Agihan
adalah persebaran suatu objek tertentu. Kondisi iklim dan cuaca suatu wilayah berpengaruh besar
terhadap keadaan makhluk hidup yang tinggal di dalamnya. Di samping manusia,
flora dan fauna unsur abiotik pun sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim.
Bentang alam, bentang budaya, kebiasaan hidup, bahkan tradisi hidup manusia di
suatu daerah merupakan cerminan dari kondisi iklim daerah tersebut. Kondisi
tersebut dapat dilihat dari jenis bahan dan bentuk rumah, jenis dan bentuk
pakaian, makanan pokok penduduk, jenis alat transportasi, dan sebagainya.
A. Korelasi antara Tipe Iklim dan
Bentang Alam
Bentang
lahan adalah gabungan dari bentuk lahan, yaitu kenampakan tunggal seperti bukit
atau sebuah lembah sungai. Kombinasi dari kenampakan-kenampakan tersebut
membentuk suatu bentang lahan. Bentang alam adalah bagian yang tampak langsung
di alam seperti permukaan tanah, vegetasi, dan daerah perairan. Perubahan
bentang alam relatif sangat kecil jika dibandingkan dengan bentang budaya.
Komponen bentang alam relatif stabil keberadaannya, sedangkan bentang budaya
yang terdiri dari komponen pokok manusia dan juga lingkungannya lebih bersifat
dinamis dan selalu mengalami perubahan.
Perubahan
penggunaan lahan dari hutan ke pertanian merupakan salah satu ciri perubahan
bentang alam yang stabil menjadi bentang budaya akibat interaksi dan kebutuhan
manusia untuk mempertahankan hidupnya. Demikian juga pertambahan penduduk yang
menuntut penambahan sarana perumahan dan fasilitas hidup tentu makin mengurangi
luas areal bentang alam. Hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan
alam merupakan salah satu indikator seberapa jauh manusia mampu menyesuaikan
diri dan beradaptasi dengan lingkungan alamnya.
Bentang
alam yang berubah menjadi bentang budaya menimbulkan perubahan perilaku,
kebiasaan, dan budaya penduduk. Sebagai contoh penambahan dan perluasan jalan
dan penambahan lokasi permukiman menuntut adanya penambahan fasilitas lain
apalagi jika ditambah dengan pembangunan pertokoan besar dan lokasi industri.
Iklim
di suatu tempat dapat mencerminkan sejauh mana kemajuan peradaban dan
kebudayaan di suatu tempat. Hal tersebut terjadi karena faktor berikut.
1. 1. Iklim dapat membatasi atau mendukung
aktivitas dan perilaku manusia
a. Manusia cenderung memilih tempat
tinggal di daerah yang beriklim baik. Contohnya di daerah beriklim sedang,
artinya tidak terlalu panas ataupun dingin dan terdapat sumber air.
b. Bidang-bidang usaha tertentu seperti
pertanian dan perkebunan, sangat dibatasi oleh kondisi iklim yang ekstrem yaitu
terlalu dingin, panas, atau kering.
2. 2. Kesehatan manusia sangat dipengaruhi
oleh kondisi dan perubahan iklim.
a. Penyakit yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk seperti demam berdarah dan malaria terjadi pada musim penghujan
dan terjadinya genangan-genangan air.
b. Penyakit diare dan muntah berak
terjadi pada musim panas yang banyak hujan, yang biasanya disebabkan oleh
sanitasi dan tingkat kebersihan penduduk yang kurang karena pengaruh hujan.
B. Iklim dan Pengaruhnya terhadap
Jenis-Jenis Vegetasi Alam
Faktor
iklim suatu daerah berpengaruh besar terhadap persebaran floranya, terutama
jumlah hujan dan temperaturnya. Tumbuhan di Indonesia hidup sepanjang tahun
karena suhu rata-rata yang cukup tinggi dan didukung persediaan air yang cukup.
Kondisi ini lain dengan negaranegara di daerah subtropis yang mengalami musim
gugur. Di Indonesia terdapat perbedaan jenis tumbuhan dan kemampuan tumbuh
flora di daerah yang satu dengan daerah yang lain. Berdasarkan jumlah hujan yang
berbeda-beda itu, flora di Indonesia dibagi menjadi sebagai berikut.
1.
Hutan
Hujan Tropis
Hutan
ini terdiri dari tumbuh-tumbuhan berpohon besar dan rindang yang berada di
daerah dengan suhu tinggi dan curah hujan yang tinggi pula. Tumbuhan yang hidup
seperti kamper, meranti, kruing, rotan, dan tumbuhan lainnya. Karakter lain
adalah adanya tumbuhan epifit yang hidup pada pohon-pohon besar tersebut,
antara lain, anggrek dan rotan. Di samping tumbuhan epifit juga terdapat
tumbuh-tumbuhan kecil berupa paku-pakuan, perdu, dan pakis di sela-sela
tumbuhan besar yang ada. Karena lebatnya, sinar matahari kadang tidak mampu
menembus sampai ke dalam hutan hujan tropis. Di Indonesia sebaran hutan hujan
tropis berada di Pulau Kalimantan, Sulawesi, Sumatra, dan Papua.
2.
Hutan
Musim
Hutan
musim adalah hutan yang keberadaan tanaman di dalamnya sangat tergantung oleh
musim, disebut juga hutan meranggas. Hutan meranggas berarti hutan yang
daun-daunnya meranggas di musim kemarau dan akan tumbuh lagi ketika musim hujan
datang. Hutan ini dapat ditemui pada daerah beriklim sedang yang terlihat
dengan nyata adanya musim gugur dan musim semi. Di Indonesia sebaran hutan
musim terdapat di Jawa dan Sulawesi yang berupa hutan jati, sengon, dan akasia.
3.
Sabana
Sabana
merupakan padang rumput yang berselang-seling dengan semak belukar dan berada
pada daerah dengan suhu yang tinggi dengan curah hujan sedikit. Di Indonesia
sabana terdapat di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, juga di
sebagian Sulawesi Tengah.
4.
Stepa
Stepa
merupakan padang rumput di daerah dengan curah hujan sedikit dan bersuhu udara
tinggi. Di Indonesia stepa dapat ditemui di Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara
Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
C. Hubungan Ketinggian Tempat dengan
Jenis Vegetasi
Makin
tinggi suatu tempat dari permukaan laut, suhunya akan semakin dingin. Oleh
karena itu, suhu di daerah pegunungan lebih dingin dibandingkan dengan dataran
rendah.
J.W. Junghuhn, seorang ahli tumbuhan dari Jerman, telah membagi kelompok
tumbuhan menurut tinggi rendahnya suatu tempat yang didasarkan pada tanaman
perkebunan, sebagai berikut:
1. Daerah panas, dengan ketinggian
antara 0-700 meter dpl, merupakan areal yang tepat untuk pertumbuhan tanaman
perkebunan seperti: cokelat, kopi, karet, tembakau, dan kelapa;
2. Daerah sedang, dengan ketinggian
antara 700-1.500 meter dpl, merupakan areal yang tepat untuk tanaman perkebunan
seperti: pinang, kopi, teh, dan kina;
3. Daerah dingin, dengan ketinggian
antara 1.500-2.500 meter, merupakan areal yang tepat untuk jenis tanaman
cemara;
4. Daerah sangat dingin, dengan
ketinggian antara 2.500-3.500 meter, merupakan areal yang tepat untuk
rumput-rumput kerdil dan hutan alpin;
5. Daerah salju, yang berketinggian
>3.500 meter, merupakan areal yang tidak mampu ditumbuhi tanaman karena
permukaannya diliputi salju.
D. Hubungan Bentang Lahan dan Keadaan
Tanah dengan Jenis Vegetasi
Bentang
lahan dengan tanah subur yang berasal dari material vulkanis merupakan tempat
yang biasa ditumbuhi oleh hutan lebat dan berbagai macam tumbuhan di dalamnya.
Daerah ini mempunyai jenis tanaman yang beraneka ragam yang biasa disebut hutan
heterogen. Bentang lahan dengan tanah kurang subur yaitu di tanah yang tandus
yang biasanya merupakan lapukan dari material kapur, lebih banyak ditumbuhi
oleh semak belukar, rumput, dan alang-alang. Bentang lahan daerah pantai
berawa-rawa dan bertanah lumpur yang biasa disebut daerah rawa, didominasi oleh
tumbuhan hutan mangrove (bakau).
E. Distribusi Jenis-Jenis Vegetasi Alam
Seorang
ahli biologi bernama Hart Meeriem pada tahun 1889, menemukan tipe agihan
tumbuhan berdasarkan variasi ketinggiannya. Ia menelusuri Gunung San Fransisco
mulai dari kaki hingga puncak. Meeriem berkesimpulan bahwa tipe tumbuhan pada
suatu daerah sangat tergantung pada temperatur dan kelembapannya. Terbukti
bahwa kelembapan lebih berperan daripada temperatur dalam tipe agihan tumbuhan.
Jenis tumbuhan besar membutuhkan curah hujan yang lebih tinggi daripada jenis
tumbuhan kecil. Akibatnya, semakin ke daerah bercurah hujan kecil dan sangat
kecil, akan semakin banyak kita lihat dominasi tumbuhan kecil seperti
belukar, padang rumput, dan akhirnya kaktus atau tanaman padang pasir pada
daerah yang sangat minim hujannya.
Di
dunia komunitas organisme tumbuhan dibagi menjadi enam macam tumbuhan utama
yang tersebar sepanjang perubahan kekeringan dan kelembapan. Enam macam
komunitas tumbuhan tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Padang
Rumput
Daerah
padang rumput mempunyai kisaran curah hujan sebesar 250 mm sampai dengan 500
mm/tahun, dan pada beberapa padang rumput, curah hujan dapat mencapai 1.000 mm.
Daerah ini terbentang dari daerah tropika sampai ke daerah subtropika. Karena
hujan yang turun tidak teratur dan kondisi porositas rumput yang relatif
rendah, tumbuhan kesulitan dalam mendapatkan air, sehingga hanya tumbuhan
rumput yang mampu bertahan hidup dan beradaptasi dengan kondisi tersebut.
2.
Gurun
Daerah
Gurun
mempunyai kisaran curah hujan sekitar 250 mm/tahun atau kurang sehingga
termasuk curah hujan rendah dan tidak teratur. Gurun banyak terdapat di daerah
tropis yang berbatasan dengan padang rumput. Keadaan alam dari padang rumput ke
arah gurun, biasanya makin jauh dari padang rumput kondisinya makin gersang.
Panas yang tinggi karena teriknya matahari mencapai >40° C sehingga
menimbulkan suhu yang panas di siang hari dan penguapan yang tinggi pula.
Amplitudo harian yaitu perbedaan pada siang dan malam hari sangat besar.
Tumbuhan yang hidup menahun di gurun adalah tumbuhan yang dapat beradaptasi
terhadap kekurangan air dan penguapan yang cepat, sehingga tumbuhan yang hidup
di gurun biasanya berdaun kecil seperti duri atau tidak berdaun, tetapi berakar
panjang untuk mengambil air. Jaringan spons pada tumbuhan di sini berfungsi
menyimpan air.
3.
Tundra
Daerah
tundra memiliki dua musim yaitu musim dingin yang panjang dan gelap serta musim
panas yang panjang serta terang terus-menerus. Daerah tersebut hanya terdapat
di belahan bumi utara dan terletak di sebagian besar lingkungan kutub utara.
Daerah tundra di kutub ini dapat mengalami gelap berbulan-bulan karena matahari
hanya mencapai 23½° LU/LS. Di daerah tundra banyak terdapat lumut dan pohon
yang tertinggi hanya berupa semak yang relatif pendek. Jenis lumut yang hidup,
antara lain, lumut kerak dan sphagnum. Tumbuhan semusim di daerah tundra
biasanya berbunga dengan warna yang mencolok dengan masa pertumbuhan yang
sangat pendek. Tumbuhan di daerah ini mampu beradaptasi terhadap keadaan dingin
meskipun dalam keadaan beku masih tetap bertahan hidup.
4.
Hutan
Basah
Hutan-hutan
basah tropika di seluruh dunia mempunyai persamaan, di antaranya, terdapatnya
beratus-ratus spesies tumbuhan di dalamnya. Sepanjang tahun hutan basah
mendapatkan cukup air sehingga memungkinkan tumbuhnya tanaman dalam jangka
waktu yang lama sehingga komunitas hutan tersebut akan sangat kompleks. Hutan
basah tropika terdapat di daerah tropika dan subtropika, misalnya, di
Indonesia, daerah Australia bagian Irian Timur, Amerika Tengah, dan Afrika.
Ketinggian
pohon-pohon utama berkisar antara 20 sampai dengan 40 meter dengan
cabang-cabangnya yang lebat sehingga membentuk tudung (canopy) yang mengakibatkan hutan menjadi gelap. Tidak ada sumber
air lainnya selain air hujan, dan air hujan sulit mencapai dasar hutan tersebut
secara langsung. Di dalam hutan ini juga terdapat perubahan-perubahan iklim,
tetapi hanya bersifat mikro (dari todung hutan sampai dasar hutan saja).
Kelembapan di hutan basah tinggi dan suhu sepanjang hari hampir sama sekitar
25° C. Di samping pepohonan yang tinggi, terdapat liana dan epifit yang berupa
rotan dan anggrek yang merupakan tumbuhan khas di daerah itu.
5.
Hutan
Gugur
Hutan
gugur tumbuh di daerah beriklim sedang. Di sana umumnya juga terdapat padang
rumput dan gurun. Curah hujan merata sepanjang tahun sebesar 750 sampai 1.000
mm per tahun. Terdapat pula musim dingin dan musim panas yang dengan adanya
musim tersebut tumbuhan di sana beradaptasi dengan menggugurkan daunnya
menjelang musim dingin. Musim gugur adalah musim yang ada sebelum musim dingin
tiba. Tumbuhan yang bersifat menahun dari musim gugur sampai dengan musim semi
berhenti pertumbuhannya, sedangkan tumbuhan yang sifatnya semusim akan mati
pada musim dingin. Tumbuhan semusim hanya meninggalkan bijinya saja dan hanya
mampu bertahan pada suhu dingin, dan akan berkecambah pada saat menjelang
musim panas tiba.
6.
Taiga
Taiga
adalah hutan pohon pinus yang daunnya seperti jarum dan merupakan bioma yang
hanya terdiri atas satu spesies pohon. Daerah persebarannya terdapat di belahan
bumi utara seperti Rusia, Siberia, dan Kanada. Beberapa contoh pohon yang hidup
di hutan taiga, antara lain: konifer, terutama pohon spruce (picea), alder (alnus), birch (betula), dan juniper (juniperus). Masa pertumbuhan spesies ini pada musim panas,
berlangsung antara 3 sampai dengan 6 bulan.