Branch
dalam Yoelianto (2005) mengemukakan bahwa pada skala yang lebih luas, bentuk
kota secara keseluruhan mencerminkan posisinya secara geografis dan
karakteristik tempatnya. Berdasarkan teori ini, dapat diartikan bahwa perkembangan
suatu kota dapat ditentukan oleh posisi geografis serta karakteristik tempat
dimana suatu proses kegiatan berlangsung sehingga dapat membentuk pola-pola yang
mengikuti kondisi wilayah tersebut.
Suatu
pola dapat membantu menangani masalah mengenai ketepatan (constancy) dan
perubahan (change) dalam perancangan kota serta membantu menentukan
pedoman-pedoman dasar untuk menentukan sebuah perancangan lingkungan kota yang
konkret sesuai tekstur konteksnya. Teori figure ground dalam tata kota
merupakan suatu hubungan tekstural antara bentuk yang dibangun (building mass)
dan ruang terbuka (open space). Metoda ini dapat mangidentifikasi
sebuah tekstur dan pola-pola sebuah tata ruang perkotaan (urban fabric), serta
mengidentifikasi masalah keteraturan massa/ruang perkotaan (Zahnd, 1999).
Berdasarkan
terminologinya, figure merupakan istilah massa yang dibangun (biasanya
di dalam gambar-gambar ditunjukkan dengan warna hitam) dan ground merupakan
istilah untuk semua ruang yang berada di luar massa itu (biasanya ditunjukkan
dengan warna putih). Namun kadang sebuah figure ground juga digambarkan
dengan warna sebaliknya supaya dapat mengekspresikan efek tertentu.
Pola-pola
tekstur kawasan perkotaan dapat sangat berbeda, karena perbedaan tekstur
pola-pola tersebut mengungkapkan perbedaan rupa kehidupan dan kegiatan
masyrakat perkotaan secara arsitektural. Menganalisis pola-pola tekstur kawasan
perkotaan dan menemukan perbedaan data pada pola tersebut, akan didapatkan
informasi yang menunjukkan ciri khas tatanan kawasan itu dan lingkungannya
(Zahnd, 1999). Pola-pola kawasan secara tekstural dapat diklasifikasi menjadi
tiga kelompok, meliputi:
1.
Pola Kawasan yang Homogen
Susunan kawasan yang
bersifat homogen yang jelas,dimana hanya ada satu pola penataan. Dalam pola
ini, elemen solid dan void yang membentuk kawasan terdiri atas bentuk-bentuk
yang cenderung sama, dan biasanya memperlihatkan suatu tingkat kepadatan yang
tinggi.
2. Pola
Kawasan Heterogen
Susunan kawasan yang
bersifat heterogen, dimana terdapat dua atau lebih pola berbenturan. Pola ini
biasanya mempunyai lebih banyak bentuk elemen solid dan void, sehingga
membentuk komposisi yang cukup bervariasi.
3. Pola
Kawasan Menyebar
Susunan kawasan yang bersifat
menyebar dengan kecenderungan kacau. Kawasan ini biasanya terbentuk atas
sebab-sebab tertentu. Terlihat bahwa kawasan ini tidak terintegrasi antara
fungsi yang satu dengan yang lain, sehingga tampak seperti kawasan yang tidak
terencana.