Ketika
ekonomi perkotaan dan regional mulai berkembang menjadi sebuah cabang ilmu
ekonomi yang terpisah (dasawarsa 1950 dan 1960an), sebagian besar ekonom yang
memiliki minat di bidang ini berpikir bahwa cabang ilmu ekonomi perkotaan dan
regional benar-benar berbeda dengan cabang ilmu ekonomi lainnya. Namun,
perkembangan selanjutnya (pada akhir dasawarsa 1960 dan awal 1970an)
menunjukkan bahwa cabang ilmu ekonomi perkotaan dan regional sebenarnya
merupakan suatu bagian yang vital dari disiplin ilmu ekonomi secara keseluruhan
dan terkait dengan disiplin ilmu lainnya. Selain itu, kenyataan yang ada
menunjukkan bahwa teori serta metode yang digunakan oleh para ahli geografi,
khususnya ahli ekonomi geografi, tidak berbeda jauh dengan yang digunakan oleh
para ahli ekonomi perkotaan dan regional di dalam pembahasan kewilayahan.
Carl
J. Sinderman, seorang ahli biologi dalam bukunya The Joy of Science menjelaskan
bahwa, “what a beautiful blueprint for action! What a fraud! There is
no single scientific method. Reality, for most professionals, is far sloppier
than the neat textbook ‘scientific method,’ and follows no single pathway”.
Sinderman, ingin menekankan bahwa masing-masing ilmuwan tidak perlu
memperdebatkan metode ilmiah yang paling benar. Beragam metode dengan
pendekatan yang berbeda, tetap dapat memberi kontribusi bagi kemajuan ilmu
pengetahuan. Saat ini, banyak ilmuwan yang tertarik dengan bidang atau kajian
yang serupa, walaupun menggunakan metode ilmiah yang berbeda. Integrasi dari
semua karya ilmiah yang dikerjakan di masing-masing bidanglah yang justru
memajukan pengetahuan dan bukan hanya hasil kajian ilmu tertentu saja.
Pernyataan
di atas bukan untuk menjelaskan bagaimana analisis kewilayahan harus mengikuti
berbagai aturan positivisme ilmiah, tetapi lebih untuk mempertegas bahwa tidak
hanya satu metode ilmiah saja yang dapat digunakan. Lebih baik jika kita peduli
terhadap manfaat analisis kewilayahan sebagai landasan bagi penyusunan
kebijakan kewilayahan, dan tidak memperdebatkan metode ilmiah yang digunakan
masing-masing ilmuwan. Analisis kewilayahan lebih merupakan sebuah pendekatan
berbagai teori, kebijakan, dan perencanaan sosial yang terintegrasi.
Pemahaman
tentang kekuatan ekonomi dibalik perkembangan suatu wilayah merupakan hal yang
mutlak diperlukan dalam menyusun perencanaan pengembangan wilayah. Dalam
kenyataannya selama ini, aspek teknis memiliki porsi peranan yang lebih besar
ketimbang aspek lainnya, seperti ekonomi dan sosial. Kondisi tersebut saat ini
mulai berubah dimana perencanaan wilayah tidak lagi mengabaikan unsur
perkembangan ekonomi dan sosial, karena adanya fenomena bahwa suatu wilayah
akan berkembang dan terpolarisasi sebagai akibat dari perkembangan aktivitas
ekonomi dan sosial. Sebagai contoh, Kota London yang dikenal sebagai pusat
aktivitas finansial dunia, berkembang menjadi Greater London karena munculnya
aktivitas-aktivitas ekonomi dan sosial yang baru di sekitar wilayah
pinggirannya. Perkembangan aktivitas tersebut bahkan tidak mampu diprediksi
sebelumnya, sehingga sempat terjadi penyalahgunaan pemanfaatan ruang. Oleh
karena itu, perencanaan wilayah memang mutlak melibatkan sudut pandang yang
bersifat multi dimensi sehingga pengaturan ruang memang sesuai perkembangan
alamiah suatu wilayah.
Dalam
perkembangannya, konsep mengenai perencanaan wilayah terus mengalami evolusi.
Penerapan prinsip-prinsip laissez-faire,
dimana pasar dibiarkan bebas bekerja sehingga campur tangan pemerintah dalam
bentuk perencanaan tidak banyak dibutuhkan, ternyata tidak tepat lagi dalam
konteks pembangunan wilayah modern. Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa
mekanisme pasar belum tentu dapat mengatasi semua permasalahan yang muncul dan
dibutuhkan campur tangan pemerintah yang lebih luas lagi. Dengan adanya
intervensi pemerintah dalam bentuk penyusunan perencanaan maka diharapkan
alokasi sumberdaya menjadi lebih baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat secara agregat.
Bermacam-macam
persoalan yang dapat muncul akibat adanya dominasi prinsip-prinsip laissez-faire,
antara lain pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak terkendali, distribusi
pendapatan yang tidak merata, terbatasnya penyediaan barang-barang publik,
masalah pengangguran, ketidakstabilan kondisi sosial dan ekonomi, tingkat
kriminalitas yang tinggi, kesemrawutan tata ruang. Berbagai masalah ini akan
semakin parah jika campur tangan pemerintah dikurangi atau dihilangkan sama
sekali.
Berbagai
deskripsi di atas menunjukkan pentingnya peranan ekonom regional dalam
penyusunan perencanaan pengembangan wilayah. Bagaimanapun juga, pemahaman
terhadap suatu wilayah harus dilandasi oleh pemahaman tentang aktivitas ekonomi
apa saja yang ada di dalam wilayah tersebut, termasuk bagaimana aktivitas
tersebut bisa terbentuk. Penentuan lokasi yang dilakukan para agen ekonomi
(perusahaan dan rumah tangga) tentunya didasarkan pada rasionalitas yang mereka
miliki. Ekonom regional memiliki berbagai peralatan analisis yang dapat
digunakan untuk mengukur dan menganalisis mengapa terbentuk suatu aktivitas
ekonomi, dimana aktivitas tersebut terbentuk, bagaimana aktivitas tersebut
dapat berkembang, dan apa dampak ekonomi dari perkembangan aktivitas tersebut
dalam konteks spasial. Analisis yang dilakukan oleh para ekonom regional tidak
terbatas hanya untuk memahami aktivitas ekonomi di dalam suatu wilayah saja,
tetapi juga mencoba mengidentifikasi keterkaitan dan interaksi antar wilayah.
Berbagai alat analisis seperti model input-output,
economic base theory dan shift-share
analysis, sistem neraca sosial ekonomi (social
accounting matrix), model keseimbangan umum (general equilibrium model), model gravitasi, berbagai indeks ketimpangan
wilayah, maupun ekonometrika spasial menjadi kekuatan yang dimiliki para ekonom
regional dalam menganalisis ekonomi wilayah dengan baik.
Untuk
mendapatkan hasil yang optimal, pembangunan wilayah di Indonesia harus
dilaksanakan secara terpadu dengan menyusun perencanaan dari sudut pandang
pengembangan wilayah (regional
development). Secara teoritis pembangunan wilayah harus dapat
menyeimbangkan kepentingan lokal dengan tujuan nasional secara keseluruhan.
Keterpaduan kepentingan tersebut melibatkan keterpaduan antar sektor, baik
sektor-sektor ekonomi, sektor-sektor non-ekonomi dan antara kawasan rural
maupun urban. Dalam konteks pembangunan wilayah, ekonom regional dapat berperan
untuk menganalisis kecenderungan arah pergerakan aktivitas ekonomi di masa
mendatang. Ini dapat membantu para perencana teknis untuk merencanakan
pembangunan infrastruktur sesuai arah kebutuhan aktivitas yang diinformasikan
oleh para ekonom regional. Tanpa kerjasama antara ekonom regional dengan para
perencana, pembangunan wilayah dapat menempatkan aktivitas di ruang yang salah.
Saat
ini, para ekonom regional menggunakan pendekatan baru dalam konteks penyusunan
perencanaan wilayah. Mereka tidak lagi sekedar percaya pada historical data
untuk mengamati perilaku ekonomi yang ada di suatu wilayah. Salah satu
kelemahan para perencana wilayah di masa lalu ialah adanya keyakinan dari
mereka bahwa perilaku ekonomi wilayah di masa lalu dapat menjadi acuan dalam
merencanakan masa depan suatu wilayah. Ini ibarat melihat kaca spion ketika
mengemudi, dengan harapan bahwa jalan yang akan dilalui di depan, sama polanya
dengan jalan yang telah dilewati. Akibatnya, perencanaan wilayah seringkali mengalami
kendala karena kesalahan di dalam memprediksi masa depan. Oleh karenanya, para
ekonom regional saat ini menggunakan kombinasi antara traditional tools dengan
pendekatan modern seperti multi sector
analysis (MSA) dan cluster analysis. Salah satu penekanan dalam pendekatan
modern ini ialah adanya keyakinan bahwa setiap perencanaan wilayah harus
didesain untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan kejadian di masa mendatang.
Hal ini mengingat semakin tingginya derajat ketidakpastian (uncertainty) perekonomian dan kondisi
iklim dunia, sehingga kemampuan antisipasi lebih penting ketimbang sekedar
mengikuti pola perilaku yang sudah ada.
Seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya, tidak mungkin dalam mengembangkan wilayah
hanya menggunakan satu pendekatan ilmu atau metode saja. Peranan ekonom
regional merupakan bagian yang penting dan tidak terpisahkan dalam perencanaan
maupun analisis pengembangan wilayah, dan sama pentingnya dengan peran para
perencana dari disiplin ilmu non-ekonomi. Karakteristik setiap wilayah tentunya
tidak sama, sehingga membutuhkan kejelian dan kemampuan intuisi para perencana
wilayah untuk mengkombinasikan berbagai pendekatan ilmu yang ada.