Home » » Batuan Beku

Batuan Beku

Written By Tasrif Landoala on Senin, 11 November 2013 | 09.22



Orang berpendapat bahwa magma itu mempunyai susunan basal dan kemudian karena proses diferensiasi dan asimilasi didapat susunan magma yang berbeda-beda dan membeku menjadi batuan yang berbeda susunannya. Jikalau magma tadi tiba di bagian yang lebih tinggi dalam kerak bumi maka magma itu akan mendingin dan mulailah terjadi kristalisasi atau penghabluran menjadi mineral.
Mineral yang pertama terbentuk ialah mineral yang berat jenisnya besar, yaitu mineral yang berwarna tua. Oleh karena berat jenisnya yang besar dibandingkan dengan massa di sekelilingnya maka mineral itu tenggelam kembali dalam magma yang masih cair. Karena kristalisasi ini maka susunan magma akan berubah, mineral yang tenggelam tadi akan larut kembali, akan tetapi jenis itu akan tetap tinggal di bagian bawah dari magma. Di bagian atas terkumpul mineral yang ringan, kaya akan SiO2 sehingga dengan demikian terjadilah pemisahan atau diferensiasi yaitu magma asam (kaya SiO2) di atas dan magma basa dibawah. Yang dimaksud dengan proses asimilasi adalah penelanan batuan di sekelilingnya oleh magma yang sedang menuju ke atas. Proses asimilasi ini adalah suatu teori untuk menerangkan terjadinya magma dengan susnan kimia yang berbeda-beda.
Batuan beku atau Igneous Rock berasal dari bahasa latin, Inis yang berarti api. Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan material yang kental yang berasal dari bumi (magma). Magma yang panas bergerak dari dalam bumi ke permukaan bumi  makin lama makin dingin dan akhirnya membek, sehingga dikenal dengan batuan beku dalam (intrusi) atau batuan Plutonis (Pluto = Dewa dunia bawah). Ada juga yang membeku setelah mencapai permukaan bumi yang dikenal dengan nama batuan beku luar atau ekstrusi atau batuan Vulkanis (Vulkanus = dewa api).



A.  Tekstur

Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan. Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh 4 hal yang penting, yaitu :
1.    Derajat Kristalisasi/Kristalinitas
Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka yang terbentuk adalah tekstur gelas (non mineral). Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:
a.    Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal.
b.   Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas.
c.  Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal.

2.    Granularitas/Besar Butir
Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
a.    Fanerik
Suatu batuan dikatakan memiliki tekstur fanerik jika kristalnya dapat dilihat jelas dengan mata biasa. Kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:
o     Halus (fine), ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
o     Sedang (medium), ukuran diameter butir antara 1 - 5 mm.
o     Kasar (coarse), ukuran diameter butir antara 5 - 30 mm.
o     Sangat kasar (very coarse), ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.

b.   Afanitik
Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisa mikroskopis dapat dibedakan:
o     Mikrokristalin, ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.
o     Kriptokristalin, Ukuran butiran berkisar antara 0,01 – 0,002 mm.
o     Holohialin, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.

3.    Bentuk Kristal
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan 2 dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:
a.  Euhedral, bentuk kristal sempurna/lengkap, dibatasi oleh idang kristal yang ideal (jelas, tegas & teratur).
b. Subhedral, bentuk kristal kurang sempurna sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
c. Anhedral, bentuk kristal tidak beraturan sama sekali,  sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.

Ditinjau dari pandangan 3 dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:
a.    Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
b. Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang lain.
c.   Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang lain.
d.   Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.

4.    Keseragaman butir/hubungan antar kristal
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:
o Panidiomorfik granular, apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.
o Hipidiomorfik granular, apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.
o Allotriomorfik granular, apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.

b.   Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas. Oleh karena kristalnya tidak sama besar maka terdapat tekstur khusus:
o Porfiritik, Kristal-kristal yang lebih besar(fenokris) tertanam dalam massa dasar(groundmass) kristal yang lebih halus. Jika massa dasar berukuran fanerik disebut faneroporfiritik, namun jika massa dasar berukuran afanitik disebut porfiroafanitik.
o Vitrovirik: Tekstur dimana mineral penyusun secara dominan adalah gelas, kedang kristalnya hanya sedikit(<10%)
o  Felsoferik: Apabila fenokris tertanam dalam massa dasar terdiri dari kuarsa dan feldspar.

B.  Struktur
Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan lapisan yang jelas/umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat dilapangan saja, misalnya:
1. Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut, membentuk struktur seperti bantal.
2. Joint struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran.

Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada contoh-contoh batuan(hand speciment sample), yaitu:
1. Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.
2.   Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang teratur.
3.  Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-lubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur.
4. Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.
5.  Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.

C.  Komposisi Mineral
1.  Mineral Primer, Adalah mineral yang terbentuk langsung dari pembekuan magma, dalam jumlah yang melimpah sehingga kehadirannya sangat menentukan nama batuan beku. berdasarkan warnanya dibagi menjadi 2:
a.  Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari mineral kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit.
b. Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit, piroksen, amphibol dan olivin.

2. Mineral Sekunder, Adalah mineral hasil ubahan dari mineral primer, baik karena pelapka, reaksi hidrothermal, atau metamorfisme. Jadi tidak terbentuk langsung dari pembekuan magma. Namun begitu keberadaannya melimpah, dapat mempengaruhi penamaan batuan. Contohnya: kalsit, klorit, limonit, mineral lempung.
3.   Mineral Aksesoris, Adalah mineral yang terbentuk langsung dari pembekuan magma namun jumlahnya sangat sedikit sekali, sehingga tidak mempengaruhi penamaan betuan. Contohnya: Kromit, magnetit, ilmenit, rutil, dan zirkon.

D. Warna
Warna segar batuan beku dapat bervariasi, dari hitam, abu-abu sampai putih cerah. Warna ini sangat dipengaruhi oleh komposisi meneral penyusun batuannya (rock forming minerals). Apabila terjadi pencampuran antara mineral gelap dengan terang maka warna batuan beku dapat hitam berbintik-bintik putih, abu-abu bercak putih, atau putih bercak hitam, tergantung warna mineral mana yang dominan.
Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Catatan Kuliah Geografi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger