A. Definisi
Konservasi Tanah Dan Air
Kata
Konservasi berasal
dari kata Conservation yang terdiri
dari kata Con (together) dan servare
(keep/save) yang memiliki pengertian menganai upaya memelihara apa yang
kita punya (keep/save what you have),
namun secara bijaksana (wise use).
Ide ini dikemukakan oleh
Theodore Roosevelt (1902)
orang Amerika pertama yang mengemukakan konsep konservasi.
Menurut
Sitanala Arsyad (1989), konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah
pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan
memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi
kerusakan tanah. Sedangkan menurut Deptan (2006), konservasi air adalah upaya
penyimpanan air secara maksimal pada musim penghujan dan pemanfaatannya secara
efisien pada musim kemarau. Konservasi tanah dan konservasi air selalu berjalan
beriringan dimana saat melakukan tindakan konservasi tanah juga dilakukan
tindakan konservasi air.
B. Metode
Atau Teknik Dalam Konservasi Tanah Dan Air
Di
dalam konservasi tanah dan air, ada beberapa teknik dalam kegiatannya:
1.
Teknik
Mulsa Vertikal
Teknik
mulsa vertikal ini adalah salah satu teknik dalam konservasi tanah dan air.
Teknik ini adalah pemanfaatan limbah hutan yang berasal dari bagian tumbuhan
atau pohon seperti serasah, gulma, cabang, ranting, batang maupun daun-daun
bekas tebangan dengan cara memasukkannya ke dalam saluran atau alur yang dibuat
menurut kontur pada bidang tanah yang diusahakan (Pratiwi, 2005). Penerapan
mulsa vertikal pada dasarnya selalu dikombinasikan dengan pembuatan guludan. Peranan
dari teknik mulsa vertikal ini, antara lain (yang terdiri dari 3 komponen,
yaitu pemanfaatan limbah hutan (serasah), pembuatan saluran, dan guludan):
a. Limbah hutan (serasah) berfungsi
sebagai:
b. Menghasilkan
unsur-unsur hara penting bagi tanaman, yaitu limbah hutan yang dimasukkan dalam
saluran, akan terdekomposisi. Lalu aktivitas mikroba meningkat dalam proses
penghancuran atau dekomposisi bahan organik.
c. Biomas
segar yang telah dikomposisi tersebut merupakan media yang dapat menyerap dan
memegang massa air dalam jumlah besar sehingga penyimpanan air dalam tanah
dapat berjalan efisien.
d. Bahan
organik yang telah terkomposisi di dalam saluran dapat diangkat dan digunakan
sebagai kompos. Kompos ini akhirnya dapat memperbaiki kesuburan tanah.
e. Dapat
meningkatkan keragaman biota tanah, karena mulsa merupakan niche ekologi bagi
berbagai jenis biota tanah. Biota ini akan memanfaatkan energi dan unsur hara
di dalam mulsa dan akan menghasilkan senyawa organik yang dapat memantapkan
agregat tanah.
f. Limbah
hutan yang dimasukkan dalam saluran dapat berfungsi sebagai penghambat
penyumbatan pori makro dinding saluran oleh sedimen sehingga air akan mudah meresap
ke dalam saluran.
Saluran
berfungsi sebagai:
a. Adanya saluran maka infiltrasi akan
meningkat sehingga aliran permukaan yang menyebabkan erosi akan menurun tajam,
karena air akan masuk ke dalam saluran.
b. Saluran merupakan tempat menyimpan partikel
tanah yang terbawa oleh aliran dari bidang di atas saluran sehingga dapat
terendapkan di bagian saluran mulsa vertikal tersebut.
c. Dan guludan berfungsi sebagai
penahan aliran permukaan dan pertikel-partikel tanah sebelum tererosi ke bagian
hilir. Dengan demikian partikel-partikel tanah akan terhenti di bagian guludan
tersebut (www.dephut.go.id/files/Pratiwi).
2. Teknik Kebekolo
Masalah
berkurangnya kesuburan tanah untuk pertanian telah menyita perhatian dunia dan
konservasi tanah menjadi solusinya. Mengembangkan teknik konservasi tanah
dengan memperhatikan kearifan lokal dapat dijadikan salah satu pilihan. Salah
satu contoh adalah Kebekolo dari NTT. Apa itu Kebekolo?
Kebekolo
adalah barisan-barisan tumpukan kayu atau ranting yang disusun atau direntang
memotong lereng perbukitan pada lahan kering. Tumpukan-tumpukan itu dimaksudkan
untuk menahan erosi, yaitu tergerusnya tanah oleh aliran air permukaan ketika
hujan turun. Jarak antara tumpukan satu dengan tumpukan lain dibuat semakin
rapat tatkala tingkat kemiringannya lahan kering tersebut semakin tinggi.
Teknik
ini sangat efektif menahan erosi tanah permukaan. Tetapi kelemahan teknik
kebekolo ini adalah ketergantungan pada umur tumpukan kayu dan ranting
tersebut. Bila kayu atau ranting yang digunakan sudah menjadi lapuk atau
membusuk lalu rapuh dan hancur, tentunya teknik ini menjadi tidak efektif untuk
menahan erosi.
Resikonya secara periodik harus mengganti tumpukan kayu atau ranting yang telah membusuk tersebut.(www.litbang.deptan.go.id/berita/one/666/).
Resikonya secara periodik harus mengganti tumpukan kayu atau ranting yang telah membusuk tersebut.(www.litbang.deptan.go.id/berita/one/666/).
3. Teknik Teknologi Koservasi Tanah dan
Air
Untuk
menahan air dan mencegah kehilangan air melalui aliran permukaan, perkolasi,
dan evaporasi diperlukan teknologi konservasi air. Dan konservasi tanah
diterapkan untuk mengendalikan erosi dan mencegah degradasi lahan. Berikut
diuraikan berbagai macam teknologi konservasi tanah dan air:
a. Sistem pertanaman lorong adalah
suatu sistem dimana tanaman pangan ditanam pada lorong di antara barisan
tanaman pagar. Sistem in sangat bermanfaat dalam mengurangi laju limpasan
permukaan dan erosi, dan merupakan sumber bahan organik dan hara terutama N
untuk tanaman lorong.
b. Strip rumput adalah suatu sistem dimana
tanaman pangan ditanam pada lorong, tetapi tanaman pagarnya adalah rumput.
Strip rumput dibuat mengikuti kontur dengan lebar strip 0,5 meter atau lebih.
Semakin lebar strip, semakin efektif mengendalikan erosi.
c. Tanaman penutup tanah merupakan
tanaman yang ditanam tersendiri atau bersamaan dengan tanaman pokok. Bermanfaat
untuk menutupi tanah dari terpaan langsung curah hujan, mengurangi erosi,
menyediakan bahan organik tanah, dan menjaga kesuburan tanah.
d. Teras Gulud adalah sistem
pengendalian erosi secara mekanis yang berupa barisan gulud yang dilengkapi
rumput penguat gulud dan saluran air di bagian lereng atasnya. Ini mengurangi
laju limpasan permukaan dan menyebabkan resapan air
e. Teras bangku adalah teras yang
dibuat dengan cara memotong lurus dan meratakan tanah di bidang olah sehingga
terjadi deretan menyerupai tangga teras bangku. Ini berfungsi sebagai
pengendali aliran permukaan dan erosi.
f. Rorak adalah lubang atau penampung
yang dibuat memotong lereng yang berfungsi untuk menampung dan meresapkan air aliran
permukaan. Rorak ini berguna untuk memperbesar peresapan air ke dalam tanah,
memperlambat limpasan air pada saluran peresapan, dan sebagai pengumpul tanah
yang tererosi, sehingga sedimen tanah lebih mudah dikembalikan ke bidang olah.
g. Embung merupakan bangunan penampung
air yang berfungsi sebagai pemanen limpasan air permukaan dan air hujan.
Fungsinya sebagai penyedia air di musim kemarau.
h. Daun Parit adalah suatu cara
mengumpulkan atau membendung aliran air pada suatu parit dengan tujuan untuk
menampung aliran air permukaan, sehingga dapat digunakan untuk mengairi lahan
di sekitarnya. Daun parit dapat menurunkan aliran permukaan, erosi, dan
sedimentasi. (www.primatani.litbang.deptan.go.id/indek.php?)
4. Teknik Biopori
Teknik
ini dicetuskan oleh Dr. Kamir R. Brata, salah satu peneliti senior di IPT.
Teknik biopori ini sering disebut dengan Lubang Resapan Biopori (LRB), yaitu
metode resapan air yang ditujukan untuk membantu mengatasi banjir dan genangan
air serta sampah organik di pemukiman warga. Peningkatan daya resap air pada
tanah dikeluarkan dengan membuat lubang silindris yang dibuat secara pertikel
ke dalam tanah dengan melebihi kedalaman muka air tanah. Pada lubang itu
dimasukkan sampah organik berupa daun-daun, pangkasan rumput atau limbah dapur
sisa-sisa makanan untuk menghasilkan kompos. Sampah organik yang ditimbun di
dalam tanah akan menghidupi fauna tanah yang seterusnya mampu menciptakan
pori-pori di dalam tanah.
5. Teknik Groundwater Conservation Area
Merupakan
teknik yang mengusahakan suatu kawasan atau wilayah tertentu yang khusus
diperuntukkan sebagai daerah pemanenan air hujan (peresapan air hujan) yang
dijaga diversifikasi dan konstruksi apapun tidak boleh dibangun di atas area tersebut.
Untuk keperluan ini harus dipilih daerah yang mempunyai peresapan tinggi dan bebas dari kontaminasi polutan (A. Maryono dan E.N. Santoso, 2006).
Untuk keperluan ini harus dipilih daerah yang mempunyai peresapan tinggi dan bebas dari kontaminasi polutan (A. Maryono dan E.N. Santoso, 2006).
C. Manfaat
Konservasi Tanah dan Air
Pada
dasarnya konservasi merupakan pemberdayaan atau pemeliharaan terhadap alam dan
makhluk hidup. Manfaat-manfaat konservasi diwujudkan dengan:
a. Terjaganya kondisi alam dan
lingkungannya, berarti konservasi dilakukan dengan memelihara agar kawasan
konservasi tidak rusak.
b. Terhindarnya makhluk hidup dari
kepunahan, yang berarti jika gangguan-gangguan penyebab turunnya jumlah dan
mutu makhluk hidup terus dibiarkan tanpa upaya pengendalian akan berakibat
makhluk hidup tersebut menuju kepunahan bahkan punah sama sekali.
c. Terhindarnya dari bencana akibat
perubahan alam, berarti gangguan-gangguan terhadap flora dan fauna serta
ekosistemnya pada khususnya serta sumber daya alam pada umumnya menyebabkan
perubahan berupa kerusakan maupun penurunan jumlah dan mutu sumber daya alam
tersebut.
d. Mampu mewujudkan keseimbangan
lingkungan baik mikro maupun makro, bararti dalam ekosistem terdapat hubungan
yang erat antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
e. Mampu memberikan kontribusi terhadap
ilmu pengetahuan, berarti upaya konservasi sebagai sarana pengamatan dan
pelestarian flora yang sudah punah maupun belum punah dari sifat, potensi
maupun penggunaannya.