Home » » Pentingnya Dimensi Regional dan Spasial dalam Perencanaan Pembangunan

Pentingnya Dimensi Regional dan Spasial dalam Perencanaan Pembangunan

Written By Tasrif Landoala on Minggu, 08 September 2013 | 08.40



Sebagaimana diketahui bahwa Ekonomi Wilayah merupakan suatu studi atau kajian yang belum lama dikembangkan dan dipelajarkan pada perguruan-perguruan tinggi di berbagai negara. Dimensi wilayah (regional) dan spasial (tata ruang), telah menarik perhatian dan menjadi lebih penting sebagai variabel tambahan daIam analisis ekonomi, khususnya bagi para perencana pembangunan. Walaupun studi lokasi telah lama diintroduksikan sejak abad yang lalu di Eropa Tengah, akan tetapi perhatian para ahli mengenai pemilihan lokasi ditinjau dari segi ekonomi dan pentingnya peranan wilayah baru dikembangkan secara lebih luas sejak kira-kira tujuh dasa warsa yang lalu. Dalam hubungan ini dapat dikatakan pula bahwa pemikiran Teori Lokasi dan Ekonomi Wilayah sebenamya sangat dekat dengan Ilmu Ekonomi yang diibaratkan sebagai saudara dalam keluarga besar Ilmu Ekonomi.
Teori ekonomi tradisional mengabaikan aspek tata ruang. Analisis ekonomi klasik bersifat statis dan tanpa tata ruang serta berlaku secara universal. Kemudian timbullah reaksi atau tantangan dari Mashab Historis (Mashab Sejarah) yang dipelopori oleh Friedrich List. Menurut Mashab Historis, hukum ekonomi tidak berlaku sama untuk seluruh waktu dan tidak berlaku mutlak bagi seluruh manusia atau bangsa, melainkan berlaku secara relatif artinya berbeda menurut waktu dan tidak sama unfuk seluruh manusia dan bangsa. Mashab Historis juga menentang sifat kosmopolitan dari Mashab Klasik yang dipelopori oleh Adam Smith. Mashab Historis menempatkan kepentingan nasional sebagai yang terpenting dan tertinggi dalam tiap-tiap negara dan untuk itu harus disusun kebijakan ekonomi nasional.
Salah satu isu yang sering diperdebatkan dalam kebijaksanaan ekonomi wilayah yaitu apakah ada usaha untuk mempercepat pertumbuhan pembangunan wilayah dengan suatu kebijaksanaan pembangunan secara nasional dengan fujuan secara menyeluruh. Proses kemajuan ekonomi dilihat dari pandangan teori pembangunan akan menempatkan unsur-unsur wilayah yang merupakan unsur sub nasional menjadi penting dan menarik dalam perencanaan pembangunan, sehingga wilayah-wilayah mempunyai peranan yang semakin jelas dan menentukan.
Isu pengembangan wilayah baik di negara-negara yang ekonominya telah maju maupun yang sedang berkembang pada umumnya bersumber pada dua hal, yaitu keinginan untuk mencapai sederetan sasaran-sasaran nasional dan kehendak unfuk mengurangi ketimpangan antara perfumbuhan dan kemunduran ekonomi subsub nasional secara efektif.
Materi utama kepustakaan dalam pembangunan ekonomi belum banyak membahas masalah wilayah secara mendasar yang menitik beratkan pada dimensi spasial atau tata ruang. Faktor perbedaan spasial sangat menyulitkan dalam analisis yang sifatrya general. Penggerak utama untuk mengenal lebih jauh tentang masalah wilayah berasal terutama dari para politisi, para administrator, ahli-ahli ekonomi dan perencana-perencana kota yang berkecimpung dengan kebutuhan-kebutuhan praktis dalam kebijaksanaan pembangunan. Mereka dihadapkan pada pertanyaan "dimana" kegiatan pembangunan akan dilaksanakan. Untuk itu para ilmuwan berusaha mencari dasar secara nasional untuk menentukan pilihan terselut.
Dalam banyak hal pendekatan terhadap masalah-masalah wilayah dilakukan secara antar disiplin- Misalnya arus perpindahan penduduk dari daerah-daerah ke kota-kota besar atau urbanisasi dipelajari oleh ahli-ahli Ilmu bumi untuk menemukan alasan-alasan untuk penentuan pemilihan lokasi kota; ahli-ahli pengembangan wilayah berusaha membuktikan pengaturan secara sistematis kota-kota dalam suatu negara; para ahli sosiologi merreliti pola-pola struktur sosial perkotaan dan pengaruhnya pada integrasi dan pola-pola kutub pertumbuhan yang berkembang; dan para perencana kota mengkaitkan dengan keperluan investasi dalam prasarana kota dan optimalisasi pola tata guna tanah perkotaan. Pendekatan-pendekatan di atas tidak dapat diabaikan terutama apabila kita menyadari sepenuhnya betapa pentingnya peranan kota-kota dalam pengembangan wilayah.
Secara teoretis terdapat dua pertanyaan penting, yaitu (1) mengapa pertumbuhan ekonomi berada secara spasial, dan (2) bagaimana penentuan pola-pola spasial dalam perencanaan pembangunan. Pertanyaan pertama menyangkut masalah struktur spasial pembangunan ekonomi baik secara fisik maupun pola kegiatamya. Aspek-aspek stnrktur spasial pembangunan ekonomi, fasilitas-fasilitas produktif, trayek atau rute trarsportasi, tata guna tanah dan sebagainya mempunyai arti langsung untuk mmghitung investasi. Sedangkan pola kegiatan spasial meliputi arus modal, arus tenaga kerja, anrs komoditas, dan komunikasi dalam tata ruang. Aspek-aspek tersebut berpengaruh terhadap usaha-usaha untuk menunjang proses pembangunan itu sendiri. Misalnya konsentrasi kegiatan di daerah kota besar seperti daerah metropolis akan berkembang terus sepaniang masih memberikan manfaat-manfaat terhadap biaya yang cukup menarik. Kemudian manfaat-manfaat tersebut berkurang karma kegiatan-kegiatan di daerah perkotaan berkembang semakin luas. Selaniutnya pola kegiatan ekonomi cenderung menyebar dan meluas ke luar daerah metropolis. Jadi jelaslah bahwa stuktur spasial dari kegiatan ekonomi terjadi karena interaksi pola fisik dan pola kegiatan. Sebagai contoh dapat dikemukakan yaitu dipelajarinya gejala-geiala seperti kutub-kutub pertumbuhan, poros-poros pembangunan, herarki kota secara fungsional, dan daerah-daerah pusat perdagangan. Hal ini dipenganrhi oleh tingkat kemaiuan teknologi dan tingkat produktivitas suatu perekonomian. Bila keadaan-keadaan tersebut berubah maka struktur spasial kegiatan pembangunan akan berubah.
Pertanyaan kedua membicarakan alasan-alasan mengapa pola spasial berbeda-beda. Dalam hal ini terdapat dua pendekatan. Pendekatan pertama menekankan pada kepentingan historis dan titik beratnya adalah suatu wilayah tertentu. Masalahnya adalah menjelaskan pembangunan di suatu wilayah pada waktu yang lalu dan membuat proyeksi untuk masa depan. Wilayah-wilayah sisanya dianggap sebagai variabel yang tidak dapat di kontrol atau wilayah eksogin. Pendekatan kedua menitik beratkon pada suatu bangsa atau negara, dimana wilayah teritorialnya dianggap sebagai suatu kesatuan. Masalahnya adalah menjelaskan mengapa pola-pola ekonomi dan organisasi spasial telah mengikuti evolusi ekonomi nasional. Batas-batas wilayah perencanaan berlaku untuk jangka waktu terbatas, artinya terdapat kemungkinan terjadinya pergeseran temporal dalam hal keterhubungan dan ketergantungan antar wilayah.
Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Catatan Kuliah Geografi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger