Proses
penyusunan Tata Ruang Kawasan meliputi beberapa tahap analisis, yaitu:
(1) Penentuan arah pengembangan; (2) Analisis potensi dan masalah, yang
meliputi 3 (tiga) kegiatan: (i) Analisis sosialekonomi, (ii) Analisis
struktur tata ruang kawasan, dan (iii) Analisis pola pemanfaatan ruang;
serta (3) Identifikasi serta pentahapan pelaksanaan program. Setiap
pentahapan tersebut memiliki maksud dan tujuan yang khusus, dimana untuk
mencapainya masih memerlukan bantuan perangkat dan/atau metode analisis
yang lebih spesifik (Anonimus, 1990).
A. Metode Penentuan Arah Pengembangan
Arah
pengembangan merupakan hasil kompilasi tujuan dan sasaran jangka menengah
pembangunan daerah/kawasan yang dijabarkan dalam bentuk yang lebih operasional.
Tujuan dan sasaran yang dimaksudkan ini dapat diperoleh dari pola dasar
daerah/kawasan yang bersangkutan dan/atau dokumen lain terkait. Arah
pengembangan pada level Rencana Teknik Tata Ruang harus dijabarkan dalam bentuk
teknis dan didasarkan pada perbandingan terhadap standar teknik sektoral yang
sudah ada dan diakui. Untuk memudahkan analisa, arah pengembangan dijabarkan ke
dalam 3 (tiga) unsur, yang meliputi: fisik, sosial, dan ekonomi. Penjelasan
singkat masing-masing unsur tersebut adalah sebagai berikut.
Arah
pengembangan fisik dijabarkan dalam indikator yang terkait dengan kelestarian
sumberdaya alam dan lingkungan hidup, antara lain berupa target lindung atau
konservasi, perbaikan lahan kritis dan sumberdaya keairan, relokasi penduduk
yang bermukim di sekitar hutan lindung, target penghijauan dan reboisasi, dan
sebagainya. Arah pengembangan sosial menjabarkan target dan sasaran pembangunan
di bidang sosial kemasyarakatan, yaitu yang terkait dengan usaha-usaha untuk
mempersiapkan manusia dalam proses pembangunan nasional (human development).
Tujuan pembangunan di bidang sosial tersebut dapat dibedakan menjadi:
1. Usaha
untuk meningkatkan kehidupan manusia, dengan indicator antara lain Indeks
Harapan Hidup (life expectancy) yang dapat dijabarkan dalam beberapa
indikator seperti: tingkat pelayanan kesehatan (jumlah puskesmas, rumah sakit,
dan apotik), tingkat konsumsi protein, dan sebagainya;
2.
Usaha
untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat, dengan indikator seperti: jumlah dan
penyebaran berbagai fasilitas pendidikan; dan
3. Usaha
untuk meningkatkan kehidupan masyarakat, yang amat tergantung pada kemampuan
masyarakat untuk mengelola sumberdaya dalam rangka menciptakan nilai tambah (added
value). Indikator yang bisa dipakai antara lain: kemampuan dalam pengelolaan
lahan, kemampuan dalam akses informasi, pelayanan kredit, serta fasilitas
pelayanan lain yang diperlukan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan
masyarakat.
Sedangkan
arah pengembangan ekonomi menetapkan tujuan dan/atau sasaran pembangunan di
bidang ekonomi, yang setidaknya menjabarkan:
a. Pertumbuhan ekonomi, yang dapat diukur
dengan laju kenaikan Produk Domestik Bruto/PDB, yang diukur menurut sub sektor;
dan
b. Pergeseran struktur ekonomi, yaitu
pergeseran struktur dari sector pertanian (primery sector) ke sektor
industri dan jasa (secondary sector), dengan indikator kontribusi sektor
pertanian kepada PDB dibandingkan dengan kontribusi sektor industri dan jasa, perbandingan
jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian dengan di sektor industri dan
jasa, perbandingan jumlah penduduk kota dan desa, dan sebagainya.
B. Metode Analisis Sosial dan Ekonomi
Analisis
sosial dan ekonomi bertujuan untuk menemukenali potensi dan masalah
sosial-ekonomi kawasan terencanakan. Untuk maksud tersebut, metode analisa
sumberdaya wilayah/kawasan (regional resource analysis) merupakan
alternatif yang baik digunakan untuk menggambarkan potensi dan masalah kawasan
tersebut. Masalah sosial terkait erat dengan aspek kependudukan (demography),
oleh karenanya proses analisa pada tahap ini dilengkapi dengan analisa tentang
pola pertumbuhan dan penyebaran penduduk, dikaitkan dengan proyeksi pertumbuhan
dan pergeseran struktur perekonomian kawasan terencanakan, yang meliputi:
1.
Analisa
Sumberdaya Wilayah, digunakan untuk memberikan gambaran tentang profil sosial
(seperti sistem kelembagaan, tingkat buta aksara, kurang kalori/protein,
penyediaan air bersih), ekonomi (seperti tingkat pendapatan, pemilikan ternak,
produksi padi), kependudukan (seperti tingkat fertilitas dan mortalitas), dan kondisi
fisik wilayah (seperti jalan, fasilitas pelayanan dan kondisi rumah). Agar
memudahkan analisa data sumberdaya wilayah dikelompokkan menurut pendekatan
yang dianut, seperti: kawasan sebagai suatu sistem produksi pertanian, sebagai core-peryphery
area, sebagai daerah ekonomi dan perdagangan, atau sebagai sistem
permukiman, sumberdaya dan produksi terpadu. Data yang telah dikumpulkan
berdasarkan salah satu pendekatan yang sesuai, dianalisa lebih lanjut dengan
metode analisa: statistic deskriptif; skala dan ranking; tingkat distribusi,
spesialisasi, konsentrasi, dan asosiasi; dan indeks tingkat perkembangan kawasan,
yang dilakukan secara inter dan intra kawasan terencanakan;
2.
Analisis
kependudukan, yang meliputi analisa-analisa berikut:
a. Analisa bunga berganda. Metode analisa
ini menggunakan patokan pertumbuhan rata-rata pada kurun 5 - 10 tahun lalu, selanjutnya
pertumbuhan penduduk diproyeksikan dengan menggunakan dasar bunga
berganda/bunga majemuk dengan angka pertumbuhan yang sama setiap tahun;
b. Analisa kecenderungan (trend
analysis) dengan regresi. Metode analisa ini didasarkan pada data pola
pertumbuhan penduduk pada 5 - 10 tahun lalu yang didekati dengan salah satu
pola regresi (linier, logaritma, eksponensial, atau regresi berpangkat);
c. Analisa cohort. Metode analisa
ini menggunakan data penduduk yang dirinci menurut kelompok umur dan jenis kelamin.
Hasil proyeksi akan memperlihatkan pertumbuhan pada setiap kelompok umur dan
jenis kelamin, dan hasilnya dapat digunakan untuk memprediksikan kebutuhan
berbagai fasilitas pelayanan dan kebutuhan penyediaan lapangan kerja. Ketersediaan
fasilitas pelayanan sosial dan ekonomi, apabila dikaitkan dengan perkembangan
jumlah penduduk dapat dijadikan indikator arah pengembangan sosial. Karena
dengan membandingkan kebutuhan baku minimal dari setiap jenis fasilitas pelayanan
tersebut, dapat ditentukan tingkat pelayanan yang tersedia dan/atau diinginkan
(tinggi, sedang, dan/atau rendah);
3. Analisa
ekonomi, jenis metode analisa disesuaikan dengan kebutuhan. Misalkan untuk
melihat pertumbuhan ekonomi kawasan dapat dipergunakan metode analisa PDRB
secara runtut waktu (time series) selama 5 tahun terakhir, untuk
menggambarkan struktur ekonomi dan penentuan sektor strategis dapat
dipergunakan model Input-Output (I-O) atau untuk skala regional dengan
metode Shift-Share Analysis (SSA), untuk mengetahui alokasi investasi dengan
pendapatan yang dihasilkan dapat didekati dengan analisa Incremental Capital
Output Ratio (ICOR), sedangkan untuk mengukur spesialisasi relatif pada
sektor/kegiatan tertentu di kawasan terencanakan dapat didekati dengan analisa Location
Quotient (LQ).
C. Metode analisis pola pemanfaatan ruang
Analisis
pola pemanfaatan ruang meliputi di dalamnya evaluasi dan penilaian kesesuaian
pemanfaatan ruang berdasarkan aspek fisik, ekonomi, dan teknologi. Penjelasan
singkatnya adalah sebagai berikut.
1. Kesesuaian fisik, berhubungan dengan
karakteristik fisik lahan yang diharapkan sejalan dengan tuntutan aktivitas
yang akan diletakkan pada lahan tersebut. Macam metode analisis yang dipilih
harus sesuai dengan rencana peruntukan pada lahan di kawasan terencanakan,
misalnya untuk kawasan budidaya pertanian maka dapat dipilih metode analisa
evaluasi Kemampuan Lahan (land capability) dan Kesesuaian Lahan (land
suitability), dan/atau untuk kawasan industri harus termasuk pula kemampuan
untuk menyediakan air baku yang dapat didekati dengan analisa Imbangan/Neraca
Air (water balance analysis);
2. Kesesuaian ekonomi, dapat diukur dengan
menganalisa keunggulan berbanding (comparative advantage) yang dimiliki kawasan
terencanakan untuk mengembangkan suatu komoditas atau kegiatan ekonomi
tertentu. Salah satu metode analisa yang baik untuk maksud tersebut adalah
metode Biaya Sumberdaya Domestik/BSD (Domestic Resource Cost/DRC); dan
3. Kesesuaian teknologi. Terdapat
kemungkinan pengembangan suatu komoditas pada kawasan terencanakan memiliki
tingkat prioritas yang tinggi dilihat dari sudut kesesuian fisik dan ekonomi, tetapi
hal ini belum mencerminkan bahwa komoditas tersebut layak dikembangkan di
kawasan tersebut. Oleh karena itu sebelum merekomendasikan terlebih dahulu
diperlukan analisa tingkat kesesuaian teknologi dari pengembangan komoditas
dan/atau kegiatan ekonomi tersebut.
D. Metode Analisis Struktur Tata Ruang
Analisis
struktur tata ruang bertujuan untuk menemukenali permasalahan pengembangan
wilayah/kawasan yang memiliki dimensi ruang (space). Analisis diarahkan
sedemikian rupa sehingga mampu memberi gambaran secara menyeluruh tentang
keadaan (termasuk jenjang peringkat/hierarki) pusat-pusat pelayanan yang
ada pada kawasan terencanakan, jangkauan pelayanannya, serta hubungan/ interaksi
antar pusat-pusat pelayanan tersebut. Terdapat beberapa metode analisa yang
dapat diterapkan sesuai dengan tujuannya, misalkan: untuk menemukenali
daerah/lokasi strategis dapat didekati dengan analisa sistem hubungan (linkages
analysis), untuk menentukan daerah/pusat permukiman yang kurang terlayani
didekati dengan analisa pola permukiman (settlement analysis), untuk
menemukenali daerah terisolasi dapat digunakan analisa aksesibilitas (accessibility
analysis), dan/atau untuk menggabungkan/mensintesis hasil-hasil analisa
tersebut dapat digunakan analisa planimetris. Sedangkan untuk keperluan
optimasi tata ruang dapat didekati dengan salah satu metode analisis
pemrograman linier (linear programming).
E.
Identifikasi
dan Tahapan Pelaksanaan Pembangunan
Penyusunan
tahapan pelaksanaan program merupakan tahap akhir dari proses penyusunan
rencana tata ruang kawasan/daerah. Untuk maksud tersebut diperlukan beberapa
langkah, meliputi: (a) Menemukenali potensi dan masalah yang ada di kawasan
terencanakan, (b) Menerjemahkan potensi dan masalah tersebut menjadi
programprogram indikatif, dan (c) Menyusun program indikatif yang berhasil ditemukenali
manjadi suatu daftar urutan prioritas yang akan menjadi dasar bagi penyusunan
tahapan pelaksanaan program. Metode yang digunakan pada masing-masing tahapan
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Metode
identifikasi potensi dan masalah
Cukup
sulit untuk memilih metode identifikasi potensi dan masalah yang handal dan
sesuai, dikarenakan masing-masing metode punya keunggulan dan kelemahan.
Kevalitan hasil identifikasi lebih banyak dipengaruhi oleh keahlian dan
pengalaman dari seorang perencana (planner) sendiri. Salah satu metode identifikasi
yang sering dipilih dalam kegiatan ini adalah analisis pohon masalah (tree
problem analysis).
Untuk
memudahkan proses identifikasi, potensi kawasan terencanakan dapat
dikelompokkan menjadi: potensi sumberdaya alam, potensi sumberdaya manusia, dan
potensi ruang. Sedangkan masalah yang dihadapi kawasan terencanakan dapat dibedakan
ke dalam topik bahasan seperti: kemiskinan, penggangguran, keterisolasian,
lingkungan permukiman, kebodohan dan kesehatan dasar, atau disesuaikan dengan
isu-isu pokok pengembangan kawasan tersebut.
2. Metode
identifikasi program
Berlandaskan
pada strategi pembangunan yang berupa upaya pendaya-gunaan dan pengelolaan
potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia seoptimal mungkin, maka hasil
identifikasi masalah dan potensi yang telah dilakukan sebelumnya dapat digunakan
sebagai acuan untuk menentukan program-program indikatif, untuk pendayagunaan
potensi tersebut serta untuk penanggulangan masalah-masalah yang ditemui pada
kawasan terencanakan.
Pendekatan
yang dapat dipakai adalah bahwa potensi kawasan bisa melahirkan kesempatan, dan
sebaliknya masalah yang ditemui dapat dilihat pula sebagai ancaman. Oleh karena
itu dengan menganalogikan potensi dan masalah yang ditemukenali pada tahap
analisis sebelumnya sebagai kesempatan dan ancaman, maka metode SWOTH dapat
digunakan untuk mengidentifikasi program-program indikatif.
Metode
SWOTH bertumpu pada evaluasi faktor-faktor Strength (kekuatan), Weakness
(kelemahan), Oportunities (kesempatan), dan Threathening (ancaman)
yang dimiliki oleh kawasan terencanakan. Dengan mengetahui kesempatan dan
ancaman yang potensial terjadi, maka dihubungkan dengan arah pengembangan yang
telah ditetapkan sebelumnya, dapat ditemukenali programprogram indikatif
dimaksud, yaitu berupa upaya-upaya untuk mendayagunakan kesempatan (= potensi
sumberdaya) dan/ atau menanggulangi ancaman (= masalah-masalah) yang ditemui, dengan
tetap memperhatikan kekuatan dan kelemahan yang ada pada wilayah terencanakan.
3. Metode
penentuan urutan prioritas pelaksanaan program
Program-program
yang sudah berhasil ditemukenali diurutkan berdasarkan peran program terhadap
tujuan pembangunan kawasan ke depan, dengan mempertimbangkan pula: kemampuan daerah
untuk membiayai, kemampuan/daya serap daerah untuk melaksanakan
pekerjaan/program tersebut, serta karakteristik program itu sendiri yang biasanya
bersifat sekuensial (suatu program biasanya harus didahului atau diikuti oleh
program lainnya). Metode yang dapat diterapkan untuk maksud tersebut adalah Goals
Objectives Achievment Matrices (GOAM). Metode GOAM merupakan kelanjutan
metode pembobotan klasik. Metode ini cocok diterapkan pada perencanaan
pembangunan wilayah yang bersifat multi objectives planning dan
terkadang tidak sejalan.
Dengan
penerapan metode analisa ini, benturan antar tujuan pembangunan dapat
dikawinkan sedemikian rupa sehingga tidak mengorbankan salah satu diantara
tujuan-tujuan pembangunan yang tidak sejalan tersebut.
Sumber: Perencanaan Pengembangan Wilayah (Aziz
Budianta, dkk., 2011)