meskipun tidak ada data pasti yang menunjang pendapat ini. Endapan tebal dari sebelum Miosen di selat Makasar memberikan petunjuk bahhwa Kalimantan dan Sulawesi pernah terpisahkan sekurang-kurangnya 25 Ma. Di daerah Doangdoang, penurunan permukaan air laut sampai 100 meter akan menyebabkan munculnya daratan yang bersinambungan antara Kalimamantan tenggara dan Sulawesi barat daya. Dengan demikian, suatu pengamatan yang menarik ialah bahwa garis kontur 1000 m di bawah laut di sebelah timur Kalimantan persis sama dengan garis yang sama di Sulawesi barat, sehingga mungkin selat Makasar dulu hanya jauh lebih sempit. Sulawesi meliputi tiga propinsi geologi yang berbeda-beda, digabung menjadi satu oleh gerakan kerak bumi. Propinsi-propinsi tersebut adalah Sulawesi barat dan timur yang dipisahkan oleh patahan utara barat laut antara Palu dan Teluk Bone (patahan Palu Koro), serta Propinsi Banggai Sula yang mencakup daerah Tokala di belakang Luwuk dan Semenanjung Barat laut, Kepulauan Banggai, pulau Buton dan Kep. Sula (yang kenyataannya merupakan bagian Propinsi Maluku).  Pergerakan kerak bumi pada lempeng Indo-Australia dan Pasifik yang mengarah ke utara bertemu dengan pergerakan lempeng Eurasia yang cenderung ke arah selatan. meskipun pergerakan kerak bumi sangat kecil, yaitu sekitar 5 hingga 7 sentimeter per tahun, namun sangat berpengaruh terhadap aktivitas tektonik kerak bumi. Perubahan letak ini nantinya bakal mengakibatkan struktur lempeng menjadi labil dan rapuh. Dari sejarah geologi, daratan Sulawesi terbentuk akibat adanya aktivitas tektonik. Dengan pengaruh pergerakan ketiga lempengan yang ada, membentuk struktur geologi dan pulau-pulau yang begitu rumit dan beriringan. Dari sesar-sesar yang ada, terdapat sesar aktif yang sewaktu-waktu bergerak. Aktifnya sesar ini apabila dipicu pergerakan lempeng yang melepaskan energi relatif besar. Salah satunya akan berakibat terjadinya gempa tektonik yang kemudian disusul tsunami.

B.       Karakteristik Pulau Sulawesi 
Pulau Sulawesi mempunyai bentuk yang berbeda dengan pulau lainnya. Apabila melihat busur-busur disekeliling Benua Asia, maka bagian convaxnya mengarah ke Asia tetapi Pulau Sulawesi memiliki bentuk yang justru convaxnya yang menghadap ke Asia dan terbuka ke arah Pasifik, oleh karena itu Pola Sulawesi sering disebut berpola terbalik atau inverted arc.

Pulau Sulawesi terletak pada zona peralihan antara Dangkalan Sunda dan dangkalan Sahul dan dikelilingi oleh laut yang dalam. Dibagian utara dibatasi oleh Basin Sulawesi (5000-5500 m). Di bagian Timur dan Tenggara di batasi oleh laut Banda utara dan Laut Banda Selatan dengan kedalaman mencapai 4500-5000 m. Sedangkan untuk bagian Barat dibatasi oleh Palung Makasar (2000-2500 m).

Sebagian besar daerahnya terdiri dari pegunungan dan tataran rendah yang terdapat secara sporadik, terutama terdapat disepanjang pantai. Dataran rendah yang relatif lebar dan padat penduduknya adalah dibagian lengan Selatan. Berdasarkan orogenesenya dapat dibagi ke dalam tiga daeran (Van Bemmelen, 1949) sebagai berikut :
1.    Orogenese di bagian Sulawesi Utara
Meliputi lengan Utara Sulawesi yang memanjang dari kepulauan Talaud sampai ke Teluk Palu-Parigi. Daerah ini merupakan kelanjutan ke arah Selatan dari Samar Arc. Termasuk pada daerah ini adalah Kepulauan Togian, yang secara geomorfologis dikatakan sebagai igir Togian (Tigian Ridge). Daerah orogenese ini sebagain termasuk pada inner arc, kecuali kepulauan Talaud sebagai Outer Arc.

2.    Orogenese di bagian Sulawesi Sentral
Dibagian sentral ini terdapat tiga struktur yang menjalur Utara – Selatan sebagai berikut :
a.    Jalur Timue disebut Zone Kolonodale
b.    Jalur Tengah disebut Zone Poso
c.    Jalur Barat disebut Zone Palu

Jalur Timur terdiri atas lengan timur dan sebagian yang nantinya bersambung dengan lengan Tenggara. Sebagai batasnya adalah garis dari Malili-Teluk Tomori. Daerah ini oleh singkapan-singkapan batuan beku ultra basis. Jalur Tengah atau Zone Poso, batas Barat jalur ini adalah Medianline. Zona ini merupakan Graben yang memisahkan antara Zona Barat dan Timur. Dibagian Utara Zone ini terdapat Ledok Tomini dan di Selatannya terdapat Ledok Bone. Daerah ini ditandai oleh mayoritas batuan Epi sampai Mesometamorfik crystalline schist yang kaya akan muscovite.
Jalur Barat atau Zona Palu, ditandai oleh terdapat banyaknya batuan grano-diorite, crystalline schist yang kaya akan biotite dan umumnya banyak ditemui juga endapan pantai. Zona ini dibagian Utara dibatasi oleh Teluk Palu-Parigi, di Selatan dibatasi garis dari Teluk Mandar-Palopo. Dari Teluk Mandar-Palopo ke arah selatan sudah termasuk lengan Selatan-Sulawesi. Daerah jalur Barat ini merupakan perangkaian antara lengan Utara Zone Palu dan lengan selatan merupakan satuan sebagain Inner Arc.

3.    Orogenese di bagian Sulawesi Selatan
Secara garis besar tangan selatan Sulawesi merupakan kelanjutan Zone Palu (Zone bagian barat Sulawesi Tengah) dan tangan tenggara merupakan kelanjutan dari tangan Timur Sulawesi (Zone Kolonodale). Secara Stratigrafi antara lengan selatan dan lengan tenggara banyak memiliki kesamaan, begitu juga antara Zone Palu Lengan Utara dengan Zone Kolonodale Lengan Timur. Walaupun demikian diantaranya terdapat perbedaan-perbedaan sebagai contoh bagian ujung selatan (di Selatan Danau Tempe) banyak kesamaannya dengan Pulau Jawa dan Sumatera sedangkan ujung selatan lengan tenggara lebih banyak kesamaannya dengan Boton Archipelago dan Group Tukang Besi.

C.      Geologi Pulau Sulawesi
Secara geologi, sulawesi merupakan wilayah yang geologinya sangat komplek, karena merupakan perpaduan antara dua rangkaian orogen (Busur kepulauan Asia timur dan sistem pegunungan sunda). Sehingga, hampir seluruhnya terdiri dari pegunungan, sehingga merupakan daerah paling berpegunungan di antara pulau-pulau besar di Indonesia.
Sulawesi terletak pada pertemuan 3 Lempeng besar yaitu Eurasia, Pasifik,dan Indo-Australia serta sejumlah lempeng lebih kecil (Lempeng Filipina) yang menyebabkan kondisi tektoniknya sangat kompleks. Kumpulan batuan dari busur kepulauan, batuan bancuh, ofiolit, dan bongkah dari mikrokontinen terbawa bersama proses penunjaman, tubrukan, serta proses tektonik lainnya.

Secara rinci fisiografi sulawesi adalah sebagai berikut :
1.    Lengan Utara Sulawesi
Pada lengan ini, fisiograsinya terbagi menjadi tiga bagian berdasarkan aspek geologinya. Ketiga bagian tersebut adalah :
ร˜ Seksi Minahara, merupakan ujung timur dari lengan utarasulawesi dengan arah timur laut barat daya yang bersambung dengan penggungan sangihe yang didirikan oleh aktifitas vulkanis pegunungan soputan.
ร˜ Seksi gorontalo merupakan bagian tengah dari lengan utara sulawesi dengan arah timur ke bawah, namun aktifitas vulkanis sudah padam yang lebar daratanya sekitar 35-110 km, tapi bagian baratnya menyempit 30 km (antara teluk dondo dipantai utara dan tihombo di pantai selatan). Seksi ini dilintasi oleh sebuah depresi menengah yang memanjang yaitu sebuah jalur antara rangkaian pegunungan di pantai utara dan pegunungan di pantai selatan yang disebut zone limboto.
ร˜ Jenjang sulawesi utara, merupakan lengan utara sulawesi yang arahnya dari utara ke selatan dan terdapat depresi (lanjutan zone limboto di gorontalo) yang sebagian besar di tutup oleh vulkan-vulkan muda, sedangkan antara lengan utara dan lengan timur di pisahkan oleh teluk tomini yang lebarnya 100 km di bagian timur dan sampai 200 km di bagian barat sedangkan dasar teluknya semakin dangkal kea rah barat ( ( kurang dari 2000 meter ) dan di bagian tengah teluk tomini tersebut terdapat pegunungan di bawah permukaan air laut dengan bagian tinggi berupa kepulauan togian.
2.     Lengan Timur
Lengan timur sulawesi arahnya timur laut barat daya dan dapat di bedakan menjadi tiga bagian. Tiga bagian tersebut adalah :
ร˜ Bagian timur, berupa semenanjung Bualeno yang di pisahkan dengan bagian tengah oleh tanah genting antara teluk poh dan teluk besama.
ร˜ Bagian tengah, dibentuk oleh pegunungan Batui dengan pegunungan Batulumpu yang arahnya timurlaut-baratdaya yang berangsur-angsur lenardari 20 km di timur sampai 80 km di utara Bungku.
ร˜ Bagian barat, merupakan pegunungan tinggi yang membujur antara garis ujng Api sampai Teluk Kolokolo bagian timur dan garis Lemoro sampai teluk Tomini di barat dan lebarnya sekitar 75-100 km.

3.    Lengan Tenggara
Batas antara lengan tenggara dengan bagian tengah sulawesi adalah berupa tanah gentingantara teluk Usu dengan teluk Tomori yang lebarnya 100 km. Sedangkan lengan tenggara Sulawesi dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :
ร˜ Bagian utara, berupa massip-massPeridotit dari pegunungan Verbeek yang di tengahnya terdapat dua graben yaitu danau Matana dan Danau Tomini yang letaknya berada ntara teluk Palopo (Ujung utara teluk Bone) dengan Teluk Tolo.
ร˜ Bagian Tengah, berupa Pegunungan Mekongga di sebelah barat dan sediment peridorit di sebelah timur yang di batasi oleh Pegunuingan Tangeasinua, sedangkan antara kedua pegunungan tersebut terdapat basin yang dialiri sungai Konewha, sedangkan kea rah tenggara jalur ini tenggelam dan membentuk teluk-teluk dan pulau-pulau kecil serta berkelanjutan sampai kepulauan Manui.
ร˜ Bagian Selatan, merupakan suatu depresi yang membujur dari arah barat ke timur yang membentang antara Kendari dan Kolaka yang diisi dataran Aluvial yang berawa sedangkan di bagian selatannya berupa pegunungan dan bukit-bukit yang teratur dengan membujug barat ke timur.
4.     Lengan Selatan
Bagian sulawesi selatan merupakan daerah yang dibatasi oleh garis enggara-baratlauit dari muara sungai Karama sampai Palopo. Batas lengan utara dari garis timur laut-barat daya dari palopo sampai teluk Mandar. Namun secara geologis bagian barat lengan sulawesi tengah termasuk Pegunungan Quarles yang lebih dekat hubungnnya dengan bagian selatan dengan lempeng selatan. Fisiografi lengan selatan berupa pegunungan seperti pegunungan yang ada di antara Majene yang membujur utara-selatan, antara pegunungan Quarles dengan pegunungan Latimojong dipisahkan oleh lembah Sadang dan diantara lembah Sadang dan teluk Bone terdapat Pegunungan Latimojong yang membujur dari utara ke selatan dengan ketinggian sekitar 3000 mdpl. Pada bagian utara dan selatan lengan ini dipisahkan oleh depresi dengan arah baratlau-tenggara yang terdapat danau-danau seperti Tempe, Sidenreng, dan danau Buaya. Pada bagian selatannya lengan ini mempunyai ketinggian yang lebih rendah jika dibandingkan dengan bagian utara. Di daerah ini ada dua jalur pegunungan yaitu di bagian barat dengan ketinggian diatas 1000 mdpl dan bagian timur dengan ketinggian 800 mdpl yang dipisahkan oleh lembah Sungai Walaneia. Kedua jalur pegunungan tersebut di sebelah selatan pegunungan Bontorilni, bersatu sebagai hulu sungai Walaneia yang mengalir ke utara tertutup oleh vulkan besar Lampobatang. Sedangkan di luar pantai Makasar terdapat dangkalan Spermonde dengan rangkaian karang, dan di luar pantai Watampone terdapat dangkalan dengan rangkaian karang, laut dangkal dan sebelah baratnya menurun sampai palung Bone.

Sulawesi Tengah
Keempat lengan dari pulau Sulawesi bertemu di bagian tengah. Bagian ini di batasi oelh garis yang melalui Donggala-parigi-Lemore Teluk Tomini dari lengan utara dan timur, garis dari Mojene-palopor Dongi sampai teluk Temori membatasi dengan lengan selatan dan tenggara. Bagian tengah Sulawesi terbagi dalam tiga zona yang memiliki perkembangan Geologi yang berbeda dan mengarah utara-selatan. Ketiga zona tersebut adalah :
1.      Zona Palu, merupakan busur dalam vulkanis, tetapi telah padam, zona ini bersatu ke utara dengan Sulawesi utara dan selatan dengan Sulawesi selatan Batuan utama seperti grafik.
2.      Zona Poso, emrupakan palung antara yang seperti Grnit dan endapan sediment pantai batuan metamosif dengan endapan konglomerat, batu pasar dan letaknya tidak selaras diatas batuan metamotif.
3.      Zona Kolondale, merupakan busur luar dengan dicirikan oleh batuan ultra basa, batuan segimen yang terdiri dari gamping dan batu api usia mesozaikum.

Berdasarkan geologinya, lengan timur dan tenggara di dominasikan oleh batuan malihan dan afiolit yang terobdaksi pada miosen ke atas. Mandala timur, Benua mini banggai-Sulawesi berasal dariAustralia dan berumur Palezoikum-Mesozoikum. Sedangkan pada lengan selatan di dominasi oleh batuan gunung api dan lengan selatan di dominasik oleh batuan gunung api dan terobosan Miosen lebih muda yang membentuk sabuk lipatan diatas tepi bagian timur daratan sunda. Pada bagian tengah pulau Sulawesi didominasi batuan yang berasal dari aktivitas volkanik seperti granit. Sedangkan pada lengan utara di dominasi oleh batuan metamorf seperti Sekis Kristalin dan Phelit. Dilihat dari Geologi regional di lengan selatan pulau Sulawesi yang terdapat formasi latimojong yang terdiri atas batuan batu lava, batu pasir termetakan, batuan sabak, filit dan sekis merupakan formasi batuan yang mirip dengan geologi Kalimantan Barat yaitu tepian benua yang terbentuk oleh proses penunjaman. Sehingga diperkirakan Sulawesi dan Kalimantan, dulunya merupakan satu kesatuan daratan lempeng Eurasia.

Proses Geologi Pembentukan Pulau Sulawesi
1.    Zaman Paleozoikum
Pada periode Perm (280 Ma.) semua daratan menjadi satu benua yaitu benua Pangea.
2.      Zaman Mesozoikum
a.       Pada periode Trias (250 Ma), pecahnya Pangea menjadi dua yaitu Laurasia dan Gondwana. Laurasia meliputi Amerika Utara, Eropa dan sebagian besar Asia sekarang. Sampai beberapa tahun belakangan ini pandangan yang umum diterima dalam sejarah geologi adalah bahwa Indonesia dan wilayah sekitar bagian barat (Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan dan bagian barat Sulawesi) merupakan bagian benua Laurasia, yang belum lama berselang masih terpisahkan dari bagian timur ( bagian Timur Sulawesi, Timor, Seram, Buru, dan seterusnya) yang merupakan bagian benua Gondwana.
b.      Pada Periode Jura (215 Ma.), Bagian barat Sulawesi bersama sama dengan Sumatera, Kalimantan, dan daratan yang kemudian akan menjadi kepulauan lengkung Banda dianggap terpisahkan dari antartika dalam pertengahan zaman Jura, atau dengan kata lain, Bagian barat Indonesia bersama dengan Tibet, Birma Thailand, Malaysia dan Sulawesi Barat, terpisah dari benua Gondwana.
3.      Zaman Konozoikum
a.       Pada kurun Eosen (60 Ma) Australia terpisah dari Antartika, vulkanisme mulai timbul di bagian barat Sulawesi.
b.      Pada kurun Oligosen (40 Ma), Posisi Indonesia bagian barat dan Sulawesi bagian barat, posisinya seperti posisi sekarang.
c.       Pada kurun Miosen (25 Ma), Australia, Irian dan bagian timur Sulawesi barangkali terpisahkan dari Irian sebelum bertabrakan dengan Sulawesi bagian barat, pada zaman pertengahan miosen dimana mulai munculnya daratan. Dimana Australia, Sulawesi Timur dan Irian terus bergarak ke utara kira kira 10 cm pertahun.

Peristiwa yang paling dramatik dalam sejarah geologi Indonesia terjadi dalam kurun Miosen, ketika lempeng Australia bergerak ke Utara mengakibatkan melengkungnya bagian timur, lengkung Banda ke Barat. Gerakan ke arah barat ini digabung dengan desakan ke darat sepanjang sistem patahan Sorong dari bagian barat Irian dengan arah timur barat, mengubah kedua masa daratan yang akan menghasilkan bentuk khas Sulawesi yang sekarang. Diperkirakan tabrakan ini terjadi pada 19-13 Ma yang lalu. Kepulauan Banggai Sula bertabrakan dengan Sulawesi timur dan seakan akan menjadi ujung tombak yang masuk ke Sulawesi barat, yang menyebabkan semenanjung barat daya berputar berlawanan dengan arah jarum jam sebesar kira kira 35 derajat, dan bersama itu membuka teluk Bone. Semenanjung Utara memutar ujung utaranya menurut arah jarum jam hampir sebesar 90 derajat ,yang menyebabkan terjadinya subduksi (penempatan secara paksa suatu bagian kerak bumi di bawah bagian lain pada pertemuan dua lempeng tektonik), sepanjang Alur Sulawesi Utara dan Teluk Gorontalo. Dan Obduksi (penempatan secara paksa suatu bagian kerak bumi diatas bagian lain pada pertemuan dua lempeng tektonik), batuan ultra basis di Sulawesi timur dan tenggara diatas reruntuhan pengikisan atau endapan batuan yang lebih muda yang bercampur aduk.
Diperkirakan juga bahwa, Sulawesi barat bertabrakan dengan Kalimantan timur pada akhir Pliosen (3 Ma yang lalu) yang sementara itu menutup selat Makasar dan baru membuka kembali dalam periode Kwarter, meskipun tidak ada data pasti yang menunjang pendapat ini. Endapan tebal dari sebelum Miosen di selat Makasar memberikan petunjuk bahhwa Kalimantan dan Sulawesi pernah terpisahkan sekurang-kurangnya 25 Ma. dalam periode permukaan laut rendah, mungkin sekali pada masa itu terdapat pulau-pulau khususnya di daerah sebelah barat Majene dan sekitar gisik Doangdoang. Di daerah Doangdoang, penurunan permukaan air laut sampai 100 m. akan menyebabkan munculnya daratan yang bersinambungan antara Kalimamantan tenggara dan Sulawesi barat daya. Biarpun demikian, suatu pengamatan yang menarik ialah bahwa garis kontur 1000 m di bawah laut di sebelah timur Kalimantan persis sama dengan garis yang sama di Sulawesi barat, sehingga mungkin selat Makasar dulu hanya jauh lebih sempit.
Sulawesi meliputi tiga propinsi geologi yang berbeda-beda, digabung menjadi satu oleh gerakan kerak bumi. Propinsi-propinsi tersebut adalah Sulawesi barat dan timur yang dipisahkan oleh patahan utara barat laut antara Palu dan Teluk Bone (patahan Palu Koro), serta Propinsi Banggai Sula yang mencakup daerah Tokala di belakang Luwuk dan Semenanjung Barat laut, Kepulauan Banggai, pulau Buton dan Kep. Sula (yang kenyataannya merupakan bagian Propinsi Maluku).

Struktur Geologi Pulau Sulawesi 
Berdasarkan keadaan litotektonik Pulau Sulawesi dibagi 4 yaitu: 

Mandala barat (West & North Sulawesi Volcano-Plutonic Arc) sebagai jalur magmatik (Cenozoic Volcanics and Plutonic Rocks) yang merupakan bagian ujung timur Paparan Sunda.
1.    Bagian Utara
Memanjang dari Buol sampai sekitar Manado. Batuan bagian utara bersifat riodasitik sampai andesitik, terbentuk pada Miosen-Resen dengan batuan dasar basaltik yang terbentuk pada Eosen-Oligosen.
a.    Sulawesi Utara
·      Geologi daerah Sulut didominasi oleh batu gamping sebagai satuan pembentuk cekungan sedimen Ratatotok.
·      Satuan batuan lainnya adalah kelompok breksi dan batupasir, terdiri dari breksi-konglomerat kasar, berselingan dengan batupasir halus-kasar, batu lanau dan batu lempung yang didapatkan di daerah Ratatotok-Basaan, serta breksi andesit piroksen.
·      Kelompok Tuf Tondano berumur Pliosen terdiri dari fragmen batuan volkanik kasar andesitan mengandung pecahan batu apung, tuf, dan breksi ignimbrit, serta lava andesit-trakit.
·      Batuan Kuarter terdiri dari kelompok Batuan Gunung api Muda terdiri atas lava andesit-basal, bom, lapili dan abu.
·      Kelompok batuan termuda terdiri dari batu gamping terumbu koral, endapan danau dan sungai serta endapan alluvium aluvium.
b.    Gorontalo
·      Daerah Gorontalo merupakan bagian dari lajur volkano-plutonik Sulawesi Utara yang dikuasai oleh batuan gunung api Eosen-Pliosen dan batuan terobosan.
·      Pembentukan batuan gunung api dan sedimen di daerah penelitian berlangsung relatif menerus sejak Eosen-Miosen Awal sampai Kuarter, dengan lingkungan laut dalam sampai darat, atau merupakan suatu runtunan regresif.
·      Pada batuan gunung api umumnya dijumpai selingan batuan sedimen, dan sebaliknya pada satuan batuan sedimen dijumpai selingan batuan gunung api, sehingga kedua batuan tersebut menunjukkan hubungan superposisi yang jelas.
·      Fasies gunung api Formasi Tinombo diduga merupakan batuan ofiolit, sedangkan batuan gunung api yang lebih muda merupakan batuan busur kepulauan.
2.    Bagian barat
Dari Buol sampai sekitar Makasar. Busur magmatik bagian barat mempunyai batuan penyusun lebih bersifat kontinen yang terdiri atas batuan gunung api-sedimen berumur Mesozoikum-Mesozoikum Kuarter dan batuan malihan berumur Kapur. Batuan tersebut diterobos granitoid bersusunan terutama granodioritik sampai granitik yang berupa batolit, stok, dan retas.
a.     Enrekang Sulawesi Selatan
Berdasarkan pengamatan geologi pada data penginderaan jauh dan lapangan, maka batuan di daerah Enrekang dapat dibagi menjadi 8 satuan, yaitu:
·      Satuan batu pasir malih (Kapur Akhir)
·      Satuan batuan serpih (Eosen-Oligosen Awal)
·      Satuan batun gamping (Eosen)
·      Satuan batu pasir gampingan (Oligosen-Miosen Tengah)
·      Satuan batu  gamping berlapis (Oligosen-Miosen Tengah)
·      Satuan klastika gunung api (Miosen Akhir)
·      Satuan batu gamping terumbu (Pliosen Awal)
·      Satuan konglomerat (Pliosen)
Struktur geologi yang berkembang di daerah ini terdiri atas sesar naik, sesar mendatar, sesar normal dan lipatan yang pembentukannya berhubungan dengan tektonik regional Sulawesi dan sekitarnya.

Mandala tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt) berupa batuan malihan yang ditumpangi batuan bancuh sebagai bagian dari blok Australia. 

Mandala timur (East Sulawesi Ophiolite Belt) berupa ofiolit yang merupakan segmen dari kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur Trias-Miosen. Sesar Lasolo yg merupakan sesar geser membagi lembar daerah Kendari menjadi dua lajur, yaitu:
1.         Lajur Tinondo, yang menempati bagian barat daya merupakan himpunan batuan  yang bercirikan asal paparan benua, sedangkan
2.         Lajur Hialu, yang menempati bagian timur laut daerah ini, merupakan himpunan batuan yang bercirikan asal kerak samudera. Batuan yang terdapat di Lajur Tinondo adalah Batuan Malihan Paleozoikum, dan diduga berumur Karbon.

Kendari, Sulawesi Utara
Hasil pengukuran gaya berat di daerah Kendari, Sulawesi Tenggara, yang sebagian besar daerahnya ditutupi oleh batuan ofiolit, menunjukan perkembangan tektonik dan geologi daerah ini mempunyai banyak persamaan dengan daerah Lengan Timur Sulawesi dengan ditemukannya endapan hidrokarbon di daerah Batui.
Struktur lipatan hasil analisis data gaya berat daerah ini menunjukkan potensi sumber daya geologi yang sangat besar, berupa: panas bumi dan endapan hidrokarbon.
·      Panas bumi berada di sekitar daerah Tinobu, Kecamatan Lasolo, sepanjang sesar Lasolo.
·      Cebakan hidrokarbon di sekitar pantai dan lepas pantai timur daerah ini, seperti: daerah Kepulauan Limbele, Teluk Matapare (Kepulauan Nuha Labengke) Wawalinda Telewata Singgere pantai Labengke), Wawalinda, Telewata, Singgere, utara Kendari, dan lain sebagainya.

Kepulauan paling timur Banggai-Sula dan Buton merupakan pecahan benua yang berpindah ke arah barat karena strike-slip faults dari New Guinea.
D.      Stratigrafi Pulau Sulawesi
Urut-urutan stratigrafi dari muda hingga tua sebagai berikut :
a.       Endapan alluvium,
b.      Endapan teras (Kuarter),
c.       Batuan tufa (Pliosen – Kuarter),
d.      Batuan sedimen termetamorfose rendah dan batuan malihan yang keduanya termasuk Formasi Tinombo (Kapur Atas – Eosen Bawah),
e.       Batuan gunungapi (Kapur Atas – Oligosen Bawah) yang menjemari dengan Formasi Tinombo,
f.       Batuan intrusi granit (Miosen Tengah – Miosen Atas) ditemukan menerobos batuan malihan Formasi Tinombo.

Tatanan geologi P. Banggai dan P. Labobo disusun oleh 7 satuan batuan, yang dikelompokkan dari satuan tertua hingga muda sebagai berikut :
a.    Kompleks batuan malihan adalah satuan batuan tertua yang terdiri dari sekis, gneis dan kuarsit berwarna kelabu dan kehijauan, berumur Karbon.
b.    Granit Banggai yang terdiri dari granit, granodorit, diorit kuarsa dan pegmatit. Bentang alam satuan batuan granit ini memperlihatkan bentuk morfologi bergelombang dengan permukaan relatif halus membulat.
c.    Sedimen Formasi Bobong (Jbs). Satuan batuan konglomerat dan batu pasir yang diendapkan tidak selaras diatas Granit, Formasi ini diduga berumur Jura Awal sampai Jura Tengah.
d.   Batu gamping klastik, berwarna putih bersih hingga kotor kecoklatan, ukuran butir pasiran (relatif seragam) sebagai kalkarenit hingga kalsirudit. Dari kumpulan fosil yang dikandungnya, berumur dari Eosen sampai Miosen Tengah, tersebar luas dan hampir terdapat di seluruh P. Banggai.
e.    Batugamping Salodik (Tems) Adalah batugamping fragmen dengan ukuran Formasi Tems).
f.     Batugamping terumbu Formasi Peleng (QL): Endapan batuan berumur kuarter yang penyebaran tidak merata, sebagian berupa batugamping konglomeratan, berwarna putih kotor hingga kecoklatan, setempat berongga-rongga, tidak berlapisdan keras.
g.    Aluvium: Satuan batuan termuda daerah ini adalah, terdiri atas lumpur, lempung, pasir dan kerikil, berupa endapan permukaan sungai dan di sekitar pantai, diantaranya terdapat di pantai Lambako-Pasir putih yang merupakan muara Sungai Selangat dan Paisu M.
Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Catatan Kuliah Geografi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger