Regenerasi kota merupakan suatu proses atau siklus mulai dari pertumbuhan (growth), penurunan (decline), perbaikan (recovery)
dan berlanjut (sustainable), demikian
kompleksnya proses ini, terutama memerlukan waktu yang lama dan biaya yang
besar agar dapat terjadi regenerasi tersebut (Berry Ed, 1993). Memang,
perjalanan sejarah kota-kota di dunia tidak terlepas dari kemajuan dan
kemunduran, tergantung pada keberadaan elemen-elemen pembentuk dan pemberi arah
perkembangan kotanya. Kota yang direncanakan, cenderung lebih berkembang
dibanding kota dadakan yang muncul karena suatu kegiatan tertentu, seperti
kegiatan pertambangan dan usaha-usaha lain. Sedikit kota yang mempunyai
kebudayaan yang tinggi senantiasa dimulai dengan sebuah rencana. Perencanaan
kota yang baik merupakan unsur pokok yang bisa menentukan keberlanjutannya.
Kemunduran kota-kota dapat disebabkan oleh konflik, jumlah penduduk
merosot, lapangan kerja kurang, habisnya sumber daya yang menjadi andalan di
kota tersebut dan perkembangan terhenti. Banyak kota di Amerika Serikat yang
mengalami kemunduran, seperti Kota Pullman yang terkenal dengan kota
perusahaannya, yang dibangun untuk menampung pekerja-pekerja Pullman Car Company (Gallion, 1994).
Namun, karena perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan, kota ini akhirnya
ditinggalkan dan mengalami kemunduran. Demikian juga kota-kota tambang yang
ditinggalkan seiring berhentinya kegiatan pertambangan di kota itu.
Hal tersebut menyadarkan Pemerintah Federal AS, dimulailah program
pembaharuan dan pengelolaan kemunduran kota, seperti yang dilakukan oleh
Presiden Nixon. Program ini merupakan suatu hal yang relatif baru bagi
perencana kota pada saat itu. Banyak kota di wilayah Snowbelt dan Rustbelt,
yang kebanyakan bekas kota industri berat yang ketinggalan zaman dan
daerah-daerah yang menderita karena iklim yang tidak ramah dan gejolak-gejolak
kecenderungan ekonomi, mengakibatkan kota-kota tersebut mengalami kemunduran
(Catanese, 1996).
Kota-kota tambang juga banyak mengalami hal demikian, seperti Kota Rhondda
Valley di Wales dan Kota Nova Scotia di Kanada, namun kemunduran belum tentu
berarti kehancuran, karena beberapa kota dapat bangkit kembali dan memperbaiki
taraf hidupnya, meskipun dengan jumlah penduduk sedikit. Cara yang ditempuh
adalah melakukan pemeliharaan terhadap apa-apa yang baik di kota tersebut,
sambil mendorong dilakukannya perubahan dan pembaharuan pada apa-apa yang
nampaknya tidak bisa digunakan lagi. Pada hakekatnya hal ini berarti, bahwa
para perencana tidak bisa lagi mengandalkan prinsip-prinsip dan standar-standar
yang diperoleh dari pengalaman, selama pertumbuhan tidak terbatas. Saat ini,
para perencana harus menggunakan berbagai metoda untuk meningkatkan mutu
kota-kota, sambil mengatasi kemundurannya. Jadi inti dari kemajuan dan
mengatasi masalah perkotaan adalah perencanaan yang komprehensif dan
berkelanjutan.
Kecenderungan perencanaan kota di Amerika Serikat mengalami evolusi seiring
dengan perkembangan peradabannya, hal-hal pokok perencanaan kotanya adalah:
a.
Kemitraan antara pemerintah dan swasta,
b.
Pengendalian pertumbuhan dan pengelolaan kemunduran,
c.
Pelestarian peninggalan sejarah dan pemakaian kembali yang disesuaikan,
d.
Perencanaan daerah lingkungan (neighborhood planning),
e.
Meningkatkan pembangunan ekonomi dan infrastruktur,
f.
Pengaturan keuangan secara ketat,
g.
Pemanfaatan teknologi.
Pada umumnya regenerasi kota-kota di negara-negara Eropa dan Amerika adalah
suatu proyek atas inisiatif pemerintah. Tujuan dari regenerasi kotanya tidak
lain adalah:
a. Keadilan sosial, yang berkaitan dengan kenyataan bahwa masyarakat yang
kekurangan tidak merasa dirugikan dengan adanya perubahan yang terjadi,
b.Keseimbangan alam, yaitu berkaitan dengan kemampuan mempertahankan
keanekaragaman ekologi, dan
c. Meminimalisasi buangan, yang berkaitan dengan konservasi bangunan-bangunan
tua yang mampu memberikan nilai ekonomis (Falk dalam Berry Ed, 1993).