Litosfer
disusun oleh benda padat yang keras (rigid)
dan selalu bergerak di atas lapisan mantel yang bersifat mobile. Hasil
penelitian geologi dan geofisika menunjukan bahwa kulit bumi ini tersusun atas
sejumlah lapisan (lempengan) batuan yang memiliki ukuran dan sifat fisik-kimia
berlainan.
Lempeng
kerak bumi tersebut diatas dapat dipisahkan oleh jalur subduksi, rifting dan
strike slip (Hamilton, 1979). Masing-masing lempeng dapat dilihat pada gambar
Dalam pergerakan lempeng-lempeng litosfera dikenal tiga jenis interaksi lempeng yaitu:
Dalam pergerakan lempeng-lempeng litosfera dikenal tiga jenis interaksi lempeng yaitu:
1. Divergen
(divergent), apabila dua lempeng
bergerak saling menjauh disertai proses pembentukan litosfera baru melalui
rekahan yang meregang (Mid Oceanic Ridges).
Gambar 1: Sistem
interaksi lempeng : Transform, konvergen dan divergen
2. Konvergen
(convergent), apabila dua lempeng
saling mendekat, dicirikan dengan adanya tumbukan dimana salah satu lempeng
akan menunjam dan menyusup ke bawah lempeng lainnya, serta adanya Benioff zone yaitu suatu jalur bergempa
yang miring dengan sudut beragam. Gerak konvergensi ditunjukkan dengan adanya
penunjaman (subduction) lempeng
samudera dibawah lempeng benua dan pertumbukan (collision) antara lempeng benua dengan lempeng benua atau lempeng
benua dengan busur kepulauan. Dalam kawasan konvergensi lempeng apabila salah
satu lempeng merupakan kerak samudera, maka akan mencerminkan suatu bentuk
busur kepulauan (Dickinson, 1971). Daerah penyusupan (subduction zone)
merupakan pusat-pusat orogen yang meliputi pertumbukan benua, pengerutan
lapisan, penebalan kerak dan pembumbungan isostasi bersama kegiatan magmatik
dan metamorfisma.
Gambar 2: Blok
diagram : Transform, konvergen dan divergen
3. Sesar
transform (transform fault, fracture zone),
apabila dua lempeng bergerak saling berpapasan pada lantai samudera, umumnya
sesar transform berasosiasi dengan punggungan dan celah (Menard dan Chase,
1970).
Berdasarkan konsep tektonik lempeng,
sistem busur kepulauan (Gambar 3 dan 4) merupakan sistem palung busur (arc-trench system) yang terdiri atas
palung laut dalam (oceanic trench),
rumpang palung busur (arc-trench gap)
atau cekungan muka busur (fore arc basin),
busur vulkanik (volcanic arc) dan
cekungan belakang busur (back arc basin
atau foreland basin).
Gambar
3: Sistem busur kepulauan (Dickinson, 1971)
Gambar
4: Tiga jenis interaksi lempeng konvergen
Gambar
5: Lingkungan tektonik pada habitan tektonik konvergent antara lempeng benua
dan lempeng samudra
Pada bagian palung laut dalam terbentuk
prisma akresi disertai gerak-gerak pensesaran dan pelenturan yang terpusat pada
bagian bawah palung laut sehingga menghasilkan mélange yang terdiri dari
endapan turbidit, ofiolit, olistostrom dan batuan malihan fasies sekis hijau
dan sekis biru. Kelompok batuan penyusun palung terdiri dari lava bersifat
basalt dan lava bantal dasar samudera disertai oleh rijang dan sedimen argilit;
sedimen turbidit dan klastik; dan kumpulan batuan basa dan ultrabasa (ofiolit).
Cekungan muka busur (fore arc basin) terletak diantara palung
laut dan busur vulkanik, merupakan suatu cekungan tempat terjadinya pengendapan
sedimen. Dalam beberapa cekungan ini terdapat suatu peninggian setempat disebut
outer arc ridges (Karig, 1970) yang
bentuknya memanjang dan muncul berupa deretan pulau-pulau. Sedimentasi pada
cekungan ini meliputi endapan fasies dangkal dan turbidit yang diendapkan pada
lereng dan dalam cekungan.
Busur vulkanik (volcanic arc) dicirikan oleh terdapatnya batuan vulkanik seri
kalk-alkali yang umumnya berwujud piroklastika, batuan sedimen vulkanik klastik
dan granit. Cekungan belakang busur (back
arc basin) terletak di belakang busur vulkanik, merupakan tempat
diendapkannya sedimen, terutama yang berasal dari busur vulkanik dan benua.
Untuk wilayah Asia Tenggara dan
khususnya untuk Indonesia, pada akhir Kenozoikum, strukture style dipengaruhi oleh interaksi tiga buah lempeng kerak
bumi (Gambar 6), masing-masing adalah Lempeng Eurasia di bagian utara, Lempeng
Samudera Pasifik di bagian timur dan Lempeng Samudera India-Australia di bagian
selatan (Katili, 1973 dan Hamilton, 1979). Dengan asumsi Lempeng Eurasia
relatif diam dan Lempeng Pasifik bergerak ke arah barat sedangkan Lempeng
Hindia-Australia bergerak ke arah utara maka ketiga lempeng tersebut saling
bertumbukan membentuk busur kepulauan yang aktif secara tektonik hingga
sekarang. Bukti yang menunjukan bahwa tektonik di Indonesia ini aktif antara
lain dijumpai banyaknya gunungapi aktif (sekitar 129 buah) serta seringnya
terjadi peristiwa gempa bumi pada batas-batas interaksi lempeng (Katili dan
Siswowidjojo, 1994).
Gambar 6: Triple junction antara plate
Eurasia, Pasifik dan Hindia.
Secara umum diketahui bahwa kerangka
fisiografi kepulauan Indonesia dipengaruhi oleh adanya dua daerah paparan
(tanah/daratan) dengan inti kerak yang stabil (Gambar 7). Kedua paparan
tersebut adalah paparan Sunda yang menempati bagian barat kawasan Indonesia dan
yang lainnya adalah paparan Sahul-Arafura yang menempati bagian timur Indonesia
(Katili, 1973). Daerah yang terapit kedua paparan itu berupa busur kepulauan
(gugusan kepulauan) yang rumit geologinya serta cekungan laut dalam yang
membentang diantara kedua daerah paparan tersebut (Van Bemmelen, 1949).
Gambar
7: Kerangka Tektonik Indonesia Bagian Barat (Katili dalam Schlumberger, 1986)
Paparan Sunda adalah bagian dari
Lempeng Eurasia (yang untuk sebagian besar terbenam di bawah lautan) yang
meliputi Semenanjung Malaya, bagian terbesar Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan,
Pulau Jawa dan sebagian besar Laut Jawa serta bagian selatan Laut Cina Selatan.
Paparan ini terdiri atas batuan sedimen, batuan beku dan batuan metamorf
berumur pratersier yang telah terdeformasi kuat dibawah pengaruh gerakan
tektonik dan penujaman selama Zaman Tersier. Batas antara lempeng
Hindia-Australia dan lempeng Eurasia di barat Sumatera dan di selatan Jawa
serta Nusa Tenggara, dicirikan oleh sistem palung-busur (arc trench system) yang dinamakan sebagai Palung Sunda (Sunda trench) yang membentang sepanjang
kurang lebih 5000 km (Hamilton, 1979).
Paparan Sahul-Arafura merupakan bagian
dari lempeng benua Samudera India-Australia, yang membentang mulai dari bagian
barat Papua, melewati Laut Arafura, bagian selatan Laut Timor berlanjut ke arah
selatan hingga mendekati daratan Australia sekarang. Ke arah selatan dari
paparan Arafura ini, terhampar Paparan Australia yang meliputi runtunan batuan
malihan berumur mulai dari Paleozoikum hingga endapan sekarang.
Wilayah lain di Indonesia yang terletak
diantara Paparan Sunda dan Paparan Sahul-Arafura merupakan daerah yang paling
aktif secara tektonik pada saat ini. Zona aktif secara tektonik tersebut
dicerminkan dengan berkembangnya gugusan pulau berupa busur-dalam bergunungapi
dan sederet pulau non-volkanik dengan intensitas struktur (deformasi) yang
tinggi.
Rangkaian (busur) gunungapi di
Indonesia itu mencakup Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores dan pulau
kecil-kecil di seputar Laut Banda. Sedangkan untuk busur luar non-volkanik
membentuk deretan pulau kecil di barat Sumatera, seperti Pulau Simeulue, Nias,
Kepulauan Mentawai, Enggano dan pulau kecil lainnya. Jalur busur luar
non-volkanik ini terus berlanjut ke punggung bawah laut di selatan Jawa
(tinggiannya tidak / belum membentuk kepulauan), dan terus berlanjut ke timur
melewati deretan pulau tak bergunungapi seperti Pulau Timor, Tanimbar, Kei dan
kemudian Seram yang dianggap masih tercakup didalamnya (Umbgrove, 1949).