Setiap jenis tumbuhan yang berbeda
mempunyai daerah agihannya atau pemukimannya sendiri, yang seperti kita lihat,
bergantung pada sejarahnya, kemampuan bermigrasi, dan kemampuan beradaptasinya.
Memang sangat diragukan apakah
diantara ratusan ribu jenis tumbuhan yang berbeda-beda yang dikenal oleh dunia
ilmu pengetahuan ada dua yang mempunyai agihan yang persis sama dan
bagaimanapun, agihan itu berubah-ubah sepanjang masa. Konsekuensinya adalah
tidak praktis dan hampir tidak mungkin, untuk memperhatikan hal demikian itu
secara terinci, namun bila diterapkan pandangan yang luas, banyak fakta-fakta
yang menarik akan muncul, dan penyamarataan mungkin merupakan suatu hal yang
berharga. Karena, bila setiap sistem klasifikasi daerah agihan yang keras dan cepat
tentu akan bersifat artifisial, karena hal itu tidak akan mencerminkan
keanekaragaman alami yang diamati, beberapa kategori yang berguna, untuk tujuan
praktis, harus dan dapat dikenal secara luas.
Istilah area (range daerah agihan), dalam fitogeografi
diterapkan untuk seluruh daerah tumbuhnya suatu satuan taksonomi tertentu atau
suatu unit vegetasi (ekon). Dalam wilayah (daerah) itu sering perlu
diperhatikan agihan setempat, yang sering disebut topografinya, yang dalam
keadaan paling baik tidak lagi hampir kontinu berupa habitat yang sesuai untuk
kesatuan atau unit yang bersangkutan. Karena, bila batas-batas iklim umumnya
merupakan batas utama tumbuhan, faktor-faktor biotik, topografi, dan
faktor-faktor tanah setempat mungkin berpengaruh, walaupun bersifat sekunder,
pengaruh itu biasanya cukup besar, sering kali secara drastis membatasi daerah
agihan suatu jenis tumbuhan, dalam batas-batas yang ditentukan oleh iklim
terhadap faktor-faktor lain, sebaliknya menyajikan kondisi-kondisi yang menguntungkan.
Agihan flora dan fauna terbentuk karena adanya peristiwa
geologis yang terjadi pada jutaan tahun yang lalu, yaitu pada masa bumi masih
menjadi dua benua besar yang bernama Laurasia dan Gondwana. Kira-kira 280-225
juta tahun lalu semua benua masih tergabung dalam satu daratan yang sangat luas
yang disebut dengan Pangea. Lalu sekitar 200 juta tahun yang lalu Pangea
terbelah menjadi dua yakni Gondwana dan Laurasia. Gondwana kemudian terbelah
membentuk benua afrika, antartika, australia, Amerika Selatan, dan sub benua
India. Sedangkan Laurasia terbelah menjadi Eurasia dan Amerika Utara. Pada saat
benua ini terbelah-belah beberapa samudera baru muncul di sela-selanya.
Terbentuknya daratan baru tersebut menyebabkan flora dan fauna yang semula
dapat dengan bebas bermigrasi akhirnya terhambat oleh perubahan kondisi
geologis. Secara umum dapat disimpulkan bahwa persebaran flora dan fauna di
muka bumi ini dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu tekanan populasi,
persaingan, dan perubahan habitat.
Tipe dan Pembagian Wilayah Agihan Alami
1.
Wilayah Agihan Inerkontinental yang
Kontinu
Di antara sebab yang paling sering menimbulkan gangguan
(interupsi) adalah tidak adanya habitat yang sesuai, yang habitat-habitat itu
memang jauh terpisah atau terpencar jarang-jarang. Dalam keadaan demikian, adalah
masalah proporsi dan konsekuensinya pendapat, apakah suatu wilayah agihan harus
dipandang bersifat kontinu atau sebaliknya. Demikianlah, bila arenaria
peploides dijumpai di hampir semua pantai daerah iklim sedang dan sekitar
Kutub Utara, yang agihannya dalam arti luas dapat dipandang sebagai jelas
bersifat kontinu, biasanya tidak terdapat di daerah pedalaman dan sesuai dengan
itu dalam flora daerah-daerah secara individual jenis tumbuhan itu tidak
terdapat atau sesungguhanya mempunyai agihan yang terputus-putus (diskontinu, disjunct).
