A. TEKANAN ATMOSFER
Tekanan atmosfer adalah tekanan pada titik manapun di atmosfer bumi. Umumnya, tekanan atmosfer hampir
sama dengan tekanan
hidrostatik
yang disebabkan oleh berat udara di atas titik pengukuran. Massa
udara
dipengaruhi tekanan atmosfer umum di dalam massa tersebut, yang menciptakan
daerah dengan tekanan tinggi (antisiklon) dan tekanan rendah (depresi). Daerah bertekanan rendah memiliki
massa atmosfer yang lebih sedikit di atas lokasinya, di mana sebaliknya, daerah
bertekanan tinggi memiliki massa atmosfer lebih besar di atas lokasinya.
Meningkatnya ketinggian menyebabkan berkurangnya jumlah
molekul udara secara eksponensial. Karenanya, tekanan atmosfer menurun seiring
meningkatnya ketinggian dengan laju yang menurun pula.
A. ANGIN
Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena
adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak
dari tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara rendah. Apabila
dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan sehingga
naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun kerena udaranya berkurang.
Udara dingin di sekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan rendah tadi.
Udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Diatas tanah udara
menjadi penas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunnya udara dingin ini
dinamanakan konveksi.
Semakin tinggi
kita berada maka semakin kencang pula angin yang menerpa kita. Malam hari,
angin tidak sekencang di siang hari. Angin di daerah wilayah khatulistiwa atau
garis ekuator seperti indonesia anginnya lebih kencang dari pada di daerah
kutub.
a.
Tornado
Tornado adalah kolom udara yang berputar
kencang yang membentuk hubungan antara awan
cumulonimbus
atau dalam kejadian langka dari dasar awan cumulus dengan permukaan tanah. Tornado muncul dalam banyak ukuran
namun umumnya berbentuk corong kondensasi yang terlihat jelas yang ujungnya yang menyentuh bumi
menyempit dan sering dikelilingi oleh awan yang membawa puing-puing.
Umumnya tornado memiliki kecepatan angin 177 km/jam atau lebih dengan rata-rata jangkauan 75 m dan menempuh beberapa kilometer sebelum menghilang. Beberapa tornado yang mencapai
kecepatan angin lebih dari 300-480 km/jam memiliki lebar lebih dari satu
mil (1.6 km) dan dapat bertahan di permukaan dengan lebih dari
100 km.
Meskipun tornado telah diamati di tiap benua kecuali Antartika, tornado lebih sering terjadi di Amerika Serikat. Tornado juga umumnya terjadi di Kanada bagian selatan, selatan-tengah dan
timur Asia, timur-tengah Amerika Latin, Afrika Selatan, barat laut dan tengah Eropa, Italia, barat dan selatan Australia, dan Selandia Baru.
b.
Angin
Topan
Angin Topan
adalah angin yang berputar dengan skala yang lebih lama sekitar 3 - 7 hari, selalu terjadi di laut dengan
daya rusak mencapai ribuan km, Indonesia termasuk negara yang tidak akan pernah
dilintasi angin tersebut, namun demikian untuk wilayah yang dekat dengan angin
topan akan merasakan dampak tidak langsungnya, antara lain:
· Peningkatan
kecepatan angin > 20 knots atau 37 km/jam
· Gelombang
tinggi > 2.5 m
· Hujan
lebat dan angin kencang pada radius 1000 km dari pusat badai
c.
Angin
Putting Beliung
Angin putting
beliung adalah angin yang berputar dalam waktu yang sangat singkat sekitar 3
sampai 5 menit, sering terjadi di darat dengan radius sekitar 5-10 km.
Angin puting
beliung dapat membuat atap-atap rumah semi permanen berterbangan dan dapat membuat
pohon tumbang. Biasa juga dikenal dengan rebut/puyuh, yaitu angin kencang
yang datang secara tiba-tiba, mempunyai pusat, bergerak melingkar seperti
spiral hingga menyentuh permukaan bumi dan punah dalam waktu singkat (3-5
menit). Kecepatan angin rata-ratanya berkisar antara 30-40 knots. Angin ini
berasal dari awan Cumulonimbus (Cb) yaitu awan yang bergumpal berwarna abu-abu
gelap dan menjulang tinggi. Namun, tidak semua awan Cumulonimbus menimbulkan
puting beliung. Puting beliung dapat terjadi dimana saja, di darat maupun di
laut dan jika terjadi di laut durasinya lebih lama daripada di darat. Angin ini
umumnya terjadi pada siang atau sore hari, terkadang pada malam hari dan lebih
sering terjadi pada peralihan musim (pancaroba). Luas daerah yang terkena
dampaknya sekitar 5-10 km, karena itu bersifat sangat lokal.
B. BADAI
Badai adalah suatu gangguan pada atmosfer di suatu planet, terutama yang mempengaruhi
permukaannya serta menunjukkan cuaca buruk. Badai dapat ditandai dengan angin yang kencang (badai
angin),
petir dan kilat (badai petir), curahan hujan lebat, misalnya es (badai
es), atau
angin yang membawa suatu zat melalui atmosfer (seperti badai pasir, badai salju, dll). Badai terjadi sewaktu suatu pusat tekanan rendah
terbentuk dengan dikelilingi oleh suatu sistem bertekanan tinggi. Kombinasi gaya yang berlawanan ini dapat menciptakan angin dan menimbulkan
pembentukan awan badai, seperti kumulonimbus. Wilayah kecil dan terlokalisasi
yang bertekanan rendah dapat terbentuk dari udara panas yang naik dari permukaan yang
panas, yang akan menimbulkan gangguan yang lebih kecil seperti angin puyuh atau puting beliung.
1.
Badai
Guruh
Badai guruh
dapat terjadi secara individu atau dalam kelompok sel-sel yang dikaitkan dengan
wilayah konvergensi skala meso atau front skala sinoptik. Dalam banyak hal
badai guruh dapat menyebabkan banjir, angin kencang, bahaya batu es hujan,
bahaya petir yang dapat menyebabkan hilangnya nyawa manusia.
Badai guruh
banyak terjadi di wilayah tropis dan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Badai
guruh termal atau konvektif (convective
or thermal thunderstorms). Badai ini
disebabkan oleh pemanasan permukaan dari radiasi matahari . Karakterisitik badai
ini adalah pertumbuhan cepat, wilayah kurang luas, hujan lebat (shower) lokal, arus udara ke baweah kuat
dan angin rebut (squalls) local,
serta adanya resiko hujan es batu lokal dan petir. Karena badai ini tumbuh dengan cepat maka peringatan ini
sulit dilakukan.
b. Badai duruh orografik (orographic thunderstorm). Badai ini terjadi jika udara tidak stabil
secara bersyarat atau konvektif naik akibat pegunungan.
Badai guruh yang dikaitkan dengan gangguan tropis seperti
badai tropis, monsoon, gelombang timuran (easterly wave) dan sebagainya.
2.
Badai
Petir
Petir adalah sebuah kejutan listrik yang
terjadi dalam sebuah badai petir. Dapat terlihat dalam bentuk garis terang dari
langit. Temperatur kejutan petir dapat lima kali lebih panas dari permukaan
matahari. Sebuah badai petir,
juga disebut badai listrik dan badai guntur, merupakan bentuk
cuaca yang dikenali dari munculnya guntur dan petir.
Bila jumlah air yang banyak dan berasal dari awan diketahui,
kemudian total energi sebuah badai petir dapat dihitung. Pada badai petir
sedang, energi yang dilepaskan mencapai 10.000.000 kilowatt jam (3.6×1013
joule), yang sama dengan bom nuklir 20 kiloton. Badai petir besar dapat 10 hingga 100 kali
lebih kuat.
Badai petir terjadi di seluruh dunia, bahkan di wilayah
kutub sekalipun, dengan frekuensi terkuat di daerah hutan hujan tropis, dimana mereka terjadi setiap hari.
Kampala dan Tororo di Uganda telah dianggap sebagai tempat
paling banyak petir di Bumi, gelar ini juga diberikan pada Bogor di Jawa, Indonesia atau Singapura.
Beberapa badai petir terkuat dan berbahaya terjadi di
Amerika Serikat terutama di Midwest dan negara bagian selatan. Badai tersebut dapat membuat
sebuah tornado. Setiap musim semi, pemburu
badai
pergi ke Great
Plains
Amerika Serikat dan Canadian Prairies untuk menjelajah aspek visual dan ilmiah
badai dan tornado.
3.
Badai
Salju
Badai salju terjadi saat udara yang hangat dan
basah bertemu dengan udara yang dingin. Massa udara yang hangat dan basah dan
massa udara yang dingin tersebut dapat mencapai diameter 1000 km atau lebih. Badai salju yang mempengaruhi Amerika Serikat Timur Laut sering mendapatkan uap
air dari udara yang berpindah ke utara dari Teluk Meksiko dan udara yang dingin dari massa
udara yang datang dari Arktik. Di Amerika Serikat Barat Laut,
udara yang hangat dan basah dari Samudera Pasifik mendingin saat didorong ke atas
oleh pegunungan. Banyak hal yang berbeda dapat mempengaruhi gerakan, isi
uap, dan suhu massa udara. Semua perbedaan tersebut
mempengaruhi jenis dan keparahan badai salju.
4.
Badai
Flora
Badai Flora adalah salah satu siklon tropis Atlantik paling mematikan dalam catatan
sejarah,
dengan total korban mencapai 7000 jiwa. Siklon tropis ketujuh dalam musim siklon
tropis Atlantik 1963 ini berkembang dalam bentuk
gangguan di Intertropical Convergence Zone pada 26 September, 1215 km barat daya Tanjung Verde. Setelah beberapa hari aktivitas
lemah, pada 29 September, badai ini dengan cepat mencapai
status badai tropis. Flora terus menguat hingga mencapai Kategori 3 sebelum
bergerak melalui Kepulauan Windward dan Tobago dan mencapai kecepatan angin
lestari maksimum (maximum sustained winds) 230 km/jam di Laut Karibia. Badai menghantam barat daya Haiti dengan intensitas mendekati puncak,
berbelok ke barat, dan melanda Kuba selama empat hari sebelum berbelok
ke timur laut. Flora melewati Bahama dan bergerak dipercepat terus ke
timur laut menjadi siklon
ekstratropis
pada 12 Oktober 1963.
5.
Badai
Tropis
Badai Tropis (disebut juga dengan Typhoon atau Tropical Cyclone) adalah
pusaran angin kencang dengan diameter Sampai dengan 200 km dan berkecepatan
> 200 km/jam serta mempunyai lintasan sejauh 1000 km. Dengan kecepatan angin
sedemikian, sebuah badai tropis yang melintasi daratan dapat mengakibatkan
kerusakan yang sangat hebat. Tidak hanya pohon-pohon yang tercabut dari
akarnya, bangunan-bangunan permanen tersapu, mobil besar, kereta api, dan
benda-benda besar atau berat lainnya terangkat dan beterbangan, serta menimbulkan ribuan korban jiwa. Ia bisa
tumbuh ketika suhu muka laut berada di atas 27 oC dan bisa dideteksi
kemungkinan tumbuhnya sejak tiga hari sebelumnya. Karena bertambahnya faktor
kekasaran permukaan dan kehilangan sumber kelembabannya, badai akan melemah
ketika masuk ke daratan.
Pemanasan global (global warming) pada dasarnya
merupakan fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena
terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect) yang disebabkan oleh
meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4),
dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam
atmosfer bumi. Berbagai literatur menunjukkan kenaikan temperatur global termasuk
Indonesia yang terjadi pada kisaran 1,5 - 40 Celcius pada akhir abad 21.
Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius
bagi lingkungan bio-geofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air
laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim,
punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dsb).
Sedangkan dampak bagi aktivitas sosial-ekonomi masyarakat meliputi : (a)
gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota pantai, (b) gangguan terhadap
fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan, pelabuhan dan bandara (c)
gangguan terhadap permukiman penduduk, (d) pengurangan produktivitas lahan
pertanian, (e) peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit, dsb). Dalam
makalah ini, fokus diberikan pada antisipasi terhadap dua dampak pemanasan
global, yakni : kenaikan muka air laut (sea level rise) dan banjir.
D. PERISTIWA EL NINO
DAN LA NINA
Fenomena
alam ini cukup menjadi perbincangan beberapa tahun terakhir. Beberapa bencana
alam dalam rentang area yang luas banyak disebut disebabkan ulah fenomena ini.
El Nino dan La Nina sesungguhnya adalah kondisi abnormal iklim pada area
Samudra Pasifik yang terletak pada daerah ekuatorial. Kedua gejala alam ini
mempunyai kondisi anomali yang berbeda, El Nino dicirikan dengan naiknya
suhu permukaan laut (warm phase) sedangkan La Nina mempunyai kondisi
yang sebaliknya yaitu turunnya suhu permukaan air laut (cold
phase) pada area katulistiwa Samudra Pasifik.
El Nino dan
La Nina sendiri baru dimasukkan kedalam istilah bahasa ilmiah pada tahun 1997,
dalam bahasa asli (Amerika Selatan) La Nina berarti si gadis kecil sedangkan El
Nino berarti si buyung kecil. Sesungguhnya fenomena ini sudah berjalan
dalam waktu yang panjang, tetapi baru dapat diidentifikasi dalam beberapa tahun
terakhir. Selama kurun 78 tahun telah terjadi 23 kali gejala El Nino dan 15
kali La Nina. El Nino sendiri terjadi dengan selang antara 3 sampai 7 tahun.
Dampak yang
ditimbulkan oleh anomali alam ini memang cukup luar biasa dalam rentang area
yang luas antara lain kekeringan, kekurangan pangan dan banjir. Beberapa
bencana kekeringan dan banjir yang terjadi di Indonesia juga disebabkan oleh El
Nino atau La Nina. Akan tetapi penelitian lebih lanjut menemukan bahwa tidak
semua anomali ini menimbulkan dampak negatif. Sebuah riset menunjukkan bahwa El
Nino menurunkan intensitas dan jumlah badai Atlantik dan tornado yang melintasi
bagian tengah Amerika Serikat. (edy yuvera:nationalgegraphic dan internet
source).
E. PERISTIWA
GELOMBANG PASANG
Gelombang
pasang adalah gelombang air laut yang
melebihi batas normal dan dapat menimbulkan bahaya baik di lautan, maupun di
darat terutama daerah pinggir pantai. Umumnya gelombang pasang terjadi karena
adanya angin kencang/topan, perubahan cuaca yang sangat cepat, dan karena ada
pengaruh dari gravitasi bulan maupun matahari. Kecepatan gelombang pasang
sekitar 10-100 Km/jam.
Gelombang pasang sangat berbahaya bagi kapal-kapal yang
sedang berlayar pada suatu wilayah yang dapat menenggelamkan kapal-kapal
tersebut. Jika terjadi gelombang pasang di laut akan menyebabkan tersapunya
daerah pinggir pantai atau disebut dengan abrasi. Karakteristik Terjadinya Gelombang Pasang:
a.
Angin
kencang
b. Terjadinya
badai di tengah laut dan menyebabkan terjadinya gelombang pasang di pinggir
pantai.
c.
Perubahan
cuaca yang tiba-tiba menjadi gelap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar