Pada dasarnya penginderaan
jauh tidak pernah lepas dari Sistem Informasi Geografi (SIG). Data-data spasial
hasil penginderaan jauh merupakan salah satu data dasar yang dipergunakan dalam
analisis SIG. Dalam perkembangannya data-data SIG juga berguna dalam pengolahan
data penginderaan jauh (Barus dan Wiradisastra, 2000). SIG sangat baik dalam
proses manajemen data, baik itu data atribut maupun data spasialnya. Integrasi
antara data spasial dan data atribut dalam suatu sistem terkomputerisasi yang
bereferensi geografi merupakan keunggulan dari SIG.
Data Penginderaan Jauh
dapat dikatakan sebagai sumber data yang terpenting bagi SIG karena
ketersediaannya secara berkala. Dengan adanya bermacam-macam satelit di ruang
angkasa dengan spesifikasinya masing-masing, kita bisa menerima berbagai jenis
citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian. Data ini biasanya
direpresentasikan dalam format raster seperti citra satelit dan foto udara.
Citra penginderaan jauh
yang berupa foto udara atau dapat diinterpretasi terlebih dahulu sebelum
dikonversi kedalam bentuk digital. Sedangkan citra yang diperoleh dari satelit
yang sudah dalam bentuk digital dapat langsung digunakan setelah diadakan
koreksi seperlunya. Lebih lanjut dinyatakan ketiga sumber tersebut saling
mendukung satu terhadap yang lain. Data lapangan dapat digunakan untuk membuat
peta fisik, sedangkan data penginderaan jauh juga memerlukan data lapangan
untuk lebih memastikan kebenaran data tersebut. Jadi ketiga sumber data saling
berkaitan, melengkapi dan mendukung, sehingga tidak boleh ada yang terabaikan.
Contohnya adalah
perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dengan memanfaatkan sistem informasi
geografis dan penginderaan jauh. Data penginderaan
jauh dapat menangkap dan mengindentifikasi berbagai macam objek di wilayah
pesisir seperti rumput laut, terumbu karang, keadaan pasir, padang lamun,
keberadaan mangrove, penggunaan lahan, serta sebaran vegetasi lainnya yang merupakan
suatu ekosistem wilayah pesisir. Data-data tersebut bisa diintegrasikan dengan
data-data SIG seperti batas administrasi, jumlah penduduk, kondisi jalan,
kondisi sungai serta bentuk topografi suatu lahan maupun topografi pantai dan
lautnya. Selain pemanfaatan data-data SIG tersebut, SIG juga dapat menganalisis
data-data spasial sehingga memberikan bentuk lain dari data spasial masukkan
sebelumnya yang akan berguna dalam menentukan nilai Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL). Keunggulan dari SIG adalah kemampaunnya menangani data
spasial bereferensi geografi yang berintegrasi dengan data atribut sehingga
data-data tersebut dapat dianalisis bentuk keruangannya. Hasil analisis
tersebut seperti panjang, luas, volume, keterkaitan, klasifikasi dan perkiraan
yang berbentuk tampilan spasial. Keadaan tersebut diperoleh dari analisis dan
manipulasi data spasial yang merupakan keunggulan lain dari SIG, adapun contoh
analisis dan manipulasi data spasial yang dilakukan dalam SIG seperti overlay,
interpolasi, buffering dan klasifikasi. Integrasi penginderaan jauh dan SIG
pada suatu penelitian, khususnya dalam penentuan IKL diharapkan akan mampu
mengefektifkan waktu dan biaya dengan tingkat ketelitian yang lebih baik serta
terus bisa mengikuti perubahan lingkungan wilayah ekosistem wilayah tersebut.
Selain menganalisis data, SIG juga mampu menghasilkan suatu peta tematik
cukup cantik untuk yang diharapkan dapat membantu penanganan dan pemetaan tata
ruang wilayah pesisr yang salah satu contohnya adalah peta tematik Indeks Kepekaan
Lingkungan (IKL) wilayah pesisir.
Pengolahan data
penginderaan jauh dengan memanfaatkan SIG diharapkan mampu memberikan informasi
secara cepat dan tepat sehingga dapat digunakan sesegera mungkin untuk
keperluan analisis dan manipulasi data.