Sekali lagi, suatu wilayah agihan yang bersifat kontinu mungkin mempunyai
perpanjangan seperti pita yang menjorok di luar batas-batas utamanya dan bahkan
tidak ada kontinuitas dalam perpanjangan itu, khususnya bila perpanjangan itu
hanya sempit, seperti misalnya sepanjang lembah-lembah sungai yang
terputus-putus oleh jurang-jurang yang sempit.
Tumbuhan
dengan wilayah agihan interkontinental yang kontinu, dapat kita bedakan dalam
empat tipe utama: yang kosmopolitan, sirkumpolar, sirkumboreal (atau
sebagai alternatifnya sirkum austral), dan yang pantropik.
a. Jenis-jenis
Kosmopolitan – Jenis-jenis tumbuhan yang kosmopolitan teragih di seluruh
dunia. Tumbuh-tumbuhan itu sekurang-kurangnya harus terdapat di keenam benua
yang dihuni secara luas. Sesungguhnya, diluar gulma pada pembudidaya tanaman
yang mengikuti manusia, yang dapat disebut sebagai kosmopolit atau semi
kosmopolit kiranya hanya terbatas pada tumbuhan spora (Cryptogamae) saja. Jenis vegetasi kosmopolitan yang disebabkan oleh
curah hujan yang sangat tinggi. Wilayah ini didominasi oleh hutan hujan tropis
yang lebat dengan spesies tumbuhan yang khas seperti kayu meranti yang keras
seperti pohon deptirokarpus dan berbagai macam anggrek.
b. Jenis-jenis sirkumpolar –
jenis-jenis tumbuhan ini teragih disekitar Kutub Utara dan Kutub Selatan.
c. Jenis-jenis sirkumboreal (atau sirkumaustral)
jenis-jenis tumbuhan ini teragih disekitar ujung-ujung atas atau bawah (kutub)
bumi dalam mintakat boreal (atau austral). Contoh-contoh golongan tumbuhan yang
mempunyai agihan seperti itu ditunjukkan sirkumboreal adalah marga Ribes,
dan yang sirkumaustral adalah jenis selatan Danthonium.
d.Jenis-jenis pantropik - teragih
diseluruh daerah tropika dan subtropika, atau setidak-tidaknya terpencar
luas diwilayah tropika di Asia, Afrika, dan Amerika. Contoh yang bagus adalah
suku Palmae.
2. Wilayah Agihan yang Diskontinu
Dalam
wilayah agihan yang diskontinu atau merupakan disjungsi, tumbuhan
terpisah-pisah oleh jarak yang lebih jauh daripada yang normal dapat
dijembatani oleh kemampuan pemencaran propagulnya.
Tentang
sebab-sebab utama terjadinya dikontinuitas (disjungsi) (terlepas dari pendapat
ekstrem yang kontroversial mengenai pemencaran jarak jauh mendadak atau menurut
sejarah “penyapuan keluar” ke dalam daerah-daerah antara, yang ternyata
keduanya pernah terjadi di masa lampau), biasanya sebab-sebab itu berhubungan
dengan lingkungan akibat sifat-sifat topografi, iklim, tanah, atau makhluk
hidup yang menyebabkan daerah-daerah terpisah-pisah satu sama lain oleh
lintasan-lintasan dengan sifat yang berbeda. Untuk sementara hal-hal itu
mengesampingkan kemungkinan munculnya tumbuhan secara politop.
Bagi
tipe-tipe yang lebih spesifik yang mempunyai daerah agihan yang diskontinu,
kita dapat menyebut berikut ini sebagai yang paling dikenal dan paling penting
:
a. Jenis-jenis
Arktik-Alpin, yang teragih di daerah Kutub Utara dan di pegunungan-pegunungan
dengan iklim sedang dan bahkan mintakat-mintakat yang lebih panas, sebagai
contoh tanaman tundra, terbatas di daerah dingin yang bersalju.
b. Jenis-jenis
Atlantik Utara, yang teragih di Amerika Utara dan Eropa dan kadang-kadang juga
bersifat setempat di Asia, contohnya adalah sejenis paku rambat rawa (Lycopodium
inundatum) dan Spiranthes romenzoffiana.
c. Jenis-jenis
Pasifik Utara, yang terutama teragih di Amerika Utara dan Asia Timur, meskipun
kadang-kadang ditempat lain, contoh-contoh diberikan oleh jenis tumbuhan Pinus
Torrey (Torreya) yang berbeda-beda yang merupakan salah satu kelompok jenis
tumbuhan yang biasa terdapat di Asia bagian Timur dan Amerika Utara bagian
Timur.
d. Jenis-jenis
Amerika Utara-Selatan, yang teragih di Amerika Utara dan Selatan tetapi di
antara kedua daerah itu tidak ditemukan adanya kontinuitas, suatu contoh
diberikan oleh warga suku tumbuhan pemakan serangga (Sarraceniaceae).
e. Jenis-jenis
Eropa-Asia, yang teragih di Eropa dan Asia, tetapi tidak ada kontinuitas di
antara kedua wilayah itu, contoh-contonya adalah Leontice altaica dan Cimicifuga
foetida.
f. Jenis
laut tengah (Mediteranean), berbagai tipe tumbuhan, termasuk yang menghuni
daerah pantai Laut Tengah di Eropa dan Afrika, cekungan Laut Tengah dan
beberapa tempat di darat yang jauh seperti pada Platanus spp.
g. Jenis-jenis
Tropika, yang teragih dalam dua daerah tropika atau lebih yang terpisah-pisah
seperti yang terdapat antara Benua Lama.
h.
Jenis-jenis
pasifik Selatan sekurang-kurangnya teragih di Amerika Selatan dan Selandia
Baru, seperti halnya dengan marga jovellana dan sering pula di pulau-pulau
samudra Pasifik lainnya dan di Australia.
i. Jenis-jenis
Atlantik Selatan yang teragih sekurang-kurangnya di Amerika selatan dan Afrika
(Sering kali mencakup madagasar).
j. Jenis-jenis
Antarktika (Kutub Selatan), teragih di daratan Kutub selatan (biasanya sudah
menjadi fosil) dan di bagian selatan Amerika Selatan, Selandia Baru dan di
beberapa pulau Australia lainnya, seperti halnya dengan marga Nthofagus (yang
di sebut Fagus dari belahan bumi selatan).
Kesepuluh
tipe utama ini sama sekali tidak menutupi keanekaragaman terinci daerah yang
diskontinu kendati yang besifat interkonental pun, demikian pada kategori yang
umun terdapat tipe bipolar yang telah disebut terdahulu, yang sebagai
contohnya adalah marga Empetrum.Contoh lain yang terkenal adalah beberapa
Cyperaceae yang juga melibatkan bagian-bagian lebih dari satu benua adalah tipe gondwana, yang sesuai dengan dasar palaeogeografi tentang “Daratan Gondwana”,
cenderung untuk meliputi Afrika, Malagasi, India, dan Australia.
3.
Daerah
Relik
Daerah-daerah
ini seperti dapat diduga dari contoh-contoh yang baru di sebut diatas merupakan
daerah yang dihuni oleh jenis-jenis relik, yang dalam fitografi diartikan
sebagai sisa-sisa flora yang terdahulu yang masih tertinggal bila daerah
sekitarnya telah dikosongkan. Dengan demikian daerah relik sendiri normal
merupakan sisa-sisa daerah yang semula sangat luas yang biasanya terperinci dan
sering menciut.
Penentuan,
apakah suatu jenis tumbuhan benar merupakan suatu relik atau bukan tidak selalu
merupakan hal yang gampang dan dapat dilakukan secara pasti, dan akibatnya
demikian pula halnya dengan penentuan arealnya, bahkan bila kriteria yang
biasanya diterapkan, kita dapat tersesat, seperti halnya dengan beberapa jenis
tumbuhan yang daerah agihannya yang tampak terputus-putus itu dulunya diduga
menunjukkan bahwa tumbuhan-tumbuhan itu dapat bertahan di tempat yang
tidak mengalami glasiasi selama terjadi glasiasi di zaman Pleistosen, walaupun
begitu ketika daerah-daerah antaranya dieksplorasi dengan cermat disana pun
ditemukan tumbuhan itu yang daerah agihannya sesungguhnya bersifat kontinu pula
sejauh hal itu di inginkan oleh kecocokan habitatnya.
Suatu
jenis tumbuhan yang menghuni suatu daerah relik di seluruh daerah agihannya
dapat disebut relik absolute, sedangkan jenis yang hanya merupakan relik
dibagian terisolasi dikenal sebagai relik setempat. Relik akademik adalah suatu
jenis tumbuhan yang terbatas pada suatu daerah saja. Relik yang mencapai agihan
sekunder dengan menempati agihan yang cocok disebut daerah relik migrant,
habitatnya yang lebih belakangan ditempat tersebut disebut relik semu dan
tumbuhannya pun disebut relik semu. Kebanyakan asas-asas ini dapat pula
diterapkan untuk jenis-jenis tunggal atau takson lain, sekelompok jenis atau
bahkan seluruh flora.
Kita dapat
membedakan tiga golongan relik atas dasar tipe perubahan habitat terisolasinya
tumbuhan itu.
a. Relik pormasi yang menempati daerah
terbatas di dalam batas-batas lingkungan suatu komunitas yang mengalami
perubahan-perubahan cukup besar dalam komposisinya. Contoh yang menyolok adalah
jalur-jalur pohon yang tersisa, kadang ditemukan dalam lahan rumput
yang luas.
b. Relik geomorfologi yang dalam
pemilihan habitatnya terkait pada kondisi-kondisi ekologi tertentu, tetapi
terkait dengan perubahan-perubahan edafik dan bertalian dengan kondisi-kondisi
untuk pertumbuhan yang biasa dihadapi tumbuh-tumbuhan itu.Contoh
tumbuh-tumbuhan laut yang menghuni danau-danau air tawar, dan tumbuh-tumbuhan
laut yang hidup di tepi teluk yang menjadi kering.
c. Relik iklim yang memberikan
bukit-bukit bahwa tumbuhan itu timbul dalam kondisi iklim yang berbeda dengan
iklim sekarang dan bahwa semula tumbuh subur dalam kondisi iklim
sebelumnya.Contohnya Jenis-jenis tumbuhan mesoterm yang ditemukan di beberapa
daerah boreal yang telah menjadi sejuk sejak optimum glacial, ketika tumbuhan
diduga mengadakan migrasi ke daerah-daerah ini.
d. Masih ada dasar lain yang dapat
digunakan untuk mengklasifikasikan relik, yaitu: umur dan asalnya, yang
kelompok-kelompok utamanya adalah relik Pra Tersier, Tersier, (3) Glasial,
Interglasial, dan Pascaglasial.
4.
Daerah
Agihan jenis-jenis Vikarid
Daerah agihan tumbuhan adalah daerah agihan takson-takson
tumbuhan yang berkerabat dekat (vikariad) yag berasal pada nenek moyang yang
sama dan cendrung terpisah-pisah (tanpa campur tangan manusia). Contoh-contoh jenis vikariad
ditemukan dalam hampir setiap monografi taksonami modern, dimana rentetan
kesatuan-esatuan yang berkerabat dekat yang menghuni daerah-daerah geografi
yang bebas biasanya dianggap anak jenis atau jenis tersendiri.
Jenis-jenis itu sama yang dianggap eksklusif, meskipun kadang-kadang daerah
agihannya mungkin sedikit banyak bersifat eksklusif, meskipun kadang-kadang
daerah agihannya mungkin sedikit banyak bersifat tumpang tindih dan kadang-kadang
adalah soal beda pendapat.
Jenis-jenis
vikariad yang sungguh (yang timbul dari nenek moyang yang sama) harus dibedakan
dari jenis vikariad semu yang tidak mempunyai kekerabatan genetik yang dekat.
Jenis-jenis vikariad yang sungguh dapat diklasifikasikan menurut cara
terpisahnya satu sama lain yaitu :Horizontal (geografik), Altitudinal
(fisiografik), Habitat (ekologik) dan Musiman.
Kebanyakan
jenis vikariad sistematik yang terdiri atas pasangan-pasangan atau
perangkat-perangkat takson tingkat tinggi yang bersifat sebagai jenis vikariad,
tergolong dalam kategori geografik yang contohnya diberikan oleh berbagai ras
paku garuda yang menghuni bumi berbeda-beda.
5.
Daerah-daerah
Endemik
Daerah
agihan yang endemik adalah daerah agihan suatu jenis tumbuhan atau takson lain,
yang dalam agihannya terbatas kepada satu wilayah atau habitat alami tunggal,
yang sejarah atau kondisinya dapat dibedakan dari jenis-jenis tumbuhan lain.
Dalam hubungan ini pulau-pulau atau gunung-gunung merupakan tempat-tempat yang
khas.
Endemik
ini dapat merupakan sebagian besar jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di
pulau-pulau atau pegunungan-pegunungan yang sudah tua dan dikatan mencakup 72%
sekitar seribu jenis tumbuhan vaskular yang terdapat di di Selandia Baru dan
85% dari pulau St. Helena. Suatu contoh yang baik untuk tipe
endemik ini diberikan oleh kayu merah raksasa (Sequoia) di bagian barat Amerika
Serikat, yang biasanya teragih luas sekali di belahan bumi utara.
Penentuan proporsi tipe-tipe utama endemik ini dalam
suatu flora tertentu merupakan suatu faktor penting dalam analisisnya yang
mampu memberitahukan kepada kita banyak mengenai umur dan sejarahnya. Endemik
relik khusunya berguna dalam menunjukan hal-hal tentang masa silam,
isolasi dan keanekaragaman habitat, karena semua faktor itu cendrung
untuk menghasilkan endemik tambahan dan membantu endemik itu untuk
mempertahankan diri, seperti yang barangkali juga dilakukan oleh kondisi yang
cocok untuk perkembangan vegetasi. Di lain pihak, neoendemik yang merupakan
tipe penjabaran sekunder, pada umunya mempunyai jumlah kromoson yang lebih
besar, dan cendrung kadang-kadang untuk bersifat relative lebih agresif. Hal
ini memang demikian bila neoendemik itu kaya akan biotipe-biotipe, misalnya
karena terjadinya hibridisasi dan beberapa daerah Endemik yang juga dapat kita
ketahui adalah:
a. Endemik luas:
Umumnya jenis-jenis yang berpembuluh yaitu mereka yang terbatas pada suatu
daerah tumbuhan tertentu, yang floranya berbeda pada tingkat spesies (jenis)
dan batas tak tegas antara daerah-daerah ini. Contoh: Quercus alba, Acer
accharum, Liriodendron tulipifera dan lain-lain.
b. Endemik sempit:
Jenis yang tedapat dengan luas yang kecil (beberapa kilometer persegi) dan
mempunyai kisaran toleransi yang sempit untuk keadaan lingkungan sehingga
hampir tidak ada bagian di dunia dimana mereka hidup.Contoh: Tanaman pionner,
tanaman yang tumbuh di tanah serpentine.
6.
Distribusi
Jenis-Jenis Vegetasi Alam
Seorang
ahli biologi bernama Hart Meeriem pada tahun 1889, menemukan tipe agihan
tumbuhan berdasarkan variasi ketinggiannya. Ia menelusuri Gunung San Fransisco
mulai dari kaki hingga puncak. Meeriem berkesimpulan bahwa tipe tumbuhan pada
suatu daerah sangat tergantung pada temperatur dan kelembapannya. Terbukti
bahwa kelembapan lebih berperan daripada temperatur dalam tipe agihan tumbuhan.
Jenis tumbuhan besar membutuhkan curah hujan yang lebih tinggi daripada jenis
tumbuhan kecil. Akibatnya, semakin ke daerah bercurah hujan kecil dan sangat
kecil, akan semakin banyak kita lihat dominasi tumbuhan kecil seperti
belukar, padang rumput, dan akhirnya kaktus atau tanaman padang pasir pada daerah
yang sangat minim hujannya.
Di dunia
komunitas organisme tumbuhan dibagi menjadi enam macam tumbuhan utama yang
tersebar sepanjang perubahan kekeringan dan kelembapan. Enam macam komunitas
tumbuhan tersebut adalah sebagai berikut :
a.
Padang
Rumput
Daerah
padang rumput mempunyai kisaran curah hujan sebesar 250 mm sampai dengan 500
mm/tahun, dan pada beberapa padang rumput, curah hujan dapat mencapai 1.000 mm.
Daerah ini terbentang dari daerah tropika sampai ke daerah subtropika. Karena
hujan yang turun tidak teratur dan kondisi porositas rumput yang relatif
rendah, tumbuhan kesulitan dalam mendapatkan air, sehingga hanya tumbuhan
rumput yang mampu bertahan hidup dan beradaptasi dengan kondisi tersebut.
b.
Gurun
Daerah
Gurun
mempunyai kisaran curah hujan sekitar 250 mm/tahun atau kurang sehingga
termasuk curah hujan rendah dan tidak teratur. Gurun banyak terdapat di daerah
tropis yang berbatasan dengan padang rumput. Keadaan alam dari padang rumput ke
arah gurun, biasanya makin jauh dari padang rumput kondisinya makin gersang.
Panas yang tinggi karena teriknya matahari mencapai >40°C sehingga
menimbulkan suhu yang panas di siang hari dan penguapan yang tinggi pula.
Amplitudo harian yaitu perbedaan pada siang dan malam hari sangat besar.
Tumbuhan yang hidup menahun di gurun adalah tumbuhan yang dapat beradaptasi
terhadap kekurangan air dan penguapan yang cepat, sehingga tumbuhan yang hidup
di gurun biasanya berdaun kecil seperti duri atau tidak berdaun, tetapi berakar
panjang untuk mengambil air. Jaringan spons pada tumbuhan di sini berfungsi
menyimpan air.
c.
Tundra
Daerah
tundra memiliki dua musim yaitu musim dingin yang panjang dan gelap serta musim
panas yang panjang serta terang terus-menerus. Daerah tersebut hanya terdapat
di belahan bumi utara dan terletak di sebagian besar lingkungan kutub utara.
Daerah tundra di kutub ini dapat mengalami gelap berbulan-bulan karena matahari
hanya mencapai 23½° LU/LS. Di daerah tundra banyak terdapat lumut dan pohon
yang tertinggi hanya berupa semak yang relatif pendek. Jenis lumut yang hidup,
antara lain, lumut kerak dan sphagnum. Tumbuhan semusim di daerah tundra
biasanya berbunga dengan warna yang mencolok dengan masa pertumbuhan yang
sangat pendek. Tumbuhan di daerah ini mampu beradaptasi terhadap keadaan dingin
meskipun dalam keadaan beku masih tetap bertahan hidup.
d.
Hutan
Basah
Hutan-hutan
basah tropika di seluruh dunia mempunyai persamaan, di antaranya, terdapatnya
beratus-ratus spesies tumbuhan di dalamnya. Sepanjang tahun hutan basah
mendapatkan cukup air sehingga memungkinkan tumbuhnya tanaman dalam jangka
waktu yang lama sehingga komunitas hutan tersebut akan sangat kompleks. Hutan
basah tropika terdapat di daerah tropika dan subtropika, misalnya, di
Indonesia, daerah Australia bagian Irian Timur, Amerika Tengah, dan Afrika.
Ketinggian
pohon-pohon utama berkisar antara 20 sampai dengan 40 meter dengan
cabang-cabangnya yang lebat sehingga membentuk tudung (canopy) yang
mengakibatkan hutan menjadi gelap. Tidak ada sumber air lainnya selain air
hujan, dan air hujan sulit mencapai dasar hutan tersebut secara langsung. Di
dalam hutan ini juga terdapat perubahan-perubahan iklim, tetapi hanya bersifat
mikro (dari todung hutan sampai dasar hutan saja). Kelembapan di hutan basah
tinggi dan suhu sepanjang hari hampir sama sekitar 25° C. Di samping pepohonan
yang tinggi, terdapat liana dan epifit yang berupa rotan dan anggrek yang
merupakan tumbuhan khas di daerah itu.
e.
Hutan
Gugur
Hutan
gugur tumbuh di daerah beriklim sedang. Di sana umumnya juga terdapat padang
rumput dan gurun. Curah hujan merata sepanjang tahun sebesar 750 sampai 1.000
mm per tahun. Terdapat pula musim dingin dan musim panas yang dengan adanya
musim tersebut tumbuhan di sana beradaptasi dengan menggugurkan daunnya
menjelang musim dingin. Musim gugur adalah musim yang ada sebelum musim dingin tiba.
Tumbuhan yang bersifat menahun dari musim gugur sampai dengan musim semi
berhenti pertumbuhannya, sedangkan tumbuhan yang sifatnya semusim akan mati
pada musim dingin. Tumbuhan semusim hanya meninggalkan bijinya saja dan hanya
mampu bertahan pada suhu dingin, dan akan berkecambah pada saat menjelang
musim panas tiba.
f.
Taiga
Taiga
adalah hutan pohon pinus yang daunnya seperti jarum dan merupakan bioma yang
hanya terdiri atas satu spesies pohon. Daerah persebarannya terdapat di belahan
bumi utara seperti Rusia, Siberia, dan Kanada. Beberapa contoh pohon yang hidup
di hutan taiga, antara lain: konifer, terutama pohon spruce (picea), alder
(alnus), birch (betula), dan juniper (juniperus). Masa pertumbuhan spesies ini
pada musim panas, berlangsung antara 3 sampai dengan 6 bulan.