Kamis, 10 Oktober 2013

Bentukan Lahan Karst



A.Pengertian karst

Karst merupakan istilah dalam bahasa Jerman yang diturunkan dari bahasa Slovenia (kras) yang berarti lahan gersang berbatu. Istilah ini di negara asalnya sebenarnya tidak berkaitan dengan batugamping dan proses pelarutan, namun saat ini istilah kras telah diadopsi untuk istilah bentuklahan hasil proses perlarutan. Ford dan Williams (1989) mendefini-sikan karst sebagai medan dengan kondisi hidrologi yang khas sebagai akibat dari batuan yang mudah larut dan mempunyai porositas sekunder yang berkembang baik. Karst dicirikan oleh:

1.   Terdapatnya sejumlah cekungan (depresi) dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi, cekungan tersebut digenangi air atau tanpa air dengan kedalaman dan jarak yang berbeda-beda.

2. Bukit-bukit kecil dalam jumlah banyak yang merupakan sisi-sisi erosi akibat pelarutan kimia pada batu gamping, sehingga terbentuk bukit-bukit (conical hills).

3. Sungai-sungai tidak mengalami perkembangan pada permukaan. Sungai pada daerah karst umumnya terputus-putus, hilang kedalam tanah dan begitu saja muncul dari dalam tanah.

4.Terdapatnya sungai-sungai di bawah permukaan, adanya gua-gua kapur pada permukaan atau di atas permukaan.

5.  Terdapatnya endapan sedimen lumpur berwarna merah (terrarosa) yang merupakan endapat resedual akibat pelapukan batu gamping.

6. Permukaan yang terbuka mempunyai kenampakan yang kasar, pecah-pecah atau lubang-lubang mapun runcing-runcing (lapies).

Topografi karst adalah bentukan rupa bumi yang unik dengan kenampakan atau fenomena khas akibat proses pelarutan dan pengendapan kembali CaCO3 diatas dan dibawah permukaan bumi. Selain itu, bentang alam seperti karst juga dapat terjadi dari proses pelapukan, hasil kerja hidrolik misalnya pengikisan, pergerakan tektonik, pencairan es dan evakuasi dari batuan beku (lava). Karena proses utama pembentukanya bukan pelarutan, maka bentang alam demikian disebut pseudokarst. Sementara itu karst yang terbentuk oleh pelarutan disebut truekarst.

Pengklasifikasian daerah karst berdasarkan pada keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral 1456.k/20/MEM/2000 tentang pedoman pengelompokan kawasan karst:

1.   Kawasan karst kelas 1
Berfungsi sebagai kawasan yang menyimpan air, terdapat gua-gua dan sungai bawah tanah yang aktif, gua-gua yang ada peninggalan sejarah. Berdasarkan hasil penelitian dari pola kelurusan lembah (sturktur) dapat dilihat bahwa kelurusan di daerah ini umumnya panjang dan lebar, pola demikian dapat diterangkan bahwa proses pelarutan di daerah ini berjalan sangat intensif, dengan lembah yang luas akan sangat mudah untuk menampung air hujan yang kemudian diteruskan melalui pori-pori gerowong yang pada akhirnya akan membentuk sistem pola pengaliran dibawah tanah. Pantai yang masuk ke daratan akan mempunyai flora dan fauna yang khas. Terdapatnya sungai permukaan yang tiba-tiba hilang merupakan salah satu ciri adanya sungai bawa tanah.
2.  Kawasan karst kelas 2
Kawasan ini mempunyai kritreria sebagai pengimbuh air bawah tanah, mempunyai jaringan gua-gua yang tidak aktif. Kawasan ini terdapat di daerah Purwosari dan Girisobo dari citra bahwa pola kelurusan lembah pendek dan sempit yang menidenditikasikan bahwa daerah ini bukan merupakan daerah penyimpan air. Keberadaan batugamping di sini berbeda dengan batugamping di kawasan kelas 1, dikawasan kelas 2 batugampingnya relatif lebih tipis karena berada di daerah tinggian, sehingga proses pelarutan pada daerah lembah tidak seintensif pada kawasan kelas 1.
3.  Kawasan karst kelas 3
Kawasan ini tidak memiliki kriteria seperti diatas, kawasan ini terletak di daerah Wonosari yang dicirikan olah adanya bukit-bukit yang bentuknya melengkung. Bentuk bukit yang demikian disebabkan karena daerah ini terdiri dari perselingan batugamping berlapis, batupasir gampingan dan napal. Yang mempunyai tingkat pelarutan yang berbeda.

Ada beberapa factor yang mempengaruhi topografi karst sehingga kawasan karst yang satu dengan yang lainnya bisa berbeda. Adapun perbedaan tersebut ditimbulkan oleh :
1.   Perbedaan litologi atau susunan Batu Gamping. Ada yang tersusun 100 % dari mineral Kalsit (CaCO3), adapula yang tercampur dengan mineral lain seperti Dolomit (CaMGCO3), Gypsum (CaSO4.2H2O), Mangan, Aluminium atau kwarsa dll.
2.  Perbedaan Ketebalan lapisan Batu Gamping.
3.  Perbedaan Compactness (Kemampatan).
4.  Perbedaan system celah rekah yang ada sejak terbentuknya lapisan Batu Gamping.
5.  Pengaruh Intensitas curah hujan daerah sekitar.
6.  Pengaruh Jenis Vegetasi yang berbeda.
7.Pengaruh Manusia yang membongkar Batu Gamping atau menanaminya setelah membabat habis Vegetasi Primer.
8.  Pengaruh titik elevasi kawasan atau ketinggian dari permukaan air laut.
9.  Pengaruh ketebalan lapisan tanah penutup (Top Soil) pada kawasan tersebut.
10.   Pengaruh Tektonisme terhadap bentuk fisik dan system celah rekah.

B. Karakteristik Bentuk Lahan Karst
Bentuk lahan kawasan karst memiliki karakteristik berupa bentukan negative yang tertutup dengan berbagai ukuran dan susunan, pola drainase yang terputus–putus, gua–gua dan aliran sungai bawah tanah. Bentukan alam permukaan kawasan karst sangat beragam dan tiap daerah memiliki ciri atau bentukan yang berbeda. Ada yang berbentuk seperti menara atau disebut Tower Karst, ada yang berbentuk Cawan Terbalik atau biasa disebut Conical Hill. Antara bukit–bukit Karst Tower dan Conical bisa terlihat lembah–lembah yang lebar atau sempit. Bukit–bukit tersebut terkadang terpisah oleh suatu dataran yang luas akan tetapi terkadang juga ada yang saling berdempetan dengan bentuk yang simetris atau asimetris dengan tinggi yang relative hampir sama. Kawasan Karst yang belum dijamah oleh manusia (Agraris dan Pertambangan) biasanya masih tertutup Vegetasi yang lebat bahkan bisa tidak terlihat dari kejauhan bahwa daerah tersebut adalah daerah karst. Terkecuali Vegetasi tersebut telah dibabat oleh aktivitas manusia seperti, Pertanian, Pertambangan, Penebangan Liar. Vegetasi kawasan karst juga bisa habis akibat gerakan Gletser yang menerjang kawasan tersebut beberapa juta tahun yang lalu. Akibat dari aktivitas tersebut maka timbullah penggundulan dan pengikisan permukaan karst.
Perkembangan bentuklahan karst sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Variasi tersebut disebabkan oleh faktor-faktor yang mengontrol perkembangannya, seperti  batuan, struktur geologi, vegetasi, dan iklim. Faktor-faktor tersebut secara bersama-sama menentukan intensitas dan kecepatan karstifikasi. Hasil dari proses karstifikasi tersebut adalah bentuklahan karst.
1.   Bentuklahan karst makro
Morfologi karst makro di suatu wilayah dapat meliputi beberapa kombinasi dari bentukan negatif berupa dolin, uvala, polje, atau ponor; dan bentukan positif berupa kegel, mogote, atau pinacle (Sweeting, 1972, Trudgil, 1985; White, 1988; dan Ford dan williams, 1996).
2.  Bentuklahan karst mikro
Morfologi mikro daerah karst dalam literatur dan artikel karst diistilahkan dengan karren (bahasa Jerman) atau lapies (bahasa Prancis).  Dimensi karren bervariasi dari 1 hingga 10 meter, sedangkan mikro karen mempunyai demensi kurang dari 1 cm (Ford dan Williams, 1996). Karren dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok, yaitu bentuk membulat, bentuk memanjang yang terkontrol oleh kekar, bentuk linier yang terkontrol proses hidrolik, dan bentuk poligonal.

C. Klasifikasi karst
Klasifikassi karst secara umum telah dikategorikan menjadi tiga kelompok, antara lain :
1.   Klasifikasi Cvijic
a. Holokarst, merupakan karst dengan perkembangan sempurna, baik dari sudut pandang bentuklahannya maupun hidrologi bawah permukaannya. Terjadi bila perkembangan karst secara horizontal dan vertical tidak terbatas,batuan karbonat masif dan murni dengan kekar vertikal yang menerus dari permukaan hingga batuan dasarnya, serta tidak terdapat batuan impermeable yang berarti. Di Indonesia karst tipe ini jarang ditemukan karena besarnya curah hujan menyebabkan sebagian besar karst terkontrol oleh proses fluvial.
b.  Merokarst, merupakan karst dengan perkembangan tidak sempurna atau parsial dengan hanya mempunyai sebagian ciri bentuklahan karst. Merokarst berkembang di batugamping yang relatif tipis dan tidak murni, serta khususnya nila batugamping diselingi oleh lapisan batuan napalan. Perkembangan secara vertical tidak sedalam perkembangan holokarst dengan evolusi relief yang cepat. Erosi lebih dominan dibandingkan pelarutan dan sungai permukaan berkembang. Merokarst pada umunya tertutup oleh tanah, tidak ditemukan dolin, goa, swllow hole berkembang hanya setempat-setempat. Sistem hidrologi tidak kompleks, alur sungai permukaan dan bawah permukaan dapat dengan mudah diidentifikasi. Drainase bawah tanah terhambat oleh lapisan impermeable. Contoh karst tipe ini yang terdapat di indonesia adalah karst disekitar Rengel Kabupaten Tuban.
c.   Karst Transisi, berkembang di batuan karbunat relatif tebal yang memungkinkan perkembangan karst bawah tanah, akan tetapi batuan dasar yang impermeable tidak sedalam di holokarst, sehingga evolusi karst lebih cepat. Lembah fluvial lebih banya dijumpai dan polje hamper tidak ditemukan. Contoh karst transisi di Indonesia adalah Karst Gunung Sewu (Gunungkidul, Wonogiri, dan Pacitan), Karst Karangbolong (Gombong), dan Karst Maros (Sulsel).

2.  Klasifikasi Gvozdeckij (1965)
a.   Bare karst, lebih kurang sama dengan karst Dinaric (holokarst)
b. Covered karst, merupakan karst yang terbentuk apabila batuan karbonat tertutup alluvium, material fluvio-glasial, atau batuan lain seperti batu pasir.
c. Soddy karst / soil covered karst, merupakan karst yang berkembang di batu gamping yang tertutup oleh tanah atai terarossa yang berasal dari pelarutan batugamping.
d. Burried karst, merupakan karst yang telah tertutup oleh batuan lain, sehingga bukti karst hanya dapat dikenali melalui data bor.
e.  Tropical karst of cone karst, merupakan karst yang terbentuk di daerah tropis.
f.   Permaforst karst, merupakan karst yang terbentuk di daerah bersalju.

3.  Klasifikasi Sweeting
a. True karst, merupakan karst dengan perkembangan sempurna. Karst yang sebenarnya harus meupakan karst dolin yang disebabkan oleh pelarutan karst secara vertical. Semua kast yang bukan tipe karst dolin dikatakan sebagai deviant. Contohnya adalah karst Dinaric.
b.  Fluvio karst, dibentuk oleh kombinasi proses fluvial dan proses pelarutan. Fluvio karst pada umumnya terjadi pada daerah batugamping yang dilalui oleh sungai alogenik (sungai berhilir di daerah non karst). Sebaran batu gamping baik secara vertical maupun lateral jauh lebih kecil dari pada true karst. Permukaan batugamping pada umumnya tertutup oleh tanah yang terbentuk oleh proses erosi dan sedimentasi proses fluvial. Singkapan batugamping ditemukan bila telah terjadi erosi yang terjadi karena penggundulan hutan. Lembah sungai permukaan dan ngarai banyak ditemukan. Bentukan hasil dari proses masuknya sungai permukaan ke bawah tanah dan keluarnya kembali sungai bawah ke permukaan merupakan fenomena yang banyak dijumpai (lembah buta dan lembah saku).
c.   Glasio karst, merupakan karst yang terbentuk karena karstifikasi yang didominasi oleh proses glasiasi dan pross glacial di daerah batugamping. Terdapat di daerah berbatugamping yang pernah ,mengalami proses glasiasi. Dicirikan oleh kenampakan hasil penggogosan, erosi, dan sedimentasi glacier. Hasil erosi glacier pada umumnya membentuk limstoe pavement. Erosi lebih intensif terjadi disekitar kekar menghasilkan cekungan dengan lereng terjal memisahkan pavement satu dengan yang lainnya. Dolin terbentuk terutama oleh hujan salju. Contohnya karst di lereng atas pegunungan alpen.
d.  Nival karst, merupakan karst yang terbentuk karena karstifikasi oleh hujan salju pada lingkunagn glacial dan periglasial.
e.  Tropical karst, merupakan karst yang terbentuk pada daerah tropis. Tropical karst secara umum dibedakan menjadi kegelkarst dan turmkarst. Kegelkarst dicirikan oleh kumpulan bukit-bukit berbentuk kerucut yang sambung menyambung. Sela antar bukit kerucut membentuk cekungan dengan bentuk seperti bintang yang dikenal dengan cockpit. Cockpit sering membentuk pola kelurusan sebagai akibat control kekar atau sesar. Contoh di Indonesia adalah Karst Gunung sewu dan Karst Karanagbolong. Turmkarst, dicirikan dengan bukit-bukit dengan lereng terjal, biasanya ditemukan dalam kelompok yang dipisahkan satu sama lain dengan sungai atau dataran alluvial. Beberapa ahli beranggapan bahwa turmkarst merupakan bentukan lebih lanjut dari kegelkarst karena kondisi hidrologi tertentu. Distribusi sebaran bukit dan menara pada umumnya dikontrol oleh kekar atau sesar dengan ukuran yag bervariasi. Kontak dari menara dengan dataran alluvium merupakan tempat pemunculan mata air dan perkembangan gua.

4.  Tipe karst yang lain
a. Labyrint karst, karst yang dicirikan oleh koridor-koridor memanjang yang terkontrol oleh adanya kekar atau sesar. Morfologi karst tersusun oleh blok-blok batugamping yang dipisahkan satu sama lain oleh koridor karst. Terbentuk karena pelarutan yang jaul lebih intensif di jalur sesar dan patahan. Contoh di Indonesia adalah di Papua dan sebagian Gunungsewu.
b. Karst polygonal, merupakan penamaan yang didasarjan dari sudut pandang morfometri dolin. Dapat berupa kerucut karst maupun menara karst. Karst dikatakan poligonal apabila semua batuan karbonat telah berubah menjadi kumpulan dolin-dolin dan dolin telah bersambung dengan lainnya.
c.   Karst fosil, merupakan karst yang terbentuk pada masa geologi lampau dan saat ini proses karstifikasinya sudah berhenti. Tipe ini dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, bentuklahan tinggalan (relict landform) yaitu karst yang dibentuk pada waktu geologi sebelumnya dan tidak tertutupi batuan lainnya. Kedua, bentuklahan tergali (exhumed landform) yaitu karst yang dibentuk pada waktu geologi sebelumnya dan tidak tertutupi batuan non karbonat yang selanjutnya muncul ke permukaan karena batuan ataonya telah tersingkap oleh proses denudasi.

D.Permasalahan di Daerah Karst
Seperti yang telah kita ketahui bahwa 25 % permukaan bumi merupakan kawasan karst, sehingga 25 % kehidupan dunia pun tergantung pada kawasan ini. Keunikan kawasan karst itu sendiri terletak pada fenomena melimpahnya air bawah permukaannya yang membentuk jaringan sungai bawah tanah, namun di sisi lain, kekeringan tampak di permukaan tanahnya. Kawasan karst merupakan kawasan yang mudah rusak. Batuan dasarnya mudah larut sehingga mudah sekali terbentuk gua-gua bawah tanah dari celah dan retakan. Mulai banyaknya permukiman penduduk yang terdapat di daerah ini akan berpengaruh terhadap tingginya tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan. Serta bahaya dari alam sendiri berupa bencana alam guguran batuan dan runtuhnya gua bawah tanah.
Keberadaan air tanah ini sangat dipengaruhi karakteristik wilayah baik faktor dari luar cuaca-iklim dan manusia maupun faktor dari dalam yaitu kondisi geologi. Pada daerah karst, dimana daerahnya tersusun dari batuan kapur yang kemampuan meloloskan airnya relatif tinggi, sehigga pada musim kemarau penduduk sering kesulitan untuk mendapatkan air tanah. Selama ini penduduk setempat belum mempunyai perhitungan secara tepat untuk menentukan sumber air yang potensial. Karakteristik wilayah di ekosistem karst sangat spesifik menimbulkan berbagai permasalahan terutama menyangkut fungsi dan daya dukung ekosistem karst terhadap aktivitas kehidupan manusia yang berada di dalamnya. Berbagai permasalahan yang muncul utamanya disebabkan oleh kurang tersedianya air terutama pada musim kemarau. Karakteristik fisik formasi karst memberikan sistem drainase yang unik dan didominasi oleh aliran bawah permukaan. Dengan kondisi tersebut pada musim penghujan, air hujan yang jatuh di daerah karst tidak dapat tertahan di permukaan tanah tetapi akan langsung masuk ke jaringan sungai bawah tanah. Sumber air permukaan hanya diperoleh dari sisa-sisa air hujan yang belum sempat meresap kedalam tanah sehingga pada musim kemarau sering terjadi kekeringan dan kekurangan pasokan air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kawasan karst yang didominasi batuan dengan solum yang sangat tipis membentuk suatu kawasan lahan kritis yang luas.
Di kalangan ahli lingkungan, kawasan karst merupakan kawasan yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Hal ini disebabkan kawasan karst memiliki daya dukung yang rendah, dan sukar diperbaiki jika sudah terlanjur rusak. Kegiatan-kegiatan manusia yang menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan karst antara lain adalah kegiatan penambangan, pertanian, peternakan, penebangan hutan, pembangunan jalan dan pariwisata. Kegiatan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan bentang alam karst, hilangnya mata air, menurunnya keanekaragaman hayati, banjir dan pencemaran air permukaan.
Kawasan karst memiliki fungsi yang beragam termasuk ekonomi, ekologi, maupun sosial budaya khususnya masyarakat yang ada di sekitar kawasan. Sebagian besar kawasan karst telah mengalami degradasi lingkungan akibat belum jelasnya status untuk kawasan itu sendiri. Permasalahan yang kerap terjadi di kawasan karst adalah persepsi dan apresiasi pemerintah dan masyarakat yang masih rendah, dan ahli karst di Indonesia yang masih sangat minim. Ahli hidrologi, arkeologi, paleontologi karst masih sangat langka di Indonesia. Pandangan ahli geologi di Indonesiapun masih cenderung menganggap kawasan karst sebagai bahan galian khususnya untuk bahan baku industri semen dan marmer.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar