Home » » Tipe dan Wilayah Agihan Alami Tumbuhan

Tipe dan Wilayah Agihan Alami Tumbuhan

Written By Tasrif Landoala on Jumat, 30 Agustus 2013 | 07.24



Setiap jenis tumbuhan yang berbeda mempunyai daerah agihannya atau pemukimannya sendiri, yang seperti kita lihat, bergantung pada sejarahnya, kemampuan bermigrasi, dan kemampuan beradaptasinya. Memang sangat diragukan apakah diantara ratusan ribu jenis tumbuhan yang berbeda-beda yang dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan ada dua yang mempunyai agihan yang persis sama dan bagaimanapun, agihan itu berubah-ubah sepanjang masa. Konsekuensinya adalah tidak praktis dan hampir tidak mungkin, untuk memperhatikan hal demikian itu secara terinci, namun bila diterapkan pandangan yang luas, banyak fakta-fakta yang menarik akan muncul, dan penyamarataan mungkin merupakan suatu hal yang berharga. Karena, bila setiap sistem klasifikasi daerah agihan yang keras dan cepat tentu akan bersifat artifisial, karena hal itu tidak akan mencerminkan keanekaragaman alami yang diamati, beberapa kategori yang berguna, untuk tujuan praktis, harus dan dapat dikenal secara luas. 
Istilah area (range daerah agihan), dalam fitogeografi diterapkan untuk seluruh daerah tumbuhnya suatu satuan taksonomi tertentu atau suatu unit vegetasi (ekon). Dalam wilayah (daerah) itu sering perlu diperhatikan agihan setempat, yang sering disebut topografinya, yang dalam keadaan paling baik tidak lagi hampir kontinu berupa habitat yang sesuai untuk kesatuan atau unit yang bersangkutan. Karena, bila batas-batas iklim umumnya merupakan batas utama tumbuhan, faktor-faktor biotik, topografi, dan faktor-faktor tanah setempat mungkin berpengaruh, walaupun bersifat sekunder, pengaruh itu biasanya cukup besar, sering kali secara drastis membatasi daerah agihan suatu jenis tumbuhan, dalam batas-batas yang ditentukan oleh iklim terhadap faktor-faktor lain, sebaliknya menyajikan kondisi-kondisi yang menguntungkan.
Agihan flora dan fauna terbentuk karena adanya peristiwa geologis yang terjadi pada jutaan tahun yang lalu, yaitu pada masa bumi masih menjadi dua benua besar yang bernama Laurasia dan Gondwana. Kira-kira 280-225 juta tahun lalu semua benua masih tergabung dalam satu daratan yang sangat luas yang disebut dengan Pangea. Lalu sekitar 200 juta tahun yang lalu Pangea terbelah menjadi dua yakni Gondwana dan Laurasia. Gondwana kemudian terbelah membentuk benua afrika, antartika, australia, Amerika Selatan, dan sub benua India. Sedangkan Laurasia terbelah menjadi Eurasia dan Amerika Utara. Pada saat benua ini terbelah-belah beberapa samudera baru muncul di sela-selanya. Terbentuknya daratan baru tersebut menyebabkan flora dan fauna yang semula dapat dengan bebas bermigrasi akhirnya terhambat oleh perubahan kondisi geologis. Secara umum dapat disimpulkan bahwa persebaran flora dan fauna di muka bumi ini dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu tekanan populasi, persaingan, dan perubahan habitat.

Tipe dan Pembagian Wilayah Agihan Alami
1.    Wilayah Agihan Inerkontinental yang Kontinu
Di antara sebab yang paling sering menimbulkan gangguan (interupsi) adalah tidak adanya habitat yang sesuai, yang habitat-habitat itu memang jauh terpisah atau terpencar jarang-jarang. Dalam keadaan demikian, adalah masalah proporsi dan konsekuensinya pendapat, apakah suatu wilayah agihan harus dipandang bersifat kontinu atau sebaliknya. Demikianlah, bila arenaria peploides dijumpai di hampir semua pantai daerah iklim sedang dan sekitar Kutub Utara, yang agihannya dalam arti luas dapat dipandang sebagai jelas bersifat kontinu, biasanya tidak terdapat di daerah pedalaman dan sesuai dengan itu dalam flora daerah-daerah secara individual jenis tumbuhan itu tidak terdapat atau sesungguhanya mempunyai agihan yang terputus-putus (diskontinu, disjunct). Sekali lagi, suatu wilayah agihan yang bersifat kontinu mungkin mempunyai perpanjangan seperti pita yang menjorok di luar batas-batas utamanya dan bahkan tidak ada kontinuitas dalam perpanjangan itu, khususnya bila perpanjangan itu hanya sempit, seperti misalnya sepanjang lembah-lembah sungai yang terputus-putus oleh jurang-jurang yang sempit.
Tumbuhan dengan wilayah agihan interkontinental yang kontinu, dapat kita bedakan dalam empat tipe utama: yang kosmopolitan, sirkumpolar, sirkumboreal (atau sebagai alternatifnya sirkum austral), dan yang pantropik.
a.   Jenis-jenis Kosmopolitan – Jenis-jenis tumbuhan yang kosmopolitan teragih di seluruh dunia. Tumbuh-tumbuhan itu sekurang-kurangnya harus terdapat di keenam benua yang dihuni secara luas. Sesungguhnya, diluar gulma pada pembudidaya tanaman yang mengikuti manusia, yang dapat disebut sebagai kosmopolit atau semi kosmopolit kiranya hanya terbatas pada tumbuhan spora (Cryptogamae) saja. Jenis vegetasi kosmopolitan yang disebabkan oleh curah hujan yang sangat tinggi. Wilayah ini didominasi oleh hutan hujan tropis yang lebat dengan spesies tumbuhan yang khas seperti kayu meranti yang keras seperti pohon deptirokarpus dan berbagai macam anggrek.
b.  Jenis-jenis sirkumpolar – jenis-jenis tumbuhan ini teragih disekitar Kutub Utara dan Kutub Selatan.
c. Jenis-jenis sirkumboreal (atau sirkumaustral) jenis-jenis tumbuhan ini teragih disekitar ujung-ujung atas atau bawah (kutub) bumi dalam mintakat boreal (atau austral). Contoh-contoh golongan tumbuhan yang mempunyai agihan seperti itu ditunjukkan sirkumboreal adalah marga Ribes, dan yang sirkumaustral adalah jenis selatan Danthonium.
d.Jenis-jenis pantropik - teragih diseluruh daerah tropika dan subtropika, atau setidak-tidaknya terpencar luas diwilayah tropika di Asia, Afrika, dan Amerika. Contoh yang bagus adalah suku Palmae.

2.    Wilayah Agihan yang Diskontinu
Dalam wilayah agihan yang diskontinu atau merupakan disjungsi, tumbuhan terpisah-pisah oleh jarak yang lebih jauh daripada yang normal dapat dijembatani oleh kemampuan pemencaran propagulnya.
Tentang sebab-sebab utama terjadinya dikontinuitas (disjungsi) (terlepas dari pendapat ekstrem yang kontroversial mengenai pemencaran jarak jauh mendadak atau menurut sejarah “penyapuan keluar” ke dalam daerah-daerah antara, yang ternyata keduanya pernah terjadi di masa lampau), biasanya sebab-sebab itu berhubungan dengan lingkungan akibat sifat-sifat topografi, iklim, tanah, atau makhluk hidup yang menyebabkan daerah-daerah terpisah-pisah satu sama lain oleh lintasan-lintasan dengan sifat yang berbeda. Untuk sementara hal-hal itu mengesampingkan kemungkinan munculnya tumbuhan secara politop.
Bagi tipe-tipe yang lebih spesifik yang mempunyai daerah agihan yang diskontinu, kita dapat menyebut berikut ini sebagai yang paling dikenal dan paling penting :
a.   Jenis-jenis Arktik-Alpin, yang teragih di daerah Kutub Utara dan di pegunungan-pegunungan dengan iklim sedang dan bahkan mintakat-mintakat yang lebih panas, sebagai contoh tanaman tundra, terbatas di daerah dingin yang bersalju.
b.  Jenis-jenis Atlantik Utara, yang teragih di Amerika Utara dan Eropa dan kadang-kadang juga bersifat setempat di Asia, contohnya adalah sejenis paku rambat rawa (Lycopodium inundatum) dan Spiranthes romenzoffiana.
c.  Jenis-jenis Pasifik Utara, yang terutama teragih di Amerika Utara dan Asia Timur, meskipun kadang-kadang ditempat lain, contoh-contoh diberikan oleh jenis tumbuhan Pinus Torrey (Torreya) yang berbeda-beda yang merupakan salah satu kelompok jenis tumbuhan yang biasa terdapat di Asia bagian Timur dan Amerika Utara bagian Timur.
d.  Jenis-jenis Amerika Utara-Selatan, yang teragih di Amerika Utara dan Selatan tetapi di antara kedua daerah itu tidak ditemukan adanya kontinuitas, suatu contoh diberikan oleh warga suku tumbuhan pemakan serangga (Sarraceniaceae).
e.  Jenis-jenis Eropa-Asia, yang teragih di Eropa dan Asia, tetapi tidak ada kontinuitas di antara kedua wilayah itu, contoh-contonya adalah Leontice altaica dan Cimicifuga foetida.
f.  Jenis laut tengah (Mediteranean), berbagai tipe tumbuhan, termasuk yang menghuni daerah pantai Laut Tengah di Eropa dan Afrika, cekungan Laut Tengah dan beberapa tempat di darat yang jauh seperti pada Platanus spp.
g.  Jenis-jenis Tropika, yang teragih dalam dua daerah tropika atau lebih yang terpisah-pisah seperti yang terdapat antara Benua Lama.
h.    Jenis-jenis pasifik Selatan sekurang-kurangnya teragih di Amerika Selatan dan Selandia Baru, seperti halnya dengan marga jovellana dan sering pula di pulau-pulau samudra Pasifik lainnya dan di Australia.
i.  Jenis-jenis Atlantik Selatan yang teragih sekurang-kurangnya di Amerika selatan dan Afrika (Sering kali mencakup madagasar).
j.   Jenis-jenis Antarktika (Kutub Selatan), teragih di daratan Kutub selatan (biasanya sudah menjadi fosil) dan di bagian selatan Amerika Selatan, Selandia Baru dan di beberapa pulau Australia lainnya, seperti halnya dengan marga Nthofagus (yang di sebut Fagus dari belahan bumi selatan).

Kesepuluh tipe utama ini sama sekali tidak menutupi keanekaragaman terinci daerah yang diskontinu kendati yang besifat interkonental pun, demikian pada kategori yang umun terdapat tipe bipolar yang telah disebut terdahulu, yang sebagai contohnya adalah marga Empetrum.Contoh lain yang terkenal adalah beberapa Cyperaceae yang juga melibatkan bagian-bagian lebih dari satu benua adalah tipe gondwana, yang sesuai dengan dasar palaeogeografi tentang “Daratan Gondwana”, cenderung untuk meliputi Afrika, Malagasi, India, dan Australia.

3.    Daerah Relik
Daerah-daerah ini seperti dapat diduga dari contoh-contoh yang baru di sebut diatas merupakan daerah yang dihuni oleh jenis-jenis relik, yang dalam fitografi diartikan sebagai sisa-sisa flora yang terdahulu yang masih tertinggal bila daerah sekitarnya telah dikosongkan. Dengan demikian daerah relik sendiri normal merupakan sisa-sisa daerah yang semula sangat luas yang biasanya terperinci dan sering menciut.
Penentuan, apakah suatu jenis tumbuhan benar merupakan suatu relik atau bukan tidak selalu merupakan hal yang gampang dan dapat dilakukan secara pasti, dan akibatnya demikian pula halnya dengan penentuan arealnya, bahkan bila kriteria yang biasanya diterapkan, kita dapat tersesat, seperti halnya dengan beberapa jenis tumbuhan yang daerah agihannya yang tampak terputus-putus itu dulunya diduga menunjukkan bahwa tumbuhan-tumbuhan itu dapat bertahan di tempat yang  tidak mengalami glasiasi selama terjadi glasiasi di zaman Pleistosen, walaupun begitu ketika daerah-daerah antaranya dieksplorasi dengan cermat disana pun ditemukan tumbuhan itu yang daerah agihannya sesungguhnya bersifat kontinu pula sejauh hal itu di inginkan oleh kecocokan habitatnya.
Suatu jenis tumbuhan yang menghuni suatu daerah relik di seluruh daerah agihannya dapat disebut relik absolute, sedangkan jenis yang hanya merupakan relik dibagian terisolasi dikenal sebagai relik setempat. Relik akademik adalah suatu jenis tumbuhan yang terbatas pada suatu daerah saja. Relik yang mencapai agihan sekunder dengan menempati agihan yang cocok disebut daerah relik migrant, habitatnya yang lebih belakangan ditempat tersebut disebut relik semu dan tumbuhannya pun disebut relik semu. Kebanyakan asas-asas ini dapat pula diterapkan untuk jenis-jenis tunggal atau takson lain, sekelompok jenis atau bahkan seluruh flora.
Kita dapat membedakan tiga golongan relik atas dasar tipe perubahan habitat terisolasinya tumbuhan itu.
a. Relik pormasi yang menempati daerah terbatas  di dalam batas-batas lingkungan suatu komunitas yang mengalami perubahan-perubahan cukup besar dalam komposisinya. Contoh yang menyolok adalah jalur-jalur pohon yang tersisa, kadang  ditemukan dalam lahan  rumput yang luas.
b. Relik geomorfologi yang dalam pemilihan habitatnya terkait pada kondisi-kondisi ekologi tertentu, tetapi terkait dengan perubahan-perubahan edafik dan bertalian dengan kondisi-kondisi untuk pertumbuhan yang biasa dihadapi tumbuh-tumbuhan itu.Contoh tumbuh-tumbuhan laut yang menghuni danau-danau air tawar, dan tumbuh-tumbuhan laut yang hidup di tepi teluk yang menjadi kering.
c.   Relik iklim yang memberikan bukit-bukit bahwa tumbuhan itu timbul dalam kondisi iklim yang berbeda dengan iklim sekarang dan bahwa semula tumbuh subur dalam kondisi iklim sebelumnya.Contohnya Jenis-jenis tumbuhan mesoterm yang ditemukan di beberapa daerah boreal yang telah menjadi sejuk sejak optimum glacial, ketika tumbuhan diduga mengadakan migrasi ke daerah-daerah ini.
d.  Masih ada dasar lain yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan relik, yaitu: umur dan asalnya, yang kelompok-kelompok utamanya adalah relik Pra Tersier, Tersier, (3) Glasial, Interglasial, dan Pascaglasial.

4.    Daerah Agihan jenis-jenis Vikarid
Daerah agihan tumbuhan adalah daerah agihan takson-takson tumbuhan yang berkerabat dekat (vikariad) yag berasal pada nenek moyang yang sama dan cendrung terpisah-pisah (tanpa campur tangan manusia). Contoh-contoh jenis vikariad ditemukan  dalam hampir setiap monografi taksonami modern, dimana rentetan kesatuan-esatuan yang berkerabat dekat yang menghuni daerah-daerah geografi yang bebas biasanya dianggap  anak jenis atau jenis tersendiri. Jenis-jenis itu sama yang dianggap eksklusif, meskipun kadang-kadang daerah agihannya mungkin sedikit banyak bersifat eksklusif, meskipun kadang-kadang daerah agihannya mungkin sedikit banyak bersifat tumpang tindih dan kadang-kadang adalah soal beda pendapat.
Jenis-jenis vikariad yang sungguh (yang timbul dari nenek moyang yang sama) harus dibedakan dari jenis vikariad semu yang tidak mempunyai kekerabatan genetik yang dekat. Jenis-jenis vikariad yang sungguh dapat diklasifikasikan menurut cara terpisahnya satu sama lain yaitu :Horizontal (geografik), Altitudinal (fisiografik), Habitat (ekologik) dan Musiman.
Kebanyakan jenis vikariad sistematik yang terdiri atas pasangan-pasangan atau perangkat-perangkat takson tingkat tinggi yang bersifat sebagai jenis vikariad, tergolong dalam kategori geografik yang contohnya diberikan oleh berbagai ras paku garuda yang menghuni bumi berbeda-beda.

5.    Daerah-daerah Endemik
Daerah agihan yang endemik adalah daerah agihan suatu jenis tumbuhan atau takson lain, yang dalam agihannya terbatas kepada satu wilayah atau habitat alami tunggal, yang sejarah atau kondisinya dapat dibedakan dari jenis-jenis tumbuhan lain. Dalam hubungan ini pulau-pulau atau gunung-gunung merupakan tempat-tempat yang khas.
Endemik ini dapat merupakan sebagian besar jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di pulau-pulau atau pegunungan-pegunungan yang sudah tua dan dikatan mencakup 72% sekitar seribu jenis tumbuhan vaskular yang terdapat di di Selandia Baru dan 85% dari pulau St. Helena. Suatu contoh yang baik untuk tipe endemik ini diberikan oleh kayu merah raksasa (Sequoia) di bagian barat Amerika Serikat, yang biasanya teragih luas sekali di belahan bumi utara.
Penentuan proporsi tipe-tipe utama endemik ini dalam suatu flora tertentu merupakan suatu faktor penting dalam analisisnya yang mampu memberitahukan kepada kita banyak mengenai umur dan sejarahnya. Endemik relik khusunya berguna dalam menunjukan hal-hal tentang masa silam, isolasi  dan keanekaragaman habitat, karena semua faktor itu cendrung untuk menghasilkan endemik tambahan dan membantu endemik itu untuk mempertahankan diri, seperti yang barangkali juga dilakukan oleh kondisi yang cocok untuk perkembangan vegetasi. Di lain pihak, neoendemik yang merupakan tipe penjabaran sekunder, pada umunya mempunyai jumlah kromoson yang lebih besar, dan cendrung kadang-kadang untuk bersifat relative lebih agresif. Hal ini memang demikian bila neoendemik itu kaya akan biotipe-biotipe, misalnya karena terjadinya hibridisasi dan beberapa daerah Endemik yang juga dapat kita ketahui adalah:
a.    Endemik luas: Umumnya jenis-jenis yang berpembuluh yaitu mereka yang terbatas pada suatu daerah tumbuhan tertentu, yang floranya berbeda pada tingkat spesies (jenis) dan batas tak tegas antara daerah-daerah ini. Contoh: Quercus alba, Acer accharum, Liriodendron tulipifera dan lain-lain.
b.  Endemik sempit: Jenis yang tedapat dengan luas yang kecil (beberapa kilometer persegi) dan mempunyai kisaran toleransi yang sempit untuk keadaan lingkungan sehingga hampir tidak ada bagian di dunia dimana mereka hidup.Contoh: Tanaman pionner, tanaman yang tumbuh di tanah serpentine.

6.    Distribusi Jenis-Jenis Vegetasi Alam
Seorang ahli biologi bernama Hart Meeriem pada tahun 1889, menemukan tipe agihan tumbuhan berdasarkan variasi ketinggiannya. Ia menelusuri Gunung San Fransisco mulai dari kaki hingga puncak. Meeriem berkesimpulan bahwa tipe tumbuhan pada suatu daerah sangat tergantung pada temperatur dan kelembapannya. Terbukti bahwa kelembapan lebih berperan daripada temperatur dalam tipe agihan tumbuhan. Jenis tumbuhan besar membutuhkan curah hujan yang lebih tinggi daripada jenis tumbuhan kecil. Akibatnya, semakin ke daerah bercurah hujan kecil dan sangat kecil, akan semakin banyak kita lihat dominasi tumbuhan kecil seperti  belukar, padang rumput, dan akhirnya kaktus atau tanaman padang pasir pada daerah yang sangat minim hujannya.
Di dunia komunitas organisme tumbuhan dibagi menjadi enam macam tumbuhan utama yang tersebar sepanjang perubahan kekeringan dan kelembapan. Enam macam komunitas tumbuhan tersebut adalah sebagai berikut :
a.    Padang Rumput
Daerah padang rumput mempunyai kisaran curah hujan sebesar 250 mm sampai dengan 500 mm/tahun, dan pada beberapa padang rumput, curah hujan dapat mencapai 1.000 mm. Daerah ini terbentang dari daerah tropika sampai ke daerah subtropika. Karena hujan yang turun tidak teratur dan kondisi porositas rumput yang relatif rendah, tumbuhan kesulitan dalam mendapatkan air, sehingga hanya tumbuhan rumput yang mampu bertahan hidup dan beradaptasi dengan kondisi tersebut.
b.   Gurun Daerah
Gurun mempunyai kisaran curah hujan sekitar 250 mm/tahun atau kurang sehingga termasuk curah hujan rendah dan tidak teratur. Gurun banyak terdapat di daerah tropis yang berbatasan dengan padang rumput. Keadaan alam dari padang rumput ke arah gurun, biasanya makin jauh dari padang rumput kondisinya makin gersang. Panas yang tinggi karena teriknya matahari mencapai >40°C sehingga menimbulkan suhu yang panas di siang hari dan penguapan yang tinggi  pula. Amplitudo harian yaitu perbedaan pada siang dan malam hari sangat besar. Tumbuhan yang hidup menahun di gurun adalah tumbuhan yang dapat beradaptasi terhadap kekurangan air dan penguapan yang cepat, sehingga tumbuhan yang hidup di gurun biasanya berdaun kecil seperti duri atau tidak berdaun, tetapi berakar panjang untuk mengambil air. Jaringan spons pada tumbuhan di sini berfungsi menyimpan air.
c.    Tundra
Daerah tundra memiliki dua musim yaitu musim dingin yang panjang dan gelap serta musim panas yang panjang serta terang terus-menerus. Daerah tersebut hanya terdapat di belahan bumi utara dan terletak di sebagian besar lingkungan kutub utara. Daerah tundra di kutub ini dapat mengalami gelap berbulan-bulan karena matahari hanya mencapai 23½° LU/LS. Di daerah tundra banyak terdapat lumut dan pohon yang tertinggi hanya berupa semak yang relatif pendek. Jenis lumut yang hidup, antara lain, lumut kerak dan sphagnum. Tumbuhan semusim di daerah tundra biasanya berbunga dengan warna yang mencolok dengan masa pertumbuhan yang sangat pendek. Tumbuhan di daerah ini mampu beradaptasi terhadap keadaan dingin meskipun dalam keadaan beku masih tetap bertahan hidup.
d.   Hutan Basah
Hutan-hutan basah tropika di seluruh dunia mempunyai persamaan, di antaranya, terdapatnya beratus-ratus spesies tumbuhan di dalamnya. Sepanjang tahun hutan basah mendapatkan cukup air sehingga memungkinkan tumbuhnya tanaman dalam jangka waktu yang lama sehingga komunitas hutan tersebut akan sangat kompleks. Hutan basah tropika terdapat di daerah tropika dan subtropika, misalnya, di Indonesia, daerah Australia bagian Irian Timur, Amerika Tengah, dan Afrika.
Ketinggian pohon-pohon utama berkisar antara 20 sampai dengan 40 meter dengan cabang-cabangnya yang lebat sehingga membentuk tudung (canopy) yang mengakibatkan hutan menjadi gelap. Tidak ada sumber air lainnya selain air hujan, dan air hujan sulit mencapai dasar hutan tersebut secara langsung. Di dalam hutan ini juga terdapat perubahan-perubahan iklim, tetapi hanya bersifat mikro (dari todung hutan sampai dasar hutan saja). Kelembapan di hutan basah tinggi dan suhu sepanjang hari hampir sama sekitar 25° C. Di samping pepohonan yang tinggi, terdapat liana dan epifit yang berupa rotan dan anggrek yang merupakan tumbuhan khas di daerah itu.
e.    Hutan Gugur
Hutan gugur tumbuh di daerah beriklim sedang. Di sana umumnya juga terdapat padang rumput dan gurun. Curah hujan merata sepanjang tahun sebesar 750 sampai 1.000 mm per tahun. Terdapat pula musim dingin dan musim panas yang dengan adanya musim tersebut tumbuhan di sana beradaptasi dengan menggugurkan daunnya menjelang musim dingin. Musim gugur adalah musim yang ada sebelum musim dingin tiba. Tumbuhan yang bersifat menahun dari musim gugur sampai dengan musim semi berhenti pertumbuhannya, sedangkan tumbuhan yang sifatnya semusim akan mati pada musim dingin. Tumbuhan semusim hanya meninggalkan bijinya saja dan hanya mampu bertahan pada suhu dingin, dan akan berkecambah  pada saat menjelang musim panas tiba.
f.     Taiga
Taiga adalah hutan pohon pinus yang daunnya seperti jarum dan merupakan bioma yang hanya terdiri atas satu spesies pohon. Daerah persebarannya terdapat di belahan bumi utara seperti Rusia, Siberia, dan Kanada. Beberapa contoh pohon yang hidup di hutan taiga, antara lain: konifer, terutama pohon spruce (picea), alder (alnus), birch (betula), dan juniper (juniperus). Masa pertumbuhan spesies ini pada musim panas,  berlangsung antara 3 sampai dengan 6 bulan.

Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Catatan Kuliah Geografi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger