Home » » Penataan Ruang Perkotaan dengan Konsep Ekologis

Penataan Ruang Perkotaan dengan Konsep Ekologis

Written By Tasrif Landoala on Kamis, 26 September 2013 | 06.50



Penataan ruang suatu perkotaan mulai memasukkan konsep ekologis sebagai pertimbangan dalam menjadikan kota mandiri, walaupun menghubungkan antara kota dengan ekologi belum banyak dilakukan oleh peneliti (Argo, 2001). Pada saat ini kota terkesan tidak mandiri, bersifat parasitik, banyak tergantung pada desa dalam hal pemenuhan sumberdaya alam untuk konsumsi dan pembuangan sampah perkotaan.
Hal ini dapat menunjukkan ketidakberlanjutan kota dapat terjadi. Untuk itu kota perlu memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut (Argo, 2001 dan Samiadji, 2001):
1.    Memanfaatkan sumberdaya alam yang ada secara efisien, baik yang berada di pinggiran kota maupun di kabupaten di luar kota. Jika sumberdaya alam itu tersedia di luar perkotaan perlu dilakukan kerja sama antar daerah untuk mempertahankan keberlanjutan. Untuk itu pula kawasan sumberdaya alam ini perlu dikontrol pembangunannya.
2.    Memanfaatkan ruang kota sebagai sumberdaya alam kota yang memiliki tiga nilai (Chaoin, 1957) yaitu:
a.       Nilai ekonomi: fungsi ekonomi ruang kota dapat diperoleh dari perdagangan, penyewaan ruang kota, dan lain-lain;
b.     Nilai lingkungan: memanfaatkan ruang kota sebagai daya dukung dan daya tampung sehingga terjadi keseimbangan dan keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan untuk menghindari terjadinya bencana alam, seperti banjir, longsor, dan sebagainya;
c.       Nilai kepentingan umum: ruang kota digunakan untuk fasilitas masyarakat umum, seperti jalan, taman, bahkan memungkinkan untuk berkembangnya demokrasi yang adil dan merata.
3.    Kegiatan kota diusahakan dalam skala kecil untuk mengurangi eksploitasi yang tinggi.
4.    Meminimasikan pergerakan dan diupayakan sifatnya lokal dalam kota itu sendiri.

Untuk mengembangkan konsep keberlanjutan dalam penataan ruang kota, terdapat beberapa format yang berbeda di tiap negara. Indonesia menggunakan konsep land use planning sebagaimana tercantum dalam UU 24/1992 dalam rangka menahan tekanan urbanisasi. Sementara Jepang, misalnya, memasukkan urban promotion area dalam land use planning-nya serta adanya urban development project yang terdiri dari land readjustment
project, urban redevelopment project, new residential area development project, dan sebagainya (Bambang, 2001). Konsep-konsep kota yang lain juga ditawarkan oleh ahli ekologi perkotaan modern. Kota dianggap sebagai satu kesatuan sehingga muncullah konsep-konsep kota yang ekologis sebagai berikut (Argo, 2001):
1. Compact city. Konsep yang dikenal di Jerman ini meminimalkan penggunaan ruang kota sehingga memudahkan pergerakan penduduknya dari suatu lokasi ke lokasi lain dengan berjalan kaki atau bersepeda, misalnya. Akibatnya timbul istilah rooftop garden, ruang terbuka hijau di atap-atap gedung untuk memenuhi kebutuhan penduduknya.
2.  Eco-city. Berbeda dengan compact city, eco-city lebih mempertimbangkan interaksi antara manusia dengan alamnya agar menjadi kreatif. Kota dibangun untuk memaksimalkan pertukaran (exchange, dari barang, jasa, emosi, dan lain-lain) dan meminimalkan pergerakan (traffic). Namun karena pembangunan kota lebih ditujukan kepada manusia, maka dalam konsep ini, pergerakan jalan kaki lebih didahulukan daripada transportasi massa, yang menggunakan mesin.
3. Bioregional city. Konsep bioregion menekankan pada pemanfaatan sumberdaya lokal sehingga masyarakat kota tersebut masih menanam tanaman pangan sendiri hingga mendistribusikan secara lokal pula. Hubungan kota dan non-kota memang tidak dibutuhkan, tetapi sifatnya yang lokal ini menjadikan kota rentah terhadap pengaruh global.
4.  Sustainable city. Aspek penurunan kualitas lingkungan menjadi faktor penting dalam konsep ini. Kota berkelanjutan diupayakan dapat menilai ketergantungan kepada lingkungan alam, sebatas mana kerusakan lingkungan masih dapat ditolerir. Meski demikian, sesuai dengan pengertian berkelanjutan, aspek ekonomi dan sosial pun terkait erat pada lingkungan.
Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Catatan Kuliah Geografi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger