A. Pendahuluan
Pembangunan merupakan suatu
proses perubahan menuju arah yang lebih baik. Dalam tulisan ini yang
dibicarakan adalah pembangunan nasional, jadi proses-proses perubahan yang
ditempuh dan dilakukan atas dasar keinginan suatu masyarakat bangsa. Di
berbagai tempat di seluruh dunia dewasa ini yang kaya makin kaya, yang miskin
makin miskin. Rencana pembangunan dan bantuan luar negeri ternyata tak mengatasi
kecenderungan itu. Bahkan semakin mendorong keadaan tersebut.
Hampir di semua negara
berkembang terdapat sektor moderen. Pola hidup dan kerja mereka tak berbeda
dengan negara maju, tetapi di negara berkembang juga terdapat sektor tak
moderen, yang meliputi sebagian besar penduduk. Pola hidup dan kerja bukan
hanya sangat tidak memuaskan tetapi malahan dalam proses retardasi yang semakin
cepat.
B. Teknologi dan Pembangunan di Indonesia
Semua hasil yang dicapai
dalam sektor moderen hanyalah khayalan kosong belaka kecuali kalau ada
pertumbuhan yang sehat. Tetapi dewasa ini bagian terbesar rakyat Indonesia
bukan hanya hidup sangat melarat, namun juga diliputi rasa putus asa yang
berkepanjangan. Pengangguran terbuka maupun tersembunyi di pedesaan sering
dikira semata-mata akibat pertambahan penduduk. Tetapi mereka yang berpendapat demikian
itu masih harus menerangkan mengapa tambahan penduduk itu tidak dapat bekerja.
Dikatakan bahwa mereka tak dapat bekerja karena tak punya modal. Tetapi apakah
modal itu? Modal adalah buah tangan manusia. Kekurangan modal dapat dipakai
untuk menjelaskan produktivitas yang rendah, tetapi tidak untuk menjelaskan
nihilnya kesempatan kerja. Yang jelas penduduk pedesaan tidak bekerja atau
hanya kadangkadang bekerja. Sehingga miskin dan tak berdaya. Seringkali putus
asa dan nekad meninggalkan kampung halamannya untuk mencari penghasilan apapun
di kota besar. Karena itu pertanyaannya dapat dikemukakan dengan sederhana: Apa
yang dapat dilakukan untuk menyehatkan kehidupan ekonomi di luar kota-kota
besar, di kota-kota kecil, dan di desa-desa yang masih menampung 58% dari
penduduk negeri ini? Setidaknya, bagian yang cukup besar dari kegiatan
pembangunan harus menghindari kota-kota besar. Sebaliknya justru langsung
berusaha menciptakan struktur agro-industri di pedesaan dan di kota-kota kecil.
Untuk orang miskin,
kesempatan kerja adalah kebutuhan yang paling besar, dan bahkan kerja yang
upahnya rendah dan relatif tak produktif sekalipun masih lebih baik daripada
menganggur. Seperti kata Gabriel Ardant: Jaminan kerja harus didahulukan
daripada kesempurnaan. Agar sektor industri dapat berperan sebagai motor
penggerak pembangunan maka perkembangannya harus didorong oleh sektor pertanian
yang berkembang dalam bentuk agroindustri dan agrobisnis, dengan agroindustri
berperan sebagai prime mover. Inti pendekatannya adalah meningkatkan
keterkaitan sektor pertanian dengan sektor industri manufaktur. Upaya yang
dipilih untuk itu adalah:
1. Meningkatkan permintaan
agregat terhadap komoditi hasil sektor pertanian dengan mendorong pertumbuhan
investasi di sektor manufaktur yang tertuju pada pengolahan hasil-hasil
pertanian;
2. Memperkuat industri
alat-alat proses agar lebih mampu menyediakan dan menanggapi permintaan barang
modal yang diperlukan dalam industri manufaktur pengolahan hasil pertanian;
3.
Meningkatkan efisiensi dan
produktivitas sektor pertanian dengan melakukan intervensi teknologis;
4.
Mengalokasikan sumberdaya
iptek untuk mendukung ketiga kegiatan di atas, yaitu:
a.
Mengembangkan teknik dan
sistem budidaya yang lebih efisien dan produktif,
b.
Mengembangkan proses-proses
pengolahan hasil-hasil pertanian, dan
c.
Mengembangkan industri
alat-alat proses.
Kalau Indonesia memfokuskan
diri dengan benar pada sektor agribisnis maka tidak ada negara lain yang mampu
menandingi kita. Memfokuskan diri dengan benar itu antara lain adalah
menciptakan berjuta-juta tempat kerja baru di pedesaan dan kota kecil dalam
lingkup industri dengan teknologi terjangkau. Tugas kita yang sebenarnya dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. tempat kerja itu harus cukup
murah sehingga dapat dibangun dalam jumlah besar tanpa memerlukan tingkat
pembentukan modal dan impor yang tak mungkin dicapai;
2. tempat kerja itu harus
dibangun di daerah-daerah yang dihuni orang, bukan di daerah kota tempat orang
cenderung pindah (urbanisasi);
3. cara produksi, organisasi,
persediaan bahan baku, keuangan, dan pemasaran, harus sederhana. Tak terlalu
banyak menuntut ketrampilan yang tinggi; dan
4.
produksi harus terutama
menggunakan bahan-bahan setempat.
Semua syarat tersebut dapat
dipenuhi hanya jika ada pendekatan regional dalam pembangunan. Harus ada usaha
secara sadar untuk mengembangkan teknologi terjangkau atau dengan mengambil
istilah E. F Schumacher yaitu teknologi madya.
C. Pendekatan Kewilayahan
Unit politik yang sudah ada
belum tentu cocok untuk pengembangan ekonomi yang berguna bagi orang-orang
miskin. Indonesia merupakan unit politik yang sangat besar, dan tak ragu lagi
bahwa ini harus dipertahankan. Tetapi jika kebijaksanaan pembangunan itu hanya
menyangkut Indonesia sebagai keseluruhan, bukan pembangunan berdsarkan wilayah,
maka kecenderungannya adalah pembangunan yang terpusat di beberapa daerah kota
di sektor moderen. Karena asumsi akan terjadinya efek menetes ke bawah (trickle
down effect). Nyatanya kawasan terbesar yang dihuni oleh 58% penduduk tidak
mendapat manfaat, atau malahan menderita. Dan kemudian muncul si kembar haram: pengangguran
dan migrasi massal ke kota-kota besar. Jika tujuan pengembangan adalah memberi
bantuan kepada yang membutuhkan, maka setiap daerah memerlukan pengembangannya
sendiri-sendiri.
Inilah yang dimaksud dengan pendekatan
kewilayahan (regional). Idealnya, setiap wilayah memiliki semacam ikatan dan
identitas. Sekurang-kurangnya memiliki satu kota kecil yang merupakan pusat
wilayah kota tersebut. Di samping struktur ekonomi perlu juga ada struktur
kebudayaan. Di tiap-tiap desa perlu ada satu sekolah dasar, dibeberapa kota
kecil ada sekolah menengah, dan pusat-pusat wilayah itu harus cukup besar untuk
menampung suatu lembaga pendidikan yang lebih tinggi. Makin luas wilayahnya
makin besar kebutuhannya akan struktur setempat dan desentralisasi pengembangan.
Jika kebutuhan ini diabaikan, maka tak ada harapan bagi orang-orang miskin